Bab 5. Wajah di masa lalu

1379 Words
Pagi Minggu Hanin sudah berniat untuk lari pagi mengitari kompleks perumahan dan berhenti sejenak di taman depan perumahan. Biasanya di sana dia dapat bertemu dan menyapa tetangga dari blok lain yang mungkin berbulan bulan tidak bersua. Hanin mengintip kamar puteranya," apa Zayn sudah pulang dari Masjid ya?", batinnya karena tidak mendengar suara. Namun kamar tersebut masih kosong, akhirnya Hanin memutuskan melihat kondisi di luar terlebih dahulu, karena kurang baik juga bila ia berjalan sendiri sementara hari masih terlihat gelap. Tiba tiba matanya melihat Zayn yang berjalan dari arah masjid bersama seseorang, cepat dia berlindung karena sepertinya itu Ustadz Lukman tapi mengapa ke arah rumahnya bukannya rumahnya arah belakang Masjid. Terdengar suara Zayn yang menyatakan bahwa dia masuk dulu sambil mengucap salam dan membuka pagar. Lalu terus menuju pintu rumah. "Zayn, sini dulu", Hanin melambaikan tangannya dari dekat pohon jambu di samping rumah. " Astaghfirullahaladzim", terlihat anaknya berteriak pelan hampir tersandung semen pembatas di depan pintu. Dia menoleh ke arah suara yang membuatnya kaget. " Bunda, ngapain disitu ini masih agak gelap, apa mau lihat Zayn pingsan. Senang lihat Zayn jatuh", celotehnya sambil memegang d**a. " Lebay banget umur belum sweet seventeen, sudah kayak sweet grandpa aja. Yah bunda nunggu kamu lah". " Nunggu Zayn kan bisa duduk manis di dalam, ngaji kek gitu". " Bunda mau nunggu kamu biar sama sama lari pagi, jadi Bunda mau pemanasan dulu. Eeh lihat kamu sama ustadz Lukman lebih baik tidak terlihat ajalah Bundanya. Lagian kamu kok jalan dipanggil aja sampai kaget gitu, kayak maling ketangkap basah ". " Tau nggak Bunda, Zayn justru lagi mikirin Bunda, udah sering Ustadz Luqman nanyain Bunda, nunjukin perhatian sekarang tanggapan Bunda bagaimana?" "Ih, kok ustadz curhatnya ke anak kecil sih, lagian kamu kan sudah Bunda jelasin kemarin malam. Bunda nyaman seperti ini, Bunda emang janda di tinggal suami pergi belajar tapi Bunda belum pernah di talak. Rumit rasanya mau nikah lagi ada sesuatu yang harus Bunda beresin dulu ke Ayah kamu jika dia masih hidup yaitu kamu!!" " Sudah ganti baju dulu temenin Bunda lari pagi, harusnya itu Ustadz menyampaikan maksudnya dengan perantaraan orang dewasa bukan kamu, cepat Bunda tunggu disamping", Hanin menuju samping rumah bermaksud melakukan gerakkan pemanasan sebelum lari pagi. Setelah berganti pakaian Zayn mengajak Bundanya berlari mengitari perumahan menuju taman depan kompleks. Sepanjang jalan mereka bertemu dengan beberapa penghuni kompleks yang tidak begitu mengenal mereka, umumnya memandang lama ke arah mereka dan baru berpaling ketika Hanin tersenyum memandang mereka. Sampai akhirnya mereka berpapasan dengan Ibu dan Bapak Waluyo tetangga satu blok rumah yang juga bekerja sebagai supir di kantor yang sama dengan Hanin. Mereka ternyata sudah duluan berlari pagi. " Assalamualaikum, Ibu dan Bapak Waluyo semangat ini, kalah saya yang baru mulai lari", sapa Hanin pada pasangan paruh baya tersebut. " Waalaikumsalam, lah Jeng Hanin to. Saya kira anak anak remaja sedang lari pagi eh taunya Ibu dan anak ini ya Pak?" Bu Waluyo seakan baru ngeh dan meminta persetujuan pendapat pada suaminya. " Ini mungkin faktor kostum saya Bu seperti anak sekolahan ya Bu, tapi bila udah dekat lihat wajah baru kelihatan emak emaknya, he.. he" , kata Hanin cepat menimpali. " iya, ini Bu Hanin kalau sama Zayn begini seperti kakak adik, bahkan teman sekolah betul kata istri saya, maka nya kita lurus aja pandangannya tadi". " Wah awet muda dong saya, Makasih Ibu dan Bapak Waluyo semoga jadi doa. Insha Allah kita diberi kesehatan agar dapat melakukan aktifitas Ibadah dan kehidupan sehari hari dengan baik, mari Pak, Bu kami lanjut dulu". " Amin juga jeng, kami juga masih mau mutar lagi ayo pak", Bu Waluyo memang salah satu tetangga Hanin yang cukup dekat walau tidak setiap hari bertemu. Kalau Pak Waluyo yang kebetulan juga supir di perusahaan tempat Hanin bekerja malah sering karena dia memang selalu berurusan dengan Hanin. *** Hanin sudah rapi, dan hari sudah menunjukkan hampir jam sembilan pagi. Sehabis lari pagi tadi dia mengajak anaknya sarapan lontong sayur di warung Bu Tini istri pak Dadang Ibunya Rochim, dan sambil makan Hanin meminta Zayn mengantarkan nya ke salon muslimah langganannya biasa sebulan dua kali dia akan lulur sambil di pijat sehingga syaraf yang tegang jadi lebih rileks. Hari ini rencananya bebas dari kegiatan masak dan nanti pulang dari Salon akan makan siang serta mau belanja keperluan dan isi kulkas. " Zayn. kok lama banget, nanti Bunda dapat antrian belakangan di Salon Tante Maya. Kita masih mau belanja lagi", " Bunda, baru nunggu dikit aja lebay, Zayn tiap pagi tuh, sabar aja di tengah gemuruh hati bakalan ditutup gerbang sekolah", " Iya harus begitu dong, anak nya Bunda", cetus Hanin tak bersalah duduk di boncengan motor. Ok, Bunda ku tersayang, Bismillah", motor pun melaju di keluar perumahan. Saat memasuki jalan arteri dengan kiri kanan ditumbuhi pohon besar menuju salon, Zayn melambatkan laju motor. " Nda, itu seperti pak Waluyo lho, kayaknya mobil yang di supirnya mogok ". Hanin mengalih kan pandangan nya ke depan. Dilihatnya pak Waluyo berdiri di samping mobil dengan kap sudah terbuka. Mobil yang dibawanya juga mobil kantor tempat Hanin bekerja. " Zayn, kita berhenti dulu nak, kasihan pak Waluyo kita nggak mungkin melewati nya begitu saja", Hanin menepuk bahu Zayn yang langsung mengarahkan motor ke depan mobil. "Assalamualaikum Pak Waluyo, kenapa mobilnya pak?" Hanin turun dari motor langsung menghampiri pria paruh baya tersebut. " Ah, Bu Han, ini mobil tiba tiba berhenti dan di stater hidup langsung mati lagi. Saya bingung kalau lihat kabel kabel". " Coba saya lihat Pak, Bapak stater lagi, he.. he Bapak ingatkan saya karirnya berawal dari montir mana tahu masih rezeki dengan mobil ini". " Eh.. Iya Bu Han. Saya stater dulu ya.. " Pak Waluyo langsung masuk ke mobil". Hanin mencoba menganalisa suara mesin yang melemah dan mati. Lalu meminta tang penjepit dan obeng bunga serta spray pembersih sensor mungkin ada di bagasi seingat nya mobil ini dilengkapi hal hal tersebut pada pak Waluyo. Setelah itu di mencoba membuka sensor udara pada mesin mobil dan membersihkanya lalu mensetting ulang pada sekring mobil. Sekitar dua puluh menitan Hanin meminta Pak Waluyo menstarter mobil. " Alhamdulillah, Bu Han mesinnya stabil " , ujar Pak Waluyo yang melongokan kepalanya keluar mobil. Hanin meminta Zayn membenahi dan menutup kap mobil. Tiba tiba dia baru melihat ternyata ada seseorang di dalam mobil. Sekilas ia melihat wajah tersebut dan reflek membalikkan badannya. Sementara Zayn menutup kap mobil dan memberikan peralatan tadi ke Pak Waluyo yang segera minta maaf dan berterima kasih. " Aduh terima kasih Bu Han, Zayn. Ntar ajarin saya untuk menghadapi kondisi kondisi seperti ini". " Iya pak nanti kita bicarakan lagi di mungkin kemarin Bang Saut lupa ya mentraining Bapak tentang hal ini, tapi Bapak bawa siapa itu?" Hanin berbicara lirih, dia kaget dan tak enak pasti di dalam sana orang penting tapi tadi ada yang lebih membuyarkan pikiran nya, wajah orang tersebut. " Itu pengganti pak Darman Bu Han, ini saya dari Kantor menjemput dan akan mengantarkan Pak Tyo ke lapangan golf menyusul Pak Darman. Supir Pak Tyo ini cuti jadi gantian dengan saya dan mobil ini. Tadi Bu Tiwi menelpon saya atas permintaan Pak Darman ", jelas Pak Waluyo. "Oh.. Saya duluan saja Pak ya, hati hati besok lapor aja ke mekanik biar di servis semuanya". " Sip, Bu Han, hati hati ya Zayn", ujar pak Waluyo melihat ke Zayn yang sudah siap di atas motor. Hanin pun segera menghampiri anak nya dan naik ke motor. Selintas tadi Zayn melihat perubahan di wajah Bundanya yang sedikit pucat pias seperti orang kaget. " Bunda, kenapa kok tiba tiba pucat apa tadi ada kesetrum atau kejepit, Nda", tanya Zayn sambil tetap fokus ke depan. " Nggak apa apa nak, hanya tiba tiba pusing. Bunda pengen cepat di pijat. Zayn bisa nggak belanja harian sendiri nak selama Bunda di Salon. Ntar kamu makan saja duluan bungkusin aja sama Bunda apa kek untuk makan siang. Kayak nya Bunda lemas deh. Ntar dari salon pengen langsung pulang tidur", kata Hanin bertepatan mereka sampai di depan salon " Iya Nda, nanti Zayn langsung belanja", Hanin turun dan mengambil uang dan catatan belanja yang sudah disisihkannya di dompet dan menyerahkannya ke Zayn yang langsung menyimpan ke tas selempang nya. " Nanti kalau ada apa apa yang nggak beres atau semakin sakit telepon Zayn cepat, Nda", Hanin pun mengangguk dan membalas salam anaknya dan segera masuk ke salon.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD