Chapter 7. Dickering

1462 Words
Tanpa berbalik badan, Zuha seketika menghentikan langkah kakinya.             Melihat respon Zuha yang berhenti ketika dia menyapanya, membuat orang itu berjalan dan menghadap wanita seksi bergaun merah itu.             Mereka saling bertatapan.             Orang itu lalu mengangkat tangannya. Menyapa telapak tangan mulus wanita seksi bergaun merah yang akrab disapa Miss White.             Saat dia hendak menyapa tangannya. Plak!             Zuha menamparnya dengan kuat.             Suara tamparan itu, masih terdengar oleh orang-orang yang ada disekitar mereka. Semua mata tertuju pada mereka.             Zuha menatapnya dengan tatapan tidak suka karena sudah berani bersikap kurang ajar padanya.             Sedangkan orang itu ? Dia tidak merasa kesakitan, dan semakin menunjukkan wajah iblisnya.             Melihat ekspresi yang tercetak di wajah orang itu, membuat Zuha semakin tidak menyukainya.             Tetapi dia sadar, bahwa orang yang ada di hadapannya saat ini adalah tamunya.             Setiap orang yang datang ke diskotiknya pasti adalah tamunya atau pelanggan setianya.             Mengingat hal itu, Zuha kembali bersikap tenang dan menunjukkan sisi Miss White nya.             Orang itu lalu mulai berbicara. “Kau… Sangat lembut sekali, Miss White.” Ucap orang itu lalu memasukkan kedua tangannya di saku celana panjangnya.             Zuha hanya diam sembari memperhatikan gerak-gerik orang yang ada di  hadapannya. Dia sadar, kalau saat ini mereka tengah menjadi bahan tontonan banyak orang. “Diam mu…” Ucap pria itu dan segera disela oleh Zuha. “Mari saya antar ke ruangan pribadi saya, Tuan.” Ucap Zuha menampilkan senyuman manis palsunya demi menjaga harga dirinya sebagai pemilik diskotik.             Orang itu kembali menampilkan senyuman iblisnya. “Dengan senang hati, Miss White.” Jawab orang itu sambil menunduk hormat di depan Zuha.             Melihat orang itu, pria yang sudah berani bersikap nakal terhadapnya membuat Zuha muak berhadapan dengannya. Demi menjaga nama baik dan juga tamunya, dia harus melakukan sesuatu agar pria yang ada di hadapannya saat ini tidak membesarkan masalah mereka. “Mari ikut dengan saya, Tuan.” Ucap Zuha lalu berbalik badan dan berjalan menuju ruangan kerjanya kembali.             Dia pikir, kalau mereka harus berbicara di ruangan yang sama sekali tidak akan terlihat oleh orang-orang termasuk para pekerjanya. Dia harus menyelesaikan masalah ini secepatnya, dan segera bertemu dengan Mr. Black untuk membahas permintaannya yang sungguh menjijikkan baginya.             Pria itu mengikuti langkah kaki Zuha dari belakang. Dengan tangannya mulai dikeluarkan dari saku celananya.             Dia sedikit mempercepat langkah kakinya menyeimbangi langkah Zuha yang dia kenal sebagai Miss White. Tangannya mulai terulur menyapa pinggang ramping bak biola milik wanita seksi yang menjadi incarannya itu.             Zuha sedikit tersentak karena tangan kekar mulai menjalar di pinggangnya. Tangan itu tidak hanya menempel, tetapi juga meraba-raba punggungnya sampai ke bokongnya.             Ingin sekali rasanya dia menepis tangan itu dan menghajar pria yang saat ini tengah berada di samping kanannya.             Sungguh keadaan yang sangat menjijikkan bagi seorang Zuhayra Can Gulbahar.             Pria itu tersenyum menang melihat Miss White yang dia rangkul pinggangnya, menjadi tidak berkutik saat ini. Saat mereka tengah berjalan diantara kerumunan orang-orang.             Walaupun pria itu tidak tahu, kemana Miss White yang dia incar itu akan membawanya pergi. Namun, dia sangat menikmati situasi saat ini. “Jaga sikapmu, Tuan.” Desis Zuha dengan suara tidak sukanya.             Pria itu hanya tertawa pelan hingga membuat Zuha menoleh ke arahnya. ‘Kau sangat menjijikkan.’ Bathin Zuha menatapnya sekilas. “Apa aku terlihat tampan, Miss White ?” Ucap pria itu seraya bertanya.             Zuha hanya diam dan tidak merespon ucapannya.             Pandangannya lurus ke depan. Selama mereka berjalan, Zuha sama sekali tidak menyapa para tamu, pelanggan atau pekerja yang menyapanya.             Pria itu sedikit terkekeh melihat sikap Zuha. Dia merasa mulai tertarik dengan wanita yang saat ini berada di sampingnya, yang dia tahu bahwa wanita itu dipanggil dengan sebutan Miss White. Braaakkkkk!!!!!             Para penjaga pintu ruangan Zuha terkejut mendengar suara pintu yang ditutup dengan kasar. Mereka heran dengan Bos Besar mereka itu.             Pasalnya yang mereka tahu, kalau Bos Besar mereka anti pria, bahkan tidak pernah berjalan berdampingan dengan seorang pria.             Tetapi sekarang, mereka melihat secara langsung Bos Besar mereka berjalan dengan seorang pria tampan, berjiwa maskulin, dan sangat terlihat jelas bahwa pria itu adalah seorang pengusaha.             Apalagi, Bos Besar mereka membawa pria itu masuk ke dalam ruangan kerja pribadinya. Yang bahkan hanya bisa dimasuki oleh Petra dan Lenata saja, kedua asisten pribadi Bos Besar mereka. … Ruangan kerja Zuha.,             Zuha menepis kasar tangan kekar yang sedari tadi bertengger di pinggangnya. “Oouughh.” Ucap pria itu mulai mengangkat kedua tangannya ke atas.             Tanpa memperdulikan pria itu, Zuha lalu berjalan menuju lemari penyimpan koleksi wine nya dengan harga yang sangat fantastis.             Pria itu hanya menatapnya dari belakang. Kakinya kembali melangkah menuju sofa yang tersedia disana.             Dia lalu mendaratkan bokongnya disana, dengan kedua kaki diangkat diatas sofa dan menyilangkannya seraya dia sedang berduduk santai.             Zuha mengambil satu botol besar yang berisi wine dengan satu gelas kaca di tangan kanannya. Dia lalu berbalik badan, berjalan menuju sofa tempat pria itu duduk. ‘Dasar tidak sopan!’ Umpat Zuha dalam hatinya dengan senyuman iblis tercetak di wajahnya untuk mengalihkan pikiran marah yang mungkin timbul di otak pria yang sedang dia hadapi saat ini.             Dia tetap berjalan anggun dengan sikap setenang mungkin.             Pria itu menatap Zuha dengan tatapan buasnya. Tek!             Dengan kasar Zuha meletakkan botol wine dan gelas diatas meja kaca.             Posisi merunduknya membuat buah dadanya hampir terlihat sepenuhnya. Glek!             Pria itu susah untuk menelan salivanya sendiri. ‘Kau sangat menggiurkan, Miss White!’ Bathin pria itu sambil menggoyangkan kakinya diatas sofa.             Zuha menuangkan wine itu ke dalam gelas kaca berukuran kecil. “Silahkan diminum, Tuan yang Terhormat.” Ucap Zuha penuh penekanan sambil meletakkan gelas berisi wine itu tepat di dekatnya.             Pria itu tersenyum miring mendengar kalimat ejekan dari wanita seksi incarannya itu.             Zuha lalu duduk di seberang sofa yang di duduki pria itu. Dia sengaja menyilangkan kakinya ke arah kanan, hingga terurai gaun merahnya dan menampakkan paha mulusnya yang berwarna eksotis.             Mata mereka saling berpandangan.             Zuha menggoyangkan kakinya sambil membuka suaranya. “So, apa yang kau inginkan.” Ucap Zuha tanpa berbasa basi.             Pria itu tersenyum bak iblis. Dia lalu mengambil gelas berisi wine itu, dan meminumnya dalam segali tenggak. “Haahhhhh.” Pria itu mendesah nikmat, seraya melepas dahaganya dengan wine favoritnya itu.             Zuha hanya diam melihat sikap yang ditunjukkan oleh pria yang belum dia ketahui namanya itu. “Dari mana kau tahu bahwa wine ini, adalah favoritku, Miss White.” Ucap pria itu menekan suaranya dan mengalihkan sementara pertanyaan Zuha.             Zuha tersenyum miring, lalu menjawabnya sambil melipat kedua tangannya dan disembunyikan dibawah dua gundukannya. “Diskotik ini tidak pernah menyimpan wine kelas rendahan.” Ucapnya singkat dengan nada penuh kesombongan.             Pria itu kembali tersenyum iblis. Dan membalas ucapannya. “Oouuhh. Aku lupa jika kau pemilik diskotik ini, Miss White. Seharusnya aku tahu itu.” Jawab pria itu lalu berdiri dari posisi duduknya.             Dia lalu melangkahkan kakinya menuju Zuha dan berhenti tepat di belakang Zuha. Dia sedikit merundukkan posisi duduknya. “Aku menginginkan ini.” Ucap pria itu sensual di telinga Zuha.             Kedua tangannya terulur meraba kulit lengan Zuha.             Zuha tetap diam, walau dia geli merasakan gelanyar aneh yang mulai tersengat di tubuhnya. “Ini…” Sambung pria itu lagi lalu menyibak rambut panjang Zuha ke sebelah kiri. “Aku menginginkan dirimu malam ini, Miss White.” Ucap pria itu lalu hendak menggigit telinga Zuha. Braaakkkkkk!!!             Seseorang mendobrak pintu ruangan kerja Zuha. ‘s**t!’ Umpat pria itu dalam hati.             Zuha hanya diam dalam posisi duduknya. Dia tahu, yang datang ke ruangannya saat ini pasti adalah kedua asisten pribadinya.             Petra lalu membuka suaranya. “Mr. Black.” Spontan Petra memanggil nama pria yang sedang berada di belakang Nona Besarnya. Deg!             Zuha tersentak, spontan dia berdiri dari duduknya. Dan membalik tubuhnya. “Miss White.” Ucap Lenata lalu berjalan cepat mendekati Nona Besarnya, menghalau pria itu agar tidak terlalu dekat dengan Nona Besar mereka.             Pria itu, bernama asli Agha Gohan Alecjandro yang mereka tahu bernama Mr. Black. Dia lalu berjalan mundur dengan kedua tangan mulai dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya. Dia kembali membuka suaranya. “Bagaimana dengan penawaranku, Miss White.” Ucapnya dengan senyuman iblisnya.             Zuha terdiam menatapnya. ‘Jadi, ternyata kau Mr. Black itu.’ Bathin Zuha dengan kedua tangan mulai merapikan kembali gaunnya yang hampir kusut.             Petra membuka suaranya. “Mr. Black, kami akan mencarikan beberapa wanita untuk menemani malam mu hari ini.” Ucap Petra memberi penawaran.             Tiba-tiba seorang pria masuk ke dalam ruangan mereka. Dia adalah Rey, sekretaris pribadi Agha. “Mr. Black.” Ucapnya hendak berbicara. “Stop!” Ucap Zuha dengan suara keras.             Dia mulai melangkahkan kakinya berjalan mendekati Agha. “Miss White.” Ucap Lenata seraya mengingatkan Nona Besarnya. Takk.. Tokk.. Takk.. Tokk..             Heels Zuha berbunyi seraya membuat suasana menjadi lebih tegang.             Agha tersenyum menang melihat Zuha berjalan ke arahnya. Dia kemudian mengeluarkan tangannya dari sakunya, dan merentangkan kedua tangannya seraya menerima pelukan yang akan Zuha berikan padanya.             Dengan bibir yang saling menggigit, Zuha mulai membuka suaranya. “Mr. Black.” Ucap Zuha memberikan senyuman menggodanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD