Bab 16. Tanggung Jawab

1643 Words
Mereka makan bersama, Hanin yang membeli nasi padang dengan kemasan bungkus kertas meletakkannya di piring masing masing. Bram yang terbiasa makan dengan sendok dan garpu , Hanin menyediakan untuk nya sendok serta garpu sedang Zayn dan Hanin makan dengan tangan yang sudah dicuci dengan bersih. " Bagaimana Zayn keunggulan makan dengan tangan selain nikmat", kata Hanin tersenyum melihat suami dan anaknya. " Ujung jari jari kita ini akan mengeluarkan zat asam yang nanti akan mempercepat pembusukan di dalam proses pencernaan sehingga. Akan memperlancar proses pencernaan tersebut. Dan dapat menghindari penyakit sembelit terutama nya". Bram, berhenti sejenak dan tersenyum. " Nanti Mas akan coba membiasakan diri", katanya kemudian. " Nggak apa, maksud nya bisa dilakukan sesekali nantinya", ujar Hanin. Zayn kesal mengapa Bunda nya semakin akrab saja. Sekarang mereka seolah sebuah keluarga kecil yang bahagia. Zayn memilih diam saja menanggapi hal tersebut. Selesai makan Pak Bram menuju sofa menonton TV sedang Zayn membantu Bundanya membersihkan meja dan bunda mencuci piring kotor yang hanya sedikit karena sebagai alas kertas nasi tadi. Zayn langsung masuk kamar, ia merasa tidak tau harus berbuat apa pada orang asing yang kayaknya telah berhasil menarik perhatian Bundanya. Dia berharap Bundanya mematuhi aturan seperti yang selalu di ingatkan padanya. "Zayn, kemari nak duduk bersama dulu ada yang ingin Bunda jelaskan". Nah.., tiba waktunya, batin Zayn. Pasti Bunda akan meminta agar ia menerima pacarnya tersebut. Zayn keluar dengan wajah datar. " Mari Nak duduk sini", ujar Bram, keramahannya membuat Zayn bertambah kesal. Bunda mengambil remote TV dan mengecilkan suara Televisi. " Zayn, Bunda sebenarnya sulit untuk menjelaskan hal ini. Tapi Bunda merasa ini adalah hidupmu juga dan ada hak mu disini yang bisa terabaikan. Jadi walau rumit Bunda memilih untuk kita hadapi bersama sama karena anak Bunda sudah di ambang dewasa. Ini Pak Bramantyo Wijaya apa Zayn ingat nama itu", Hanin tersenyum memandang anak nya. Zayn yang tadinya menunduk memandang Bundanya Ia mengingat lagi nama yang di sebut Bunda denggan masih tetap diam. " Dari dialah kau mendapat nama Wijaya nak", kata Hanin lagi, menarik tangan anaknya untuk duduk lebih dekat dengan Bram. " Ayah..? " Zayn justru menatap Bram terpana ke depan. Sejuta rasa memenuhi hatinya rindu, benci, asing, marah atau senang kah ia harus saat ini. Ia bingung untuk bersikap. Bram bangkit dari dudunya dan langsung memeluk Zayn. " Ayah tida dapat menjelaskan alasan dan pembelaan untuk tujuh belas tahun terpisah dari Bunda nak. Ayahlah yang bersalah walau Ayah tetap ingin kau tau cerita ayah yang berusaha mencari Bundamu. Karena Ayah pun tidak pasti akan adanya anak Ayah. Zayn beri kesepatan pada Ayah ya untuk menceritakan segalanya. Walau seperti kata Bunda sampai saat ini kita masih punya hal rumit yang harus. Ayah benahi", Bram mengecup kening anaknya, dan mencium tangan Zayn sambil terus mengucap kata maaf. Zayn yang awalnya merasa akan marah dan juga emosi atas rasa rindunya, hanya bisa membalas pelukan Ayahnya. Hanin tak dapat menahan tangis nya memilih memeluk keduanya. Dan akhirnya Bram mengurai tangannya membawa Hanin ke pelukanya juga. " Ayah sangat rindu pada kalian. Ayah bersyukur untuk diberi kesempatan memelukmu dan bundu saat ini, tujuh belas tahun ayah juga merindukan hai ini bahkan ayah tak sempat melihat Zayn tumbuh, sekarang Zayn hampir menjadi dewasa". Akhirnya nya pelukan mereka pun terurai masing masing masih membenahi air mata. Zayn masih belum percaya sepenuhnya dengan pertemuan ini. ia masih menatap lekat wajah Bramantyo. Dan menginat wajah wajah yang muncul ketika ia mencari sosok Bramantyo Wijaya di google. Beberapa gambar memang menampilkan nama tersebut. Ada sebuah sosok yang agak mirip yaitu ketika sebuah Artikel menampilkan sosok pimpinan baru PT. , disitu tampil nama Bramantyo Wijaya dan Jusuf wirawan. " Tapi Bunda, bulan lalu Zayn googling nama Bramantyo Wijaya ada di PT. Dwi Wijaya Group, bukan di PT. Griya Dinamika tempat Bunda bekerja". " Biar Ayah jelaskan, memang Dwi Wijaya Group adalah perusahaan keluarga Mama kandung Ayah berarti nenek Zayn, Raisa Wirawan. Sahamnya dimiliki oleh Raisa Nenek Zayn dan kakaknya Revan Wirawan sebagai direktur utama yang menetap di Jerman sekaligus Ceo Revan Transportation anak perusahaan Dwi Wirawan Group serta kakekmu papa Ayah sebagai sebagai Ceo sebelumnya", jelas Bramantyo detail serta kendala yang sekarang akan dihadapi. " Nah, nak karena Ayahmu tidak tahan untuk memelukmu dan merasakan kebersamaan keluarga kecil kita maka Bunda mempertemukan mu saat ini, Tapi kita belum bisa sepenuhnya tampil sebagai keluarga karena ada beberapa orang yang tidak akan suka melihat keberadaan kita berdua terkait ketamakan harta dan jabatan. Biarlah kita tetap seperti dahulu di tampilan kantor Bunda dan keluarga Ayah. Doakan Ayah bisa mengatasi ini dan kita bisa tetap bersama. Tapi karena Ayah ingin merasa bersama kita walau sembunyi sembunyi Bunda juga sudah menikah ulang dengan ayah untuk menghindari fitnah dan nanti habis ini kamu bawa ayah ke RT dulu agar keberadaan ayah di rumah ini tidak salah", jelas Hanin " Dek, Mas rasa kalian harus memiliki mobil. Mas tidak tega kalian berdua berboncengan motor begitu. Istirahat lah Zayn nanti malam kita makan di luar dan singgah ke dealer teman Ayah. Biar Zayn yang milih tapi Bunda dulu yang mengendarai Zayn masih belum punya SIM kan", kata Bramantyo " Zayn, Ayah tadi membeli beberapa pakaian dan sepatu di mobil. Tolong Zain ambil nak". Hanin memberi kunci mobil ke Zayn. Hanin menyuruh Bram untuk beristirahat sejenak di kamar. Bram pun beranjak menuju kamar Hanin. Dilihatnya kamar yang luasnya mungkin sepertiga kamar nya di rumah dengan kamar mandi di dalam. " istirahat agak satu jam Mas".. Ketika Hanin akan keluar, Bram menariknya dan langsung menahan tengkuk mencium bibir tipis di depannya sambil tangan kiri menutup pintu dan menguncinya. Hanin gelagapan akibat serangan yang tiba tiba, Bram melepaskannya sejenak ketika menyadari istrinya terengah kehabisan nafas. Kemudian ia membaringkan Hanin di tempat tidur dan kembali melumat bibir tersebut dengan lembut Hanin merespon nya dengan meremas rambut suaminya. Perlahan Bram mengalihkan bibinya ke leher jenjang Hanin sehingga wanita itu melenguh dengan tangan tangan yang menarik atasan resleting gamis Hanin dan berbisik dengan suara serak. " Dek, Mas masih sangat rindu, Mas pengen ", apalagi yang bisa Hanin lakukan selain mengangguk dan membiarkan pakaiannya lepas satu persatu. Ia sangat menikmati apa yang dilakukan Bram, hingga Bram memasuki tubuhnya. " Adek masih seperti dahulu, Mas tak pernah bisa lupa " , ucapnya Bram serak sambil terus mendaki mencapai kenikmatannya dan ia melihat Hanin pun seperti sudah pada puncaknya dan akhirnya sama sama. " Mas selalu ingin dengan mu, jangan pergi lagi dari Mas", kata Bram yang kelelahan dan puas. Akhirnya mereka tertidur sambil berpelukan. *** Zayn yang di suruh Hanin untuk mengambil paper bag belanjaan ayah nya tertegun dengan jumlah paper bag yang ada di kursi belakang. Sekitar delapan paper bag ada beberapa pakaian dan ada juga yang berisi kotak besar dan kecil. Daripada nanti berulang kali akhirnya ia mengeluarkan semuanya dari mobil. Sesampai di rumah dilihatnya sepi dan pintu kamar bundanya tertutup. Ditaruhnya semua paperbag itu di sofa dan langsung menuju kamarnya untuk beristirahat sejenak. ** Hanin terbangun dilihatnya jam dinding sudah menunjukan jam empat sore lewat sepuluh menit. Perlahan ia mengalihkan tangan Bram dan bangkit dari tempat tidur mengambil handuk menutupi tubuhnya ia memungut pakaiannya dan Bram yang berserakan di lantai. Lalu bergegas mandi. Keluar dari kamar mandi di dapatinya Bram sudah bangun dan menelpon seseorang lalu menutupnya setelah Hanin memberikannya handuk bersih. " Mas sudah menelpon teman Mas yang punya dealer mereka akan buka nanti malam" " Mas akan pakai baju apa". " Lihat di paper bag yang di ambil Zayn di mobil kemeja biru muda sepasang dengan baju mu dan Zayn", kata Bram langsung masuk ke kamar mandi. Hanin melaksanakan sholat Ashar , kemudian ia keluar mengambil baju yang di maksud Bram. Ia tertawa melihat hasil shopping Bram yang lengkap entah kapan ia membeli baju tersebut, yang pasti sebelum acara pernikahan tadi malam. Hanin mengetuk kamar Zayn. " Zayn bangun Ashar sudah mau jam lima cepat" teriaknya membawa semua paper bag berisi pakaian ke kamarnya. Di kamar di lihatnya Bram sudah baru akan memulai Sholat Ashar. Ia pun duduk di tempat tidur memilah baju yang akan di pakai. Dibukanya paper bag dengan isi gamis batik premium sederhana modelnya tapi kualitas bahan dan motif yang elegan membuat baju tersebut sangat cantik, sebuah pashmina warna senada yang sudah dimodifikasi sehingga memudahkan pemakainya. Dia melihat label harga yang terselip di baju hampir dua jutaan. Biasanya Hanin mentolerir pembelian bajunya hanya sampai harga empat sampai lima ratusan ribu saja itupun untuk keperluaan wajib anggota seperti acara kantor dan perkumpulan pengajian di perumahannya. Kemudian ia beralih ke paper bag yang isinya kemeja batik sama motif dengan bajunya ada dua kemeja sama motif tapi beda ukuran pasti yang kecilan untuk Zayn pikirnya. Begitu juga celana panjang di paper bag selanjutnya. Lalu ada paper bag untuk pakaian dalam lucunya untuk pakaian dalam wanita juga ada dan lengkap bahkan ada lingerie nya lebel harga tercantum membuat Hanin langsung mengkalkulasikan harga semua yang di beli. " Mas, aduh ini semua kok hampir sembilan jutaan lho, nanti kalau belanja untuk kami berdua biar Hanin aja. Kalau Mas mungkin nggak apa lah ini. Standar harga nya jadi menjulang ini". " Lah, kita akan selalu menggunakan baju couple untuk acara acara gimana harga nya mau beda Hanin, Itu dipakai malam ini ya makan malam bertiga untuk besok malam kamu nanti cari lagi". " Ya ampun Mas, Zayn nggak sampai dua tahun lagi kuliah harus hemat Hanin nya". " Emang nya Zayn tanggung jawab siapa? Dia anak Mas, jadi Mas yang akan mempertanggung jawabkan semua kebutuhannya mulai saat ini, apa adek lupa? Ayo katanya mau ke pak RT, Mas pake koko ini aja mengambil baju yang tadi di belinya bersama Hanin, adek bersiap bawa buku nikah kita yang lama, photo acara kemarin ada di ponsel Mas ", Bram mengambil dan memakai boxer dan celana panjangnya dan membawa keluar kamar bagian Zayn. Sementara Hanin bersiap untuk ke Pak RT. " Zayn, sini Nak", panggil Bram menuju sofa mengambil dua buah paper bag yang ada disana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD