Bab 15. Pertemuan Bram dan Zayn

1943 Words
Akhirnya malam pertama mereka lalui dengan sebagaimana pengantin baru, walau hari sudah hampir subuh. Dan rindu yang panjang menyebabkan ingin Bram menyambungnya selepas subuh. Bram memeluk pinggang Hanin ketika sedang melipat mukenanya. " Dek, kita di wisma saja satu harian Mas capek", Bram menarik Hanin terduduk di sisi tempat tidur. " Mas, serasa tujuh belas tahun itu baru kemarin ya, sikapmu itu kok nggak berubah. Hanin masih ingat alasan minta dikamar aja gak keluar, padahal badan ku remuk Mas kamu buat berkali kali", kata Hanin selesai melipat dan meletakkannya di kursi dekat tempat tidur dengan tubuh masih di pelukan Bram. " Oh masih ingat ya dek, kita ulang lagi ya dek, Mas juga ingat kamu masih sama rasanya enak, hmm tujuh belas tahun lho.. Mas nggak dapat yang enak begini", Hanin mendelik jadi ceritanya mau rapel yang tujuh belas tahun, habislah aku, batin Hanin. " Mas mau rapel yang tujuh belas tahun" , jerit Hanin pelan. " Semampu kita aja", Bram membopong tubuh Hanin dan membaringkannya di tempat tidur. " Mas, Hanin berat bukan Cewek mungil". " Mas mampu kok", menciumi leher Hanin yang hanya memakai dalaman tank top. " Mampu, mampu ntar encok, umur sudah mau kepala empat", Hanin yang kegelian masih sempat ngomel. " Tiga kali aja, empat kali nggak sanggup", Bram langsung melumat bibir Hanin, sebelum istri nya berkomentar. Tiba tiba terdengar kriuk kecil di perut Hanin, Bram melepaskan bibir kenyal kesukaan nya dan menatap Hanin. " Laperrr", kata Hanin tersenyum. " Satu kali aja dulu, ntar dua nya setelah makan, Hanin terkejut ketika Bram membuka cepat perangkat Hanin, dan melumat nikmat dua bukit yang sudah terbuka, Hanin pun pasrah mana di bawah sana sudah ada yang mengeras menyentuh area intinya. Ah.. utamakan dapatkan pahala dululah, batin nya. Mereka siap satu ronde, memesan makanan lalu mandi di kamar mandi masih ditambah satu lagi. Melihat istrinya lemas Bram membantu Hanin. mandi membersihkan semua dan menggendong istrinya keluar tepat ketika makanan mereka datang. Dengan melap kering tubuh, di masukkannya tubuh Hanin ke selimut dan meraih bathrobe kimono melapisi handuk membuka pintu mengambil sarapan mereka. Selesai makan Bram melihat Laptopnya dan menanggapi beberapa email masuk sementara hanin membersihkan bekas makanan mereka dan membereskan baju baju mereka. Dilihatnya hari sudah jam setengah sembilan. Sudah makan mata nya masih mengantuk mereka tadi malam cuma tidur satu jam sebelum subuh lah kembali lagi mengikuti keinginan suaminya. Hingga tadi sudah empat ronde mereka jalani. Nggak tahan diam diam dia tertidur sementara Bram masih bersama ponselnya. Jam sebelas siang ponsel Hanin berdering , Hanin tersentak bagun dengan kondisi masih dipeluk suaminya. Membutuh beberapa detik untuk kesadarannya pulih baru ia menggapai ponselnya di balik bantal. Dan nama anaknya tertera disana. " Assalamualaikum, Zayn", sapanya dengan kepala sedikit pusing karena masih mengantuk. " Bunda baru bangun, Zayn kira sudah di rumah". " Zayn dimana ini nak? tanya Hanin sudah mulai stabil. " Di sekolah Nda, ini sudah mau pulang, rencana Zayn ke bengkel aja ya Nda, ada beberapa teman mau servis motor di sana". " Iya nanti agak siangan Bunda pulang, tadi malam pada begadang, makan siang ntar ya nak jangan kelupaan, Assalamualaikum".Hanin mencoba bangkit perlahan, dilihatnya Bram ternyata sedang menatap dirinya entar sejak kapan. "Dek, Mas rasa nggak apa kita terus terang ke Zayn. Mas nggak tahan harus jauh dari kalian lagi? Hanin pun terdiam lama. " Ya, tapi kami nggak bisa ikut ke rumah Mas. Mungkin Mas yang mengunjungi kami. Tapi kita harus melapor ke RT agar nanti tidak jadi fitnah. Cuma di kantor biarlah jangan di infokan dulu sampai keadaan dirasa kondusif". Kata Hanin dengan memberi berbagai pertimbangan. " Ayo Mas kita pulang, Mas pengennya hari ini gimana? " " Pengennya sih sama adek di sini nggak kemana mana". Bram menarik lagi Hanin yang sudah duduk jadi terbaring lagi dalam pelukannya. " Mas, besokkan ada acara gimana sih Mas". " Mas rindu tujuh belas tahun berangan angan tidur sama kamu dek, belum puas". Hanin memeluk erat suaminya, mengusap wajah suaminya dan mencium sekeling wajah Bram. " Hanin juga Mas, ayolah emang puas nya sampai bagaimana nanti malam dilanjut lagi. Zayn anak mu itu sudah ribuan malam selama hidupnya memimpikanmu, bahkan keberadaanya pun Mas nggak tau". " Dek hari ini aku ingin makan malam dengan dia, gimana?" " Ya, sudah ayo mandi sholat dzuhur, kita jemput dia di bengkel". " Adek mandi dulu, Mas mau telpon Yusuf menanyakan kesiapan acara besok". *** Saat ini Hanin dan Bram sudah di Mobil, Hanin menelpon Zayn menanyakan keberadaan anaknya dan menanyakan sudah makan siang belum. " Assalamualaikum nak, dimana? sudah makan siang belum?, kata Hanin ketika Bram mengajaknya mencari makan siang. " Di bengkel Nda, baru sampai setengah jam yang lalu, tadi mau ke bengkel Zayn jajan gorengan sama teman ntar aja makan siangnya". " Kamu mau Bunda bawakan makan siang apa?" " Nasi padang rendang bisa Nda tambah ayam pop bolh pun laper berat kayaknya nanti, jam tigaan Zayn pulang". Hanin mematikan ponselnya dan beralih menatap suaminya. " Mas, kita makan nasi padang bungkus di rumah gimana, sebelum ke rumah kita jemput dulu Zayn di bengkel". " Mas, ok aja beli lah beberapa makanan untuk diberikan ke temannya, entar Mas tidur rumah kalian aja ya malam kita makan diluar". " Mas, kalau kita lapor RT status kita gimana ya", Hanin takut ada fitnah ntar kalau Mas nya sering ke rumah". " Ya, sore kita ke RT, baiknya antisipasi dulu, nanti bila sudah aman coba kita buat acara kecil kecilan perkenalan Mas sama Tetangga atau perpisahan karena Mas mau bawa kalian ke rumah baru", kata Bram Sesampai di parkiran restoran padang yang cukup terkenal. " Dek, ini ada Atm debit Mas kalian gunakan ini saja untuk keperluan sehari hari nanti setiap bulan Mas transfer ke situ". " Makasih Mas ", Hanin menerima kartu tersebut walau bagaimanapun sekarang memang ia sudah. jadi tanggung jawab suaminya. Hanin juga meminta agar Bram mengadakan tes DNA terhadap Zayn, perasaannya mengatakan itu akan dibutuhkan dalam waktu dekat ini. Pengakuan terhadap nya dan Zayn pasti meminta beberapa pembuktian. Selain itu Hanin juga membeli tiga kotak Pizza untuk dibawa ke bengkel dan ke rumah. Untuk pembayaran dia sudah memakai kartu yang diberikan suaminya. Bram membawa Hanib juga membeli pakaian untuk mereka berdua yang langsung ia digunakan karena ia masih memakai pakaian nikah dan Hanin memakai pakaian ketika ia menuju ke rumah pak Rahman sehingga ia memilih untuk tetap memakainya sampai ke rumah. ** Ketika mobil mereka berhenti di depan bengkel, semua mata memandang kearah mereka. Wajar saja karena mobil Bram yang tergolong mobil mewah tentunya bukan spesialis mereka untuk ditangani. " Egh, Gue kira pelanggan kepepet Zayn ternyata Bunda Lo tu, sama siapa tuh Calon Babe elo tu kayak nye, cakep banget.. Au jauh banget dari style kite kite", Daniel heboh kepo dengan penglihatannya. Zayn langsung melihat ke jalan, dilihatnya Bunda nya masih di dalam mobil seperti sedang membenahi sesuatu. " Zayn.. ", panggil Hanin yang lebih terlihat dari lambaian tangan saja dan gerakan mulut saat pandang mata nya bertemu dengan Bundanya. Zayn beranjak dari aktivitasnya yang menyusun dan mendata jenis oli dan spare part yang diantar sales langganan mereka tadi. Sedang Rochim yang sedang mengganti gigi tarik sebuah sepeda motor mengkode Zayn untuk cepat menghampiri Bunda nya. Zayn menyimpan berkasnya dan bergegas menghampiri Bundanya. " Yah.. kalau begini, dude dude kampung kite mundur teratur ye Bang. Padahal udah antri lama buat nyamperin Bunda Zayn", ujar Daniel pelan tapi terdengar jelas di kuping Rochim. " Niel, jangan sampai keceplosan ntar di depan Zayn, walau bontot die team nya kite. Apa lagi besok Minggu enyak nye janji mau same same kite nge bongkar mobil nye Babe Mu'in", Rochim mengingatkan Daniel yang suka keceplosan dan membuat Zayn kesal. " Bang, itu kan Tante Hanin ye? Same siape tu.. kayak Artis. Beruntung banget ye Tante Hanin lingkungan nye ade cogan cogan seperti entu, ganteng, dewasa dan mumpuni kate orang gitu", Ratna yang tadinya sibuk di kantin ikut kepo melihat Hanin yang sudah keluar mobil dan membagi bawaan nya pada Zayn. "Zayn, salim dulu ke Pak Bram, Ntar kita sebentar aja di bengkel, kita makan di rumah ya udah pada laper nih", kata Hanin ada anak nya. Dia dan Bram hanya makan sepotong Pizza di mobil tadi. Zayn menyalami dan mencium tangan Bram yang ikut keluar mobil menuju bengkel. Mobil mereka parkir ditempat yang sedikit lapang kira kira 30 meter dari bengkel. Zayn pun jadi ikut bertanya tanya dalam hati kok Bunda jadi akrab begini sama atasannya. Bram juga merangkul Zayn setelah Zayn menyalaminya membuat dia salah tingkah. Zayn juga mengetahui Pak Bram bukan atasan langsung Bundanya tapi justru CEO di kantornya, ada perasaan sedih dalam hatinya jika mengingat keberadaan ayah kandungnya. Selama ini Bunda juga tidak pernah menjelekkan ayah nya, selalu Hanin mengatakan semoga ada takdir yang mempertemukan kembali walau Dia tetap ikhlas menerima apapun yang terjadi kedepannya nanti. " Assalamualaikum, semua gimana? Lancar nggak usahanya ?". Hanin memandang bergantian Rochim dan Daniel, Ratna pun menghampiri, memberikan kursi ke Hanin dan Bram. "Wa'alaikumsalam, duduk Tante, Om", Ratna mempersilahkan. "Yah , untuk usaha baru lumayan lah Tan, banyak yang ganti oli, kampas rem dan gigi tarik. Ini juga banyak teman teman Zayn dan warga sekitar", Rochim menjelaskan sambil ikut duduk menjeda pekerjaan nya yang hampir selesai kebetulan orangnya tidak nungguin motor yang di servis. " Zayn, lagi ngapain ikut pulang yuk, Tante nggak lama ini Rochim, udah pada makan belum tadi Tante singgah di restoran padang permintaan Zayn, ini ada untuk kalian juga, ke Ratna aja ya entar di makan bersama", kkata Hanin mengulurkan bawaannya ke Ratna Nasi Padang dan satu kotak pizza. "Wah, seru nih ada nasi Padang mahal dengan Pizza, makan besar" , Ratna menunjuk bawaan Hanin kepada kedua temannya. Sementara Zayn berusaha menyelesaikan kerjaan nya yang hampir selesai tadi. "Gimana Zayn? udah selesai? Rochim Tante ajak Zaynnya dulu ya .., soalnya udah dari kemarin Tante belum pulang ke rumah". "Silahkan Tante, Zayn juga tadi katanya kesini karena di rumah sendirian, udah dek di simpan aja dulu notanya pembeliannya di laci", kata Rochim melihat ke Zayn yang ternyata sudah selesai. " Besok gimana, Dek? Jadi?", Rochim bertanya ke Zayn. " Nda gimana. yang Zayn cerita kemarin? Itu mobilnya" , kata Zayn memohon ke Bundanya sambil menunjuk mobil Babe Muin di samping bengkel. " Ok lah jam delapan sampai jam sepuluh ya, ntar kita kemari cek kondisi dulu. Kalian jangan begadang entar Tante kemari malah pada tidur". " Ok , Tan beres, mudah mudahan bisa kita tangani ini pelanggan mobil pertama". "Oh, ya ini Pak Bram. Atasan Tante di kantor. Besok malam juga ada acara dirumah pak Bram jadi agak sibuk semua. Yuk Zayn kita pulang dulu". " Terima kasih Tan makanan nya, makasih Pak", Rochim dan Daniel menangkup tangan di dadanya dan mengangguk pada Hanin dan Bram. Di Mobil Bram berusaha mengajak Zayn ngobrol. Zayn yang sungkan hanya berusaha menjawab sekadanya saja. " Jadi bengkel tadi usaha bersama Zayn dan teman teman ya? " " Iya Pak, patungan modal pake uang Bunda Zayn cuma sedikit aja". " Sepertinya mereka udah cukup dewasa, Zayn dong yang masih sekolah?" " Iya, Bang Daniel dan kak Ratna masih kuliah, Bang Rochim yang paling tua dan yang banyak waktu di bengkel", " Iya Mas, patungan modal aja Zayn, sambil promosin bengkel. Kalau ke bengkelnya yah Sabtu , Minggu aja sambil belajar sevis motor". Ada rasa nggak senang di hati Zayn mendengar Bundanya memanggil Mas ke Pak Bram. Kan CEO nya kok panggil Mas pikirnya curiga. Dia ingin mengetahui dulu kondisi Ayahnya jika memungkinkan bersama mereka lagi. Jika tidak barulah hendak nya Bunda cari pengganti, batin Zain sambil memandang keluar mobil dimana ternyata sudah hampir sampai di depan pagar rumah mereka. " Di sini aja Mas, ini rumah kami " Hanin meminta Bram menghentikan mobil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD