Chapter 6. Unexpected

1543 Words
***             Zuha menatap para ajudannya dengan wajah nakalnya. Dengan kepala sedikit mendongak ke atas seakan menunjukkan jati dirinya yang begitu terlihat sombong.             Dia lalu berjalan mendekati Petra dan Lenata. Dan berdiri di hadapan mereka berdua.             Mereka berdua, Petra dan Lenata lalu menundukkan kepalanya. “Mr. Black?” Tanya Zuha memastikan kepada kedua asisten pribadinya itu.             Petra dan Lenata saling melirik satu sama lain. Mereka bingung, apakah Nona Besar mereka sungguh tidak mengetahui siapa Mr. Black yang selama ini menjadi pelanggan setia The Levent Coltar Discotik miliknya ini.             Petra kemudian menjawab pertanyaan Nona Besarnya itu. “Iya Nona. Mr. Black, dia pelanggan setia kita.” Ucap Petra lalu menundukkan kepalanya seraya memberi hormat.             Lenata ikut menyambung kalimat Petra. “Dia pria konglomerat di Negeri ini. Dia…” Ucapan Lenata berhenti seakan berpikir apakah pantas dia mengatakan yang sesungguhnya tentang sosok Mr. Black itu.             Zuha masih berdiri di depan mereka menunggu Lenata melanjutkan kalimatnya. “Dia pemilik perusahaan dengan kekayaan nomor 1 di Dubai Nona Zuha.” Ucap Lenata lalu menundukkan pandangannya ke bawah.             Zuha segera membuka suaranya untuk memperjelas siapa Mr. Black yang baru dia tahu itu. “Mr. Black ? Pelanggan setia kita ?” Tanya Zuha seraya memastikan. “Iya Nona.” Petra dan Lenata kompak menjawab.             Mendengar hal itu, membuat Zuha menghela panjang nafasnya.             Dengan pandangan masih menatap kedua asisten pribadinya, dia lalu membuka suaranya lagi. “Apa dia tidak tahu tentang peraturan diskotik ini ?” Tanya Zuha lagi dengan memicingkan matanya kepada mereka  berdua.             Mereka saling melempar pandangan. Lalu Petra membuka suaranya. “Sekretaris pribadinya sudah tahu tentang hal itu Nona, tapi….” “Tapi Bos mereka tetap ingin mendapatkan wanita yang bisa melayani dia satu malam di diskotik ini.” Ucap Petra mantap menatap mata tegas dari wanita yang kerab disapa Miss White itu.             Zuha masih diam menatap mereka. Dan hal itu membuat Lenata ikut membantu menambah kalimat Petra untuk mempertegas bahwa pria yang disebut sebagai Mr. Black itu sungguh-sungguh dengan keinginannya. “Kami akan membantu mencarikan beberapa wanita untuk bisa dia pilih Nona.” Ucap Lenata seraya meminta persetujuan dari Nona Besar mereka itu.             Zuha lalu menggelengkan kepalanya seraya mengatakan jangan. “Tidak perlu.” Jawab Zuha lalu berjalan menuju kaca besar. Pandangannya dia alihkan menatap pemandangan indah Dubai di malam hari yang sungguh eksotis baginya.             Petra dan Lenata saling menatap satu sama lain.             Zuha tahu bahwa kedua asisten pribadinya pasti bingung dengan ucapannya saat ini. Dia kembali membuka suaranya. “Kalian bilang sekretaris pribadinya yang menyampaikan pesannya itu pada kalian ?” Tanya Zuha tanpa beralih menatap mereka.             Lenata kembali menjawab. “Iya Nona. Sekretaris pribadinya menyampaikan pesan itu kepada kami. Tadinya, dia ingin mengatakannya langsung pada Nona Zuha. Karena itu juga keinginan Bos mereka.” Ucap Lenata yang menurut Zuha sedikit ambigu.             Hal itu membuat Zuha membalik tubuhnya dan  beralih menatap mereka dari sudut  meja kerjanya.             Petra ikut menambah kalimat Lenata. “Tapi kami mengatakan kalau Nona sedang sibuk. Jadi, kami lah yang menyampaikan pesan itu pada Nona.” Ucap Petra lalu menunduk hormat.             Zuha hanya diam dan tidak merespon. Dia hanya sedikit bingung, kenapa pria yang dia tahu sebagai Mr. Black itu ingin sekretarisnya mengatakan itu langsung kepada dirinya.             Dan dia juga sedikit penasaran, dengan Mr. Black yang namanya baru dia dengar itu. “Aku baru mendengar namanya. Apa identitasnya bisa aku lihat sekarang ?” Tanya Zuha penasaran dengan biodata lengkap pria itu.             Mereka berdua menggelengkan kepala.             Petra kembali menjawabnya. “Tidak Nona. Identitas Beliau tersembunyi.” Jawab Petra.             Lenata kembali membuka suaranya. “Dan yang mengetahui identitas aslinya hanya lah kalangan para pengusaha saja, Nona. Karena Beliau tidak memberikan identitas aslinya ketika mendaftar pertama kali di diskotik ini 2 tahun yang lalu.” Sambung Lenata.             Zuha hanya diam, dan tidak merespon ucapan mereka. “Begitu kah ? Lalu bagaimana kalian bisa tahu kalau dia adalah perusahaan dengan kekayaan nomor 1 di Dubai ? Apa kalian sedang membodohiku huh ?” Tanya Zuha dengan nada sedikit meninggi.             Petra dan Lenata berkeringat dingin mendengar ucapan Nona Besar mereka yang tidak seperti biasanya itu.             Mereka hampir susah menegukkan salivanya sendiri karena Nona Besar mereka itu berjalan mendekati mereka. “Kalian, sediakan ruangan khusus untuk aku dan pria itu. Aku akan mengajari dia untuk bersikap patuh terhadap peraturan di tempat yang bukan miliknya ini.” Ucap Zuha mantap dengan wajah seriusnya.             Petra dan Lenata segera mengangguk iya dengan perintah Nona Besar mereka itu. Lebih baik bagi mereka untuk segera pergi dari ruangan yang hawanya mulai panas itu.             Hampir 8 tahun mereka bekerja dengan keluarga Gulbahar, ternyata belum bisa membuat mereka untuk terbiasa dengan sikap dingin Nona Besarnya itu.             Saat mereka hendak pergi dari hadapan Nona Besarnya, Zuha kembali membuka suaranya. “Dan…” “Dan hubungi sekretarisnya untuk menyuruh Bos mereka menunggu di ruangan yang sudah kalian sediakan. Dan kalian…” “Hubungi saja aku jika pria itu sudah berada di ruangan. Aku akan segera kesana. Karena aku tidak suka menunggu.” Ucap Zuha dengan sikap sombongnya yang haqiqi.             Mereka lalu mengangguk iya seraya menunduk hormat. Dan pergi dari hadapan Nona Besarnya itu.             Melihat kedua asisten pribadinya sudah keluar dari ruangan kerjanya membuat Zuha kembali duduk di kursi kebesarannya.             Pikirannya masih penasaran dengan nama Mr. Black yang  baru dia dengar itu. “Mr. Black.” Gumam Zuha dengan kedua tangan bertumpu di atas meja kerjanya. “Pelanggan setia Levent Coltar.” Gumamnya lagi.             Sedetik kemudian, sudut bibirnya tersenyum. Pikiran nakal mulai terbesit di otak seksinya.             Dia segera beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju ruangan ganti pakaian yang tersedia khusus di ruangan kerjanya itu.             Dia mematut dirinya di depan cermin besar yang memampang tubuh indahnya yang bak biola itu.             Long dress merah yang menempel di tubuh indahnya. Dia lalu meraba tubuhnya yang seksi itu.             Yah! Zuha merasa hidupnya sangatlah beruntung dikaruniai tubuh indah tanpa harus mempermaknya dengan cara tidak alami.             Bahkan wajahnya saja mampu menghipnotis para pria walau hanya dengan menggunakan make up tipis.             Dia lalu berjalan menuju alat make up yang ada di meja riasnya. Mengambil satu kuas disana dan sedikit memperjelas kenaturalan wajahnya dengan make up tambahan.             Dia harus sedikit mempercantik dirinya sebelum bertemu dengan pria yang dia tahu bernama Mr. Black.             Dia lalu menyisir rapi rambutnya, dan sedikti menyisihkan sebagian rambutnya untuk dia hias di depan tubuhnya, menutupi p******a kanannya yang sedikit menyembul keluar.             Dia sedikit membuka belahan long dress nya agar terbuka dan menampakan pahanya yang seksi dan eksotis. Lenata is calling…             Ponselnya berdering, dan membuat Zuha segera berjalan kembali menuju meja kerjanya.             Dia lalu mengangkat ponselnya. “Hallo…” “…” “Oke” Tutt.. Tutt.. Tutt..             Zuha memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.             Mendengar kabar dari Lenata membuat Zuha semakin tidak sabar untuk berjumpa dengan seorang pengusaha, yang dia yakini kalau dia adalah p****************g yang sudah beristri.             Pengusaha dengan usia yang pasti sudah tua, kulit yang sudah mengeriput. Rambut yang hampir botak. Oh, Zuha pikir Mr. Black yang dia akan jumpai itu berusia hampir sama dengan Grandpa nya. Dengan langkah mantap, dia lalu berjalan keluar ruangan. Sungguh dia tidak akan melupakan dompet kecil miliknya yang sudah berisi ponsel, kaca kecil, dan simple make up miliknya. Tidak lupa pisau cutter kecil untuk berjaga-jaga. Karena itu adalah kebiasan Zuha untuk selalu membawanya kapan pun dan dimana pun dia pergi, sejak dia masuk ke dalam dunia malam demi meneruskan usaha milik almarhum Mommy nya. Saat dia keluar dari ruangan. Semua para ajudannya menunduk hormat kepadanya. Langkah demi langkah dia lalui dengan cara berjalannya yang elegan dan menampakkan bahwa dia adalah wanita malam yang sejati dengan keindahan tubuhnya yang banyak dipuja oleh kaum adam. Setiap para pekerja dan juga tamu yang berjumpa dengannya selalu menyapanya dengan senyuman dan kalimat yang ramah tamah. Tetapi berbeda dengan Zuha, dia membalas sapaan mereka hanya dengan kedipan mata genitnya dan juga bibir seksinya yang seakan memberikan kecupan melalui udara. Ketika Zuha berjalan, ponselnya kembali bordering. Dia segera mengambilnya dari dompet kecil mahal miliknya. Lenata is calling… “Aku sedang menuju kesana Lenata. Okay.” Ucap Zuha langsung mengatakan posisi dirinya tanpa bertanya tentang perihal apa yang akan disampaikan Lenata padanya. Tutt.. Tutt.. Tut..             Setelah mengatakan hal itu pada Lenata, Zuha memutuskan sambungannya secara sepihak.             Karena sibuk dengan ponselnya dan meletakkannya kembali ke dompet kecilnya. Membuat Zuha tidak memperhatikan jalan dan menabrak seseorang yang ada di hadapannya saat ini. Brruuugghhhh….. “Aaaaawww.” Pekik Zuha karena merasakan sakit pada bagian kepalanya yang terbentur dengan kepala seseorang.             Tanpa melihatnya Zuha mengumpat orang itu, dan memilih untuk berjongkok dan mengambil dompetnya yang jatuh ke lantai. “Anda harus membiasakan diri memakai kedua mata anda ketika berjalan!” Ucap Zuha dengan nada sombong masih dalam posisi jongkoknya.             Orang itu ikut berjongkok dan mengambil dompet Zuha. “Tidak perlu. Terima kasih.” Ucap Zuha secepat kilat menepis kasar tangan orang itu.             Tanpa melihat orang itu, Zuha mendorong orang itu ke samping agar dirinya bisa kembali berjalan menuju ruangan yang sudah disediakan oleh kedua asisten pribadinya.             Saat dirinya mendorong orang itu dan hendak melanjutkan langkah kakinya. “Selamat malam Miss White.” Sapa orang itu. Deg!             Tanpa berbalik badan, Zuha seketika menghentikan langkah kakinya.             Melihat respon Zuha yang berhenti ketika dia menyapanya, membuat orang itu berjalan dan menghadap wanita seksi bergaun merah itu.             Mereka saling bertatapan.             Orang itu lalu mengangkat tangannya. Plak!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD