Bab 6. Janda Lawas

1608 Words
Hanin dan Zayn sampai dirumah, belanjaan mereka yang terdiri dari dua plastik besar diletakan saja di atas meja makan. " Bunda sholat dulu, aduh nak kelihatannya bunda harus tidur, Zayn sudah jadi makan tadi? ", Hanin tetap akan memastikan dulu kebutuhan Zayn bagaimanapun kondisinya. " Pesan sekarang aja, Zayn malas makan sendiri, Bunda mau apa Zayn pesanin". " Aduh, kamu pesan aja Zayn apa Bunda tidur dulu kayaknya pusing kali, pastikan kamu makan jangan sampai kita berdua drop nak", Hanin masuk ke kamar dan langsung berwudhu, jantungnya terasa berdegup kencang membuat badannya semakin lemas, perasaan kacau memaksanya untuk langsung sholat, menangis melepaskan sesak di d**a. Sehabis menunaikan kewajibannya, Hanin merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Matanya menatap langit langit kamar. ** "Wajah itu, benarkah itu Dia. Aku sangat merindukannya, ingin rasanya memeluk nya, mengadukan takdir yang telah dijalankan sendiri tanpa Dia. Tapi benarkah itu dia, Bramantyo Wijaya, suami ku , ayah anakku. Lebih tujuh belas tahun berlalu apa masih bisa disebut suami ku? Bagaimana jika dia punya keluarga lain, istri lain, anak yang lain? Bukankah wanita pengantinnya yang kabur sudah kembali. Apa mereka bersama lagi? Apa aku masih berarti di hatinya? Bagaimana sang mertua yang mengusirku dengan menyeretku? Bagaimana jika ia tahu akan Zaynku? Bukankah aku sudah bahagia dengan anakku? Ya.. Tuhan bagaimana sekarang aku dan anakku", batin Hanin berkecamuk dengan banyak pertanyaan. Tujuh belas tahun nyata membuatnya penuh keraguan, ketakutan, ternyata rindu amat sangat ini harus tetap tersimpan. Nasib Zayn anak nya seakan penuh ketidakpastian. Selama ini Hanin tidak mengharapkan perlindungan dan harta lagi, dia sanggup untuk menghidupi anaknya dengan kondisi seperti sekarang ini. Tapi pertanyaan Zayn, rindu Zayn akan ayah membuat Hanin ingin bertemu suaminya lagi. Sebaliknya keraguan akan adanya penolakan dan penghinaan terhadap Zayn sangat ditakutinya. Apakah dia harus berbohong bahwa ayahnya sudah tiada. Lalu bagaimana menunjukan kuburannya?? Sungguh melelahkan, Hanin akhirnya tertidur lelap. *** Pagi ini serasa melelahkan, walau sudah bangun dari sebelum azan subuh tapi pergerakan Hanin terasa lamban, sampai ia harus memutus kan Zayn berangkat sekolah terlebih dahulu sedangkan dia menggunakan ojek online. Sesampainya di ruang kerja, yang didapati nya suasana lengang. Faiz asisten Pak Rahman, Manager operasional yang menjadi atasannya ternyata menyusul nya keruangan dan menyampaikan pesan agar ia menyusul ke ruang rapat yang sudah dimulai. Hanin pun bergegas, dia sudah mendengar bahwa hari ini adalah hari pengenalan calon CEO baru pengganti pak Darman dan telah menguasai lima puluh persen saham perusahaan. Pak Darman CEO sebelumnya serta pemilik perusahaan kesehatannya setahun terakhir ini menurun drastis. Sedang putri tunggalnya yang memiliki profesi seorang dokter spesialis kulit lebih menginginkan memiliki sebuah klinik kecantikan modern sehingga lima puluh persen saham yang sudah diperuntukan untuk nya, dibeli oleh calon CEO baru saat ini. Langkah nya cukup ringan menuju ruang rapat, walau jantung berdebar kuat Hanin sudah menetapkan sikap setelah sholat malam yang ia lakukan. "Tok.. Tok" , Hanin mengetuk pelan pintu ruangan bagian belakang, ia langsung masuk dengan sedikit membungkukkan badan dan menuju kursi kosong. Tidak menghentikan pembicara, kehadirannya cukup membuat tiga orang terdekat dari pintu menoleh padanya. " Maaf telat, pagi tadi ada masalah sedikit", katanya dengan pelan dengan wajah memelas. Pak Rifky salah asisten manager salah seorang rekannya tersenyum seakan mempersilahkan Hanin duduk di sampingnya. Dan memang hanya itu kursi kosong yang akan dituju Hanin. Ternyata perkenalan calon CEO baru sudah berlalu, tinggal beberapa presentasi dari beberapa departemen tentang kinerja dan prospek perkembangan nya saja yang dibahas sebagai informasi awal sebelum beliau menggantikan secara penuh jabatan pak Darman. Kemudian pak Rahman sebagai manager operasional menanyakan dirinya. " Apa Bu Han tidak hadir? " Pak Rahman mengedarkan pandangannya lalu berhenti ketika melihat Hanin berada di pojok dekat pintu. " Nah ternyata hadir juga, Alhamdulillah saya sebagai manager operasional, membawahi beberapa divisi yang membantu terlaksananya operasional perusahaan. Di sini ada Divisi Properti di pegang oleh Pak Darwis, Divisi Rental alat berat oleh Pak Frans dan Divisi Distributor bahan bangunan oleh Pak Rifky, sebagai penunjang divisi produksi juga ada divisi Facility dan maintenance oleh Ibu Han. Mungkin semua nya bisa memperkenalkan diri dan sedikit gambaran terkini kinerja divisinya", Pak Rahman menjelaskan isi Departemennya yang memang sangat berat karena berisi divisi produktif inti utama dari kegiatan perusahaan. Tiba tiba Pak Tyo CEO baru berbicara tapi bukan menanggapi pernyataan Pak Rahman, malah membicarakan pengalamannya. " Kemarin mobil yang saya kendarai mogok di jalan, tapi ada super hero kayaknya kata pak supir namanya Bu Han" , Tyo memang mengingat kembali peristiwa kemarin setelah mendengar nama Bu han. " Ha.. ha.., inilah salah satu maskot unik dari PT. Griya Dinamika ini pak Tyo, kita memiliki Bu Han yang unik. Kalau biasanya bagian Facility dan maintenance di pegang oleh seorang Pria yang enegik tapi di Perusahaan ini dipegang oleh wanita unik seperti batu akik. Yang kalau dilihat awalnya banyak yang mengira karyawan magang pada hal Dia ini supporting utama berjalannya aktivitas di perusahaan ini, Ayo Bu Han mulai dari facility saja perkenalannya" ujar pak Darman sambil tersenyum meminta salah satu staf kebanggaannya memperkenalkan diri. Hanin sedikit bingung akhirnya memutuskan memakai kacamatanya terlebih dahulu sebelum berdiri. " Assalamualaikum wr wb, perkenalkan saya Hanin tapi bekennya saya disini dipanggil Bu Han Pak. Sebelumnya saya minta maaf pada pak CEO baru yang belum apa apa sudah merasakan mobil mogok dan istilah super hero nya jadi hilang pastinya setelah tahu sayalah yang bertanggung jawab untuk itu. Tapi memang pak kerusakan kemarin itu memang seperti wajar terjadi walau mobil rutin di servis, seperti misalnya Bapak jadi bersin di jalan raya bukan berarti Bapak dan perangkat Bapak tidak bersih tapi karena beraktifitas di wilayah luar yang tidak terkendali makanya Bapak jadi bersin. Tapi di perangkat Bapak ada masker, tisu mungkin juga hand sanitizer sebagai antisipasinya. Nah.. di mobil itu juga ada perlengkapan untuk menjaga masalah seperti kemarin yaitu di bagasi. Dan mengapa saya yang ngerjain, jika saya datangnya lima menit lebih lambat juga pasti supir udah ngerjain seperti yang saya lakukan. Maaf bukan pembelaan diri.. Mungkin soalnya memang sedikit aneh ya kok bisa saya yang mengerjakan hal itu. Ya.. soal latar belakang saya yang kata pak Darman unik, semua karena kebaikan hati dua orang atasan saya yang menggembleng saya seperti anak dan adik nya sendiri. Pak. Darman dan Pak Rahman juga kuasa Allah SWT tentunya yang maha segalanya. . Kalau di pikir pikir mana ada orang yang percaya untuk saya dan jabatan ini dilihat dari segala sudut tampilan saya tapi yah jabatan saya rezeki saya. Semoga mereka berdua selalu dilapangkan hati nya sehingga bukan saya saja yang mendapatkan kebaikan mereka pada kemampuan yang seperti ini. Dan saya. juga bekerja di antara orang orang yang selalu berpikiran positif dan berlapang d**a. sehingga berkenan mengikuti arahan saya dan bekerja team untuk memelihara aset aset dan kegiatan peerusahaan agar tetap stabil dan mendapatkan target yang diinginkan, jika berkenan nanti Bapak bisa berkenalan dengan montir dan teknisi andalan PT. Griya Dinamika , sekian dulu dari saya Pak, mengenai data kuantitas sudah tercantum di data laporan", Hanin menutup orasinya dan duduk dengan lega dan mengucapkan Alhamdulillah berkali - kali. Hampir semua tersenyum hanya ada dua orang yang sulit tersenyum untuk Hanin yaitu Tika sekretaris Pak Darman dan Heni sekretaris Pak Rahman. Hanya mereka yang selalu menganggap Hanin saingan padahal memang levelnya kan memang beda. Akhirnya rapat ini pun berakhir dan semua dapat kembali ke ruangan masing masing. Hanin menghempaskan tubuhnya di sofa ruangannya yang satu lokasi dengan Pak Rahman dan Faiz asistennya walau untuk pak Rahman ada ruang sendiri di ruang tersebut. Tapi hampir seharian biasanya Hanin nantinya berada di Workshop. Lalu matanya terfokus ke mejanya tampak setangkai mawar putih di sana, dia berpikir "apa sudah dari ketika ia datang tadi ya..? Kok nggak kelihatan". " Iz, ini bunga siapa kok ada disini? Buat masalah lagi nih", tanya Hanin pada Faiz yang memang sudah duduk di kursinya. " Lho, saya juga nggak ngeh Mbak. Wah ada penggemar lagi, jangan dibilang buat masalah dong Mbak kan itu tandanya ada yang suka sama mbak Han", kata Faiz memainkan alisnya. " Ganjen kamu Iz, kamu gak ingat setiap dapat bunga maka gelar gelar nggak enak bakal menghampiriku. Ntar aku jalan ada yang bilang Janda Penggoda, Janda tak tau diri lah", gerutu Hanin mengingat nasibnya ketika sebelumnya mendapat bunga dari salah satu manager yang masih jomblo. " Ih, mbak Han nggak usah di pikirin mereka itu hanya iri, masak mereka yang masih gadis gak pernah dapat bunga dari kelas manager lagi, buka hati dong Mbak. Janda selalu di depan, atau sama Faiz aja toh kitakan sebaya", ujar Faiz cari kesempatan. " Kamu ini ngawur, tapi aku nggak suka ini mengganggu privasi ku Iz. Kalau kamu tau orang nya tolong dulu bilangin ke dia aku ini Janda punya anak, bukan Janda kembang tapi Janda lawas ngerti ora, bukan satu dua tahun baru menjanda ", gerutu Hanin dengan sangat kesal. Tiba tiba pintu terbuka, Pak Rahman masuk dengan dahi berkerut. " Ada apa, kok ngomong janda - janda", katanya sambil melihat ke Hanin dan Faiz. " Biasa Pak, misteri mawar putih", Faiz tertawa. Pak Rahman menoleh ke meja Hanin dan melihat setangkai mawar putih. Lalu diambilnya di pangkal kelopak terlihat tulisan kecil " yang menyukai mu, R. " Lihat ini ada inisial R, tapi bukan saya ya Han", kata pak Rahman memberikan bunga tersebut ke Hanin. Sementara Faiz semakin tertawa terkekeh. Hanin mengambil bunga tersebut dan berdiri memberikan ke Faiz. " Nih, Iz beri ke gadis yang kamu suka daripada mubazir", Faiz menerimanya pura pura menciumnya, sementara pak Rahman menggeleng geleng kepala. " Sudah Iz, jangan diganggu lagi Mbak Hannya ntar dia ngambek mogok semua mobil dinas", kata Pak Rahman yang membuat Faiz semakin tergelak. Hanin mengambil sebuah map di meja. " Pak Rahman saya ke workshop dulu", lalu menuju ke pintu sambil melempar sebuah permen relaxa ke Faiz.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD