“Kenapa kamu begitu sulit dihubungi?” Embun tidak bisa menjawab pertanyaan Edward yang sudah bengek di sudut depan sana. Sesekali, pria itu akan menatapnya, atau menyemprotkan cairan khusus ke dalam mulut menggunakan alat kecil dan cukup digenggam dengan tangan, demi meredam bengek. “Ponselmu!” tambah Edward. “Ada apa dengan ponselku?” “Kenapa ponselmu sulit dihubungi?” “Ponselku baik-baik saja.” “Aku bukan orang yang mengada-ngada, Embun susanti!” “Tapi serius, ponselku baik-baik saja. Ponselku menyala dengan baik. Aku juga enggak pernah membiarkan ponselku kehabisan batre?” Edward mengernyit sanksi dan memang meragukan balasan Embun. “Pulsanya? Bagaimana dengan pulsanya? Masih bisa buat telepon? Kirim pesan atau internetan?” Pertanyaan Edward membuat Embun kebingungan. “Pu-pul,