When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hendi menjabat tangan Dika dan memulai acara ijab kabul sederhana itu di rumah Rain. Acara yang dibuat secara mendadak itu tetap terkesan khidmat dan tidak main- main. "Sudah siap semuanya. Fokus agar tidak mengulang," titah Kyai Dul yang akan menikahkan kedua mempelai melalui wali nikah dari pihak perempuan. Keduanya mengangguk mantap tanda bahwa mereka sudah siap dengan pengucapan ijab kabul itu. "Aku nikahkan engkau dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu, puteriku Rainy Anggraini dengan mahar mas kawin sebesar sepuluh gram dibayar tunai." Jabat tangan itu sedikit dihentakkan oleh Hendi agar Dika melanjutkan jawaban ijab kabul itu dengan suara keras, lantang dan tegas. Pengucapan ijab kabul itu harus benar -benar dilakukan dengan penuh keyakinan tingkat tinggi. "Saya terima nikah