Bab17. Beda Pendapat

1558 Words
"Ya, Yah.." , terdengar suara Zayn dari dalam kamar. Zayn, keluar dilihatnya ayahnya duduk sendiri di sofa. " Duduklah.. ", kata Bram melihat Zayn dihadapannya. " Ada apa Yah?", tanya Zain masih canggung, takut semua ini hanya sementara, apalagi mendengar cerita Bunda ada yang akan mencelakai nya akibat perebutan harta dan jabatan. " Nanti kita makan diluar, ayah ingin kita berpenampilan couple. Ini pakaian Zayn sama dengan ayah, semoga sesuai dengan ukuran Zayn", Bram menyerahkan paper bag batik yang dibawanya fari kamar. Zayn memeriksa bajunya selintas terlihat label harga di sana. Apa Bunda sudah tau ini kalau iya harusnya sudah ngomel seperti kemarin dulu Zain membeli kaos oblong seharga tiga ratusan Bunda langsung mengomel satu malaman. " Apa Bunda sudah tau ini yah? " , Zayn tidak tahan untuk bertanya. " Sudah", kata Ayah nya sambil membuka paper bag lain. " Nggak ngomel?" " Sudah", Ayah dan anak akhirnya tertawa bersama. Bram pun memberikan satu paper bag lagi. Zayn membuka nya, terlihat sebuah Jam tangan pria merek Seiko dengan label harga yang menurutnya cukup fantastis karena kemarin Zayn beli jam tangan lima ratus ribu aja, Bundanya bilang lihat jam di ponsel mu saja, ntar kamunya jadi target kejahatan kalau fashion mahal mahal. Sekarang di tangannya ada jam seharga empat jutaan lebih walau nggah puluhan juta seperti artis artis ini mah sudah wow banget.. Zayn lalu membuka kotak besar yang isinya sepatu sneakers Nike Air Jordan, senyum Zayn langsung merekah, namun langsung spontan ia berpindah duduk ke samping ayahnya setelah mendengar bunyi pintu kamar Bundanya. Bram yang dari tadi memperhatikan wajah anaknya yang penuh senyum sempat kaget menyadari lompatan Zayn ke samping nya duduk di antara dirinya dan lengan sofa hampir dia tertawa keras kalau tidak melihat wajah datar Hanin yang keluar dari kamar. " Apa itu, coba Bunda lihat", Hanin mengambil kotak sepatu di meja dilihatnya label harga sepatu yang mendekati lima juta enam ratus rupiah dan di samping nya ada kotak jam Seiko dengan label harga empat juta lima ratus ribu rupiah. " Mas, anakku sekolah di SMA negeri, lingkungan kami selama ini fashion hanya berkisar di ratusan ribu. Ini semua lebih sepuluh juta Mas untuk Zayn saja, dia bisa jadi sombong dan incaran orang jahat nanti". " Zayn, nggak akan sombong kok Nda, teman Zayn juga ada kok yang pakai jam harga tiga jutaan. Prinsip nya supaya bertahan lama Nda, bukan sombong, jam dua ratus ribuan di bawa mandi udah beruap dalamnya", jelas Zayn, Hanin hanya diam cemberut. "Sepatu Zayn nggak pake kok ke sekolah, tapi kalau jalan jalan ama temen nggak apa kan Nda". " Sebaiknya lihat dulu sekeliling apa ada tetangga yang kesusahan jangan sampai kamu memakai barang harga jutaan orang disampingmu makan aja susah nak. Bunda ini dari dulu selalu mendapatkan pertolongan dalam kesempitan jangan kita lupa hal tersebut Zayn kamu harus bersyukur kita berdua dapat hidup layak sampai sekarang". Bram terdiam mendengarkan perkataan Hanin. " Sayang, Mas cuma memberikan satu sepatu yang mahal bukan semua sepatu nya harus mahal, Mas merasa sepantasnya lah kalian mendapat kan ini semua karena nggak mungkin Mas memakai pakaian seperti sekarang ini tapi kali tidak memilikinya satu pun barang dengan kualitas yang mas pakai, yah satu dua Mas rasa tidak berlebihan. Mengenai bersedekah nanti kita jadwalkan waktu kita dan pendapatan kita untuk mereka yang membutuhkan", kata Bram sambil memberi sebuah paper bag lagi. " Kasih ke Bunda", katanya ke Zayn. " Ayah lah, kan Bunda di samping Ayah". kata Zayn menunjuk ke Hanin. Pelan Bram mengarahkan paper bag tersebut ke Hanin. " Adek kan sudah asisten manager pakai ini masih jauh kok dari kata berlebihan", Bram berkata lembut. Bram tau Hanim berstyle sederhana Hanin akhir nya mengambil paper bag di tangan Bram. Dibukanya bukanya kotak sepatu nike di depannya terlihat sepatu dengan model sneaker tanpa tali yang memang style terkini model sport yang sudah pasti cocok dengan style kerjanya. Hanin mengucapkan terima kasih sambil memeluk dan mencium pipi Bram. Bram pun memandang Zayn. " Apa ayah tak bisa mendapat pelukan Zayn", katanya sendu. Zayn bangkit memeluk ayahnya erat. " Thanks Yah, semua persis di mimpi Zayn", Bram membalas pelukan anaknya erat. " Sudah sudah sebaiknya kalian berdua ke Masjid sholat Maghrib, kita nggak sempat ke pak RT Mas", kata Hanin. " Mana buku nikah Mas, Mas berdua Zain aja sebentar melapor soalnya malam ini Mas menginap di sini nanti jadi masalah lihat mobil Mas di depan, Oh ya besok Mas panggil tukang benerin pagar dan buat garasi terbuka di samping agar mobil tidak kepanasan dan kehujanan". " Terserah Mas, pokoknya dari pagi kita penuh acara di luar sampai malam". " Ya, nggak apa paling mereka lari toilet Masjid kalau kepepet ". " Kita kan ke Bengkel Nda, minta tolong kak Ratna aja siapin kopi dan makan siang tukang". " Beres Yah, entar Zayn urus keperluan Tukang" " Ya, udah ada copy an surat nikahnya dek", Hanin bergegas ke kamar mengambil copy an tersebut di tasnya. Dan segera memberikan ke Bram. " Kami sholat dulu, Assalamualaikum", Bram dan Zayn jalan beriringan di Masjid sudah terdengar suara mengaji sebentar lagi pasti Adzan. Hanin menutup pintu dan membereskan meja tamu menyimpan barang pemberian suaminya dan langsung berwudhu menunaikan ibadah Magrib. ** Semua sudah siap di mobil, Bram menelpon seseorang. Lalu mobil melaju dengan tenang. " Zain tadi Ayah ada kirim beberapa foto mobil dan spec nya coba baca dulu mana yang kira kira bagus". " Yah kata Bunda kita beli, yang bekas aja, soalnya perjalan kami toh nggak jauh jauh dan harga nya banyak yang miring lho? " " Kok gitu dek? " " Iya, Zayn mau coba coba jadi agen mobil bekas jadi ntar kalau harga bagus jual lagi atau ada mobil kepepet kan bisa beli lagi sekaligus menambah pendapatan bengkel". " Jadi sekarang sudah ada mobilnya yang mau dibeli?" " Ini yah denger ya Zayn bacain kondisi nya ntar Zayn sama Bunda pergi cek mobil sekalian nego". " Ide Bunda mu atau maunya Zayn". " Kalau ntar Zayn punya showroom mobil bekas Ayah bisa kasih pinjaman modal nggak? ". " Ayah mau kasih perusahaan untuk mu, belajar bisnis dengan baik", " Ituntar yah, tamat kuliah sekarang calo mobil dulu boleh?" " Lihat nanti, mana mobil yang mau kamu beli? " Zayn pun membacakan kondisi mobil incarannya. " Raport anak Ayah ini gimana Nda, Ayah lupa nanya nya? * " Ada orangnya Yah, tanya sendiri", " Lima besar masuk lah Yah, saingan Zayn umumnya cewek kuat hafalan, Zayn kan waktu nya padat yah, bisa masuk lima besar boleh lah", Bram tersenyum, nggak nyangka anaknya seperti dirinya yang pede habis. " Di kelas sih rangking satu tapi untuk sekolah rangking dua", bisik Hanin. "Kapan ujian kenaikan kelas, nak", tanya Bram tersenyum senang anaknya sangat membanggakan. " Dua minggu lagi Yah," " Besok jadiin mobilnya, kalau kondisi ok, belajar yang baik jangan kecewakan Ayah nanti kalau ngambil raport Zayn. Doain masalah Ayah terselesaikan dengan baik. Ayah belum pernah umroh, liburan Zayn kita berempat umroh Insya Allah dengan Kakek Wijaya Papa nya Ayah sekarang sedang mondok dan langsung ke Jerman jumpa Kakek Revan abang Mama kandung Ayah ". " Jadwal padat nih, ntar Zayn atur jadwal. deh". " Lebay nya kumat deh". " Emang Bunda aja yang sibuk?" Mereka sampai di sebuah restoran yang cukup terkenal dengan cita rasa makanan dan kenyamanan fasilitas tempat nya. Kostum ketiganya yang couple melambangkan keluarga kecil yang matang dan bahagia dimana anak mereka yang menjelang dewasa. " Mas yakin akan makan disini? bagaimana nanti kalau kita menjumpai Relasi atau klien Mas, dan mereka menyangka kita memang keluarga". " Tenang lah Dek, Mas memang ingin merasakan makan bersama keluarga Mas. Selama ini Mas hanya melihat cemburu pada keluarga kecil yang datang makan bersama ketika bersama klien Mas, kita jalani dan syukuri saja karunia ini dek", Bram menggandeng Hanin yang diikuti oleh Zayn di sampingnya. Hanin memasrahkan dirinya, walau di satu sisi ia takut menghadapi ada orang yang mengenali mereka dan disisi lain ia sangat memahami kerinduan Bram terhadap dirinya dan Zayn. Sementara Zayn berjalan tegak di samping ayahnya. Ia merasa ayahnya begitu menghargai keberadaannya dan tentu ia bahagia, masalah rumitnya keluarga ayahnya saat ini nomor dua saja. Sebelumnya Bram sudah meminta Tika mereservasi tempat untuk tiga orang tanpa menyebutkan siapa yang menyertainya. Mereka diantar ke tempat yang sudah di pesan dan membuka buku menu. " Zayn sama dengan Bunda saja Yah". " Bunda apa emang nya", Bram tersenyum melihat Hanin yang kalau dilihat sekilas seperti kakak dan adik dengan Zayn. Bram tentu saja tidak terlihat tua tapi pembawaannya sebagai pimpinan membuat dia terlihat dewasa dari Hanin. " Kami steak dan orange juice Mas, steaknya yang matang", jelas Hanin " Samain aja ketiganya ya", katanya pada pelayan. "Zayn foto kita bertiga dari sana", Bram menyerahkan ponsel mahalnya pada Zayn. " Ayo senyum", pinta Zayn tertawa karena nggak nyangka Ayahnya CEO narsis, Kemudian ganti Bram yang pegang kamera. Zayn meminta Ayahnya mengirim foto ke ponselnya. Dan langsung membuat status di aplikasi biru foto tersebut dengan Caption " My Lovely Family, Strong Mommy, Hot Daddy and I am cute". Banyak respon dari temannya dan doa semoga bahagia selalu. Pesanan mereka datang, Bram memotong steak kecil kecil dengan cepat dan menyerahkan ke Hanin. " Ayah, bucin ke Bunda" goda Zayn. " Bukan Ayah saja, Zayn harus siap menjaga Bunda, janji? " " Siap Yah", Ketiganya sedang menikmati makanan masing masing, tiba tiba ada yang menegur Bramantyo. " Pak Bram, apa kabar?",
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD