Bab 20. Lanjutan Syukuran Keluarga Wijaya

1038 Words
Hanin memandang ke depan pintu dilihat nya dua pria kembar nya, bram dan Zayn sudah dengan Pakaian yang sama yaitu koko kurta berwarna hijau lumut. Hanya saja yang satu berbadan tegap khas seorang dewasa dan sedikit lebih tinggi sedang satu lagi berbadan kurus dan wajah imut tentunya. " Hai Pak Rizky, Pak Frans", panggil Bramantyo kemudian dia meminta Zayn mengambil cemilan dan minuman terlebih dahulu. Dia juga melambaikan tangan pada seorang lelaki hampir sebaya nya dan mengajak bergabung ke kami. Karena kursi Hanin sudah merupakan yang paling tepi, Rizky tadi menarik kursi di sebelah Frans yang duduk di samping Hanin justru membuat Hanin diapit oleh Faiz dan Rizky. Bram memandang Hanin dengan sedikit tajam membuat Hanin berdiri dan mempersilahkan kursinya pada Bram, sedang dia sendiri pindah ke baris belakang. " Silahkan Pak duduk di sini" Hanin justru melihat Zayn di baris belakang dengan piring berisi setumpuk kue kue cantik. Zayn berdiri meletakkan piringnya di kursi sebelahnya dan menuju tempat minuman mengambil bunda nya segelas air timun yang segar. Tentu saja Hanin kemudian asyik sendiri. Bram melihat kondisi Hanin akhirnya duduk di kursi Hanin sebelumnya sambil mengajak yang lain mengambil snack di meja sebelah, rupanya Heni sudah berinisiatif untuk meminta panitia membawa minuman untuk para lelaki atasannya dengan meletakkan sebuah meja kecil di sana. Seseorang yang tadi dipanggil Bramantyo juga datang bergabung dengan kursi di tangannya dia pun langsung menuju ke sebelah Rizky agar tidak mengganggu lalu lalang panitia. Bram berdiri dan memperkenalkan Yusuf sepupu nya, seorang pria yang hampir sama tinggi dengan Bram dan juga berkulit putih dan berjambang. " Ini Yusuf sepupu saya, Ayah nya kakak Ibu saya almarhum. Sekarang dia menjabat CEO di Dwi Wjaya Group, sebelumnya sama seperti saya kami bekerja bersama Ayah nya di cabang yang ada di Jerman tapi karena Ayah saya sakit di menyerahkan jabatan Direktur utama ke saya dan Yusuf sebagai CEO dan sekarang tentu saja Yusuf yang sangat dominan di Dwi Artaguna Group karena saya aktif di Griya Dinamika". Yusuf dengan lapang hati menyalami semua orang disitu padahal dibanding Griya Dinamika Group, Dwi Wijaya adalah perusahaan konglomerasi yang lebih besar skala dan variasi usahanya. Di pojokan lain terlihat Pak Darmansyah bersama Istri yang merupakan Direktur utama Griya Dinamika duduk bersama nya juga anak semata wayangnya yang berprofesi sebagai dokter, juga ada Pak Wijaya , Ayah Bramantyo yang entah sejak kapan hadir di acara ini dan dua orang lagi yang tidak begitu familiar di kalangan kedua perusahaan ini. Yusuf berdiri dan mengajak Bramantyo membuka acara karena hampir semua yang di undang telah hadir, keduanya beranjak ke tengah area acara. " Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, syukur Alhamdulillah hari ini cuaca cerah dan terima kasih untuk semua yanng telah hadir disini semoga acara ini dapat berjalan lancar dan di ridhoi Allah S. W. T. Adapun maksud acara ini adalah temu ramah antara kalangan staf daripada dua perusahaan yaitu Dwi Wijaya Group yang awalnya dipimpin Bapak Wijaya dengan Griya Dinamika Group yang dipimpin pak Darmansyah, mereka berdua ini adalah sahabat dari semasa SMA yang ingin mulai berkolaborasi lagi tapi kini dalam bidang usaha. Hal ini bermula dari pengalihan kepemilikan saham Mbak Paulina ke saya sendiri sehingga saya sekarang ikut pegang kendali di Griya Dinamika. Dan jabatan Direktur Utama yang dipegang Ayahnya karena sebab kesehatan, beralih ke saya. Tapi karir saya sekarang merangkap CEO di Griya Dinamika maka Sepupu saya Yusuf yang juga sahabat saya selama kuliah ini lah yang banyak berperan di Dwi Wijaya , hal ini juga dikarenakan Ayah Yusuf yang juga Paman saya kakak Almarhum ibu saya adalah pemegang saham terbesar di Dwi Artaguna hanya saja Paman yang mengelola perusahaan nya sendiri di Jerman sudah mendarah daging rasa itu sehingga tidak berkenan mengelola perusahaan disini. Karena hal tersebut kedua persahaan ini walau berbeda managemen mungkin akan selalu berbagi job dalam satu proyek bersama makanya saya dan Yusuf memprakarsai acara temu ramah ini. Kedepannya lagi ini Mbak Paullina dengan Pak Darmansyah akan membentuk sebuah yayasan yang akan menaungi sebuah rumah sakit sebagaimana spesialisasi mbak Paul dan di projek ini dua perusahaan sebelumnya akan terlibat bersama dalam proyek rumah sakit ini. Yayasan tersebut nanti akan dipimpin oleh Bapak Darmansyah yang juga Dirut kita sedang operasional rumah sakit akan dipimpin oleh Mbak Paul sendiri dengan berkolaborasi dengan Mas Agung suami beliau yang juga seorang dokter", Bram kemudian mengajak Paulina dan Agung untuk memperkenalkan diri. " Bisa dibayangkan walau dalam managemen yang terpisah kita nanti akan bekerja selayaknya keluarga besar yang saling bahu membahu tentunya, semoga semua dapat berjalan lancar dan ridhoi Allah S. W. T. Amin demikian sambutan panjang saya, mungkin ada sepatah dua kata dari Bapak Darmansyah dan Bapak Wijaya kita persilahkan Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh", Kemudian Pak Darmansyah berdiri dan mengajak pak Wijaya untuk berbicara di depan. Bram pun kembali duduk bersama Yusuf. Sebenarnya Yusuf lebih berhak menjadi direktur utama di perusahaan mengingat besar nya persentase saham ayahnya namun ia lebih memilih menjadi CEO untuk lebih mengenal operasional katanya. Itulah sebabnya Bramantyo bersedia menjadi CEO di Griya Dinamika agar otoritas pengambilan keputusan dapat dirasakan Yusuf sepenuhnya walau banyak juga berdiskusi dengan Bram. . Bramantyo berdiri melihat ke belakang ditatap nya Hanin yang duduk dibatasi sebuah kursi dari Zayn kursi tersebut di isi makanan dan minuman. Bram mengirim sebuah chat ke Zayn. [ Nak ke depan duduk dengan Ayah dan Uncle Yusuf, minta sekalian pantia menambahkan minum dan cemilan ] [ Ya, Yah disini juga Zayn harus pura pura gak kenal Bunda nggak enak] Zayn pun mengkode Hanin bahwa dia dipanggil oleh Ayahnya. Yusuf maju kedepan dan meminta para hadirin agar dapat menikmati hidangan sambil mungkin saling mengenal satu sama lainnya. Ada empat meja panjang yang berisi berbagai makanan. Tiba tiba mata Hanin tertuju pada tiga orang wanita yang duduk di sudut sejajar dengan meja hidangan seorang wanita paruh baya dengan style glamour mengingat kan Hanin saat terakhir dia diusir dari rumah ini. Kini wanita tersebut menatap tajam ke anak nya Zayn yang mungkin diperkenalkan Bram kepada Yusuf dan Yusuf langsung memeluk ponakan nya tersebut. Salah seorang wanita. Yang menunjuk ke arah Bram adalah Tika sekretaris Bram dan satu lagi dia ingat itu adalah Anggita yang dijodohkan Mama Leni dengan Bram dan di batalkan. Hanin menunduk sedikit seolah sedang menikmati makanan agar wajahnya tidak terlihat ia masih memperhatikan tatapan Mama Leni pada Zayn yang penuh selidik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD