Chapter 8. Suspense

1306 Words
            Pria bernama Mr. Black itu, dia mulai menerbitkan smirk iblisnya. “Kau…” Ucap Zuha semakin mendekati Mr. Black yang bernama asli, Agha.             Dia memainkan tangan kanan nakalnya. Memainkan jemari lentiknya menari-nari di kemeja mahal yang menutupi tubuh seksi itu. Glek!             Agha mulai susah menelan ludahnya sendiri. Kedua tangannya kembali dia masukkan ke dalam siku untuk meredam nafsu sialannya yang tiba-tiba tersulut. ‘Sialan kau, b***h!’ Umpat Agha karena Zuha mengggodanya dengan gerakan sensualnya.             Zuha tersenyum menang di hadapan Agha. Dia tahu, pria seperti Agha tidak akan mampu menahan godaan dengan gerakan sensual, seperti saat ini dia yang mulai memainkan jemari nakalnya tepat di leher Agha. “Mr. Black.” Ucap Zuha dengan suara sensualnya.             Tangan kiri Zuha memegang lengan kekar Agha, sedangkan tangan kanannya tetap memainkan aktivitasnya.             Sedetik kemudian. Plak!!!!             Zuha menampar pipi kirinya. Semua orang terkejut.             Petra dan Lenata menganga tak percaya dengan sikap yang ditunjukkan Nona Besarnya itu. ‘Gawat!’ Bathin Lenata mulai mendekati Nona Besarnya. ‘Habislah kami.’ Bathin Petra mulai mengusap kasar wajahnya.             Rey, sekretaris pribadi Agha mulai mendekatinya dengan rasa cemas. “Mr. Black. Are you Okay ?” Tanya Rey seraya khawatir.             Bagi Rey, malam ini adalah malam penuh kesialannya. Bisa dipastikan, kalau dia akan mendapatkan hukuman karena tidak bisa memberikan apa yang diminta oleh Bos Besarnya. Apalagi Bos Besarnya telah dipermalukan seperti ini oleh seorang wanita.             Bukannya kesakitan, Agha justru tertawa lebar yang direspon wajah takut oleh sekretaris pribadinya dan juga kedua asisten pribadi Zuha.             Zuha perlahan mundur ke belakang, hingga Lenata tepat berada di sampingnya.             Dia sendiri juga tidak habis pikir, pria yang ada di hadapannya saat ini seperti tidak merasakan sakit hati atau marah karena dia sudah menamparnya. “Kau sungguh menggemaskan, Miss White.” Ucap Agha lalu mengeluarkan tangan kanannya dan mengelus pelan pipinya yang ditampar oleh wanita incarannya itu.             Zuha tersenyum bak iblis sambil menggeleng tak percaya. ‘Dasar buaya!’ Bathin Zuha lalu sedikit merelakskan tubuhnya. Dia sendiri juga merasakan ketegangan melihat Agha yang seakan-akan bersikap biasa saja.             Melihat ketegangan mereka semua termasuk wanita yang menjadi incarannya, membat Agha kembali membuka suaranya. “Kau sedikit bersikap lembut padaku malam ini, Miss White.” Ucap Agha perlahan berjalan mendekati Zuha.             Lenata segera berada di depan Nona Besarnya. “Mr. Black.” Spontan Rey berkata seraya mengingatkan Bos Besarnya untuk tidak mendekati sang pemilik diskotik.             Melihat Agha semakin berjalan mendekati Nona Besarnya, Petra berjalan cepat menghadang  Agha di depannya. “Jaga sikap anda, Mr. Black.” Ucap Petra mulai berwajah tidak suka.             Agha tersenyum bak iblis. Dengan kedua tangannya mulai merapikan jas mahal yang membalut tubuh berototnya.             Zuha masih tetap menatap Agha dengan wajah datarnya. Tangannya terulur menyingkirkan Petra dari hadapannya. Memberikan akses baginya untuk leluasa menatap Agha yang ada di hadapannya saat ini yang hanya berjarak empat langkah kaki saja darinya. “Aku selalu menjaga sikapku dengan baik di diskotik ini.” Ucap Agha mulai bersuara dingin. Glek!             Rey sudah mulai merasakan perasaan tidak nyaman berada di ruangan itu. Dia tahu, kalau Bos Besarnya mulai berada dalam titik koordinat menahan amarah.             Mendengar ucapan Agha yang tidak sesuai dengan sikapnya tadi yang sudah kurang ajar padanya membuat Zuha membuka suaranya. “Oh ya ? Kau sudah melupakan sikap tidak sopan mu terhadapku tadi, Mr. Black ?” Ucap Zuha seraya bertanya dengan wajah dan nada sinis.             Mereka semua mulai berkeringat dingin, melihat Bos Besar mereka saling berseteru.             Tidak ada satupun di antara mereka yang berani membuka suara.             Agha kembali menunjukkan smirknya. “Jika sikapku itu tidak sopan bagi mu, lalu bagaimana dengan sikap mu terhadap ku barusan, Miss White ?” Ucap Agha seraya bertanya dengan wajah sombongnya.             Zuha diam sejenak, lalu kembali melanjutkan ucapannya. “Seharusnya kau sadar. Aku melakukan itu bukan tanpa alasan. Tapi untuk mengingatkan mu!” Ucap Zuha sedikit meninggikan suaranya.             Semua orang yang ada di ruangan itu sedikit bergemetar, pasalnya para Bos Besar mereka sama-sama tidak bisa mengendalikan emosi, kecuali Agha yang mungkin sedikit lihai mengelola amarahnya di hadapan wanita.             Agha menaikkan alis kirinya ke atas. kedua tangannya mulai dilipat seraya bersedekap di d**a bidangnya.             Melihat respon kesombongan Agha, Zuha kembali melanjutkan kalimatnya. “Kau harus ingat! Disini kau hanya seorang tamu. Dan kau harus menjaga sikap mu itu! Atau kau bisa pergi dari sini sekarang juga!” Ucap Zuha spontan yang direspon kaget oleh kedua asisten pribadinya.             Petra tiba-tiba membuka suaranya. “Miss White…” Ucap Petra perlahan berjalan ke depan mendekati Nona Besarnya.             Zuha hanya diam dan tidak merespon Petra yang memanggilnya. Dia tahu kalau kedua asisten pribadinya sangat mengkhawatirkan ucapannya.             Tapi Zuha tetaplah Zuha. Dia tidak akan mau menarik kembali ucapannya karena sudah terlanjur membenci Agha yang sudah bersikap kurang ajar padanya.             Petra dan Lenata saling berpandangan dalam tatapan gelisah. Mereka hampir pingsan mendengar kalimat hinaan yang dilontarkan oleh Nona Besar mereka.             Mereka sangat takut jika Mr. Black yang mereka tahu pembunuh berdarah dingin itu akan melakukan rencana-rencana jahat setelah malam ini. Hinaan Nona Besar mereka terhadapnya pasti sangat tidak bisa diterima oleh pria itu, pikir mereka.             Rey yang tahu bahwa suasana di ruangan itu sudah sangat panas. Dia kemudian angkat bicara. “Miss White, maafkan kelancangan kami. Kami sangat mengetahui…” Ucap Rey yang disela oleh Agha. “Cukup Rey!” Spontan Agha mulai bernada tinggi. Glek!             Rey semakin susah bernafas. Jantungnya seakan melemah saat ini juga. Dia tahu kalau Bos Besarnya menahan amarah saat ini. Itu karena Bos Besarnya sedang berhadapan dengan seorang wanita.             Bekerja hampir 10 tahun, membuatnya sangat memahami karakter Bos Besarnya. Bos Besarnya sangat menjaga image nya di depan wanita. Apapun yang terjadi, dia pasti akan tetap bertahan menahan emosinya, walau sudah memuncak sampai ke ubun-ubun karena hinaan tamparan yang baru pertama kali dia terima dari seorang wanita seumur hidupnya.             Petra dan Lenata siap siaga melindungi Nona Besarnya, jika Mr. Black yang mereka tahu itu akan tiba-tiba bermain fisik terhadap Nona Besar mereka.             Zuha kembali membuka suaranya. “Silahkan keluar dari ruangan ini.” Ucap Zuha sopan sambil menundukkan kepalanya seraya menunjukkan rasa hormatnya dibalik ucapan hinaannya. ‘Kau….’ Agha mulai berseteru dengan emosi yang ada di dalam dirinya sendiri.             Agha diam dalam wajah datarnya menatap Zuha yang bersikap sopan dibalik ucapannya yang menurutnya sangat merendahkan harga dirinya sebagai seorang pengusaha sukses, Presiden Direktur Eruca Alp Corporation.             Melihat respon Agha yang seperti tidak menerima ucapan Nona Besarnya, Lenata kembali membuka suaranya untuk meredamkan panas di ruangan itu. “Sebaiknya kita….” Ucap Lenata yang disela cepat oleh Agha. “Baiklah, Miss White.” Ucapnya spontan dengan lalu mengulurkan tangan kanannya ke arah Zuha. “Senang berkenalan dengan mu. Dan di lain waktu, saya berharap kita bisa menikmati waktu santai bersama.” Ucap Agha yang masih diam dengan uluran tangannya.             Dia pikir, dia harus bersikap sopan pada wanita yang ada di hadapannya saat ini. Dia sedikit meraba, jika Zuha yang dia tahu akrab disapa Miss White itu akan lebih mudah ditaklukan dengan cara yang sopan.             Zuha hanya diam. Melihat sikap sopan Agha, membuat Zuha tidak tega mengabaikan uluran tangannya. “Jika waktu mengizinkan itu, Mr. Black.” Ucap Zuha ikut mengulurkan tangannya.             Agha tersenyum manis mendengar sambutan dari kalimatnya. Dia kemudian mengangguk iya.             Zuha segera melepas uluran tangannya.             Masih tetap dalam senyuman di wajahnya, Agha kemudian mencium lama tangan kanannya yang menempel parfum khas wanita yang ada di hadapannya. Kedua matanya terpejam seraya menikmati aroma khas wanita incarannya itu. Glek!             Zuha meneguk salivanya sendiri.             Sekretaris Agha dan kedua asisten pribadi Zuha saling melempar pandangan. Mereka bergidik ngeri melihat sikap Agha sekarang. “Baiklah. Saya permisi keluar dari ruangan indah mu ini, Miss White.” Ucap Agha sopan lalu sedikit menundukkan pandangannya seraya menghormati si pemilik ruangan.             Zuha membalasnya hanya dengan senyuman palsu menjijikan di wajahnya.             Agha kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan Zuha, diikuti Rey dibelakangnya.             Saat Agha hendak melangkah keluar dari pintu. “Tunggu!” Ucap Zuha melangkahkan kakinya berjalan mendekati Agha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD