Meeting sudah selesai. Claire dan Dean sudah kembali ke ruangan kerja mereka masing-masing. Waktu berlalu namun Dean tidak mampu memusatkan fokusnya pada dokumen yang kini sedang ditampilkan di layar laptopnya. Dean hanya diam memandangi layar laptopnya yang memunculkan draft yang dikerjakan Claire tadi tapi sedari tadi otak Dean seakan buntu tidak mampu mencerna satu pun kata dalam draft itu dan pikirannya melayang memikirkan Reinaldy dan Claire. Ingatan-ingatan dalam memori yang tersimpan dalam kepala Dean beberapa hari belakangan ini pun muncul satu per satu membuat Dean memikirkan satu rumusan masalah yang ujungnya menghasilkan satu hipotesis yang perlu ia uji kebenarannya.
Masalahnya adalah : Apa pengaruh Claire pada Reinaldy dengan kehidupan malamnya?
Hipotesisnya : Terdapat pengaruh Claire terhadap Reinaldy dengan kehidupan malamnya.
Ya, Dean merasa Claire membawa pengaruh besar pada Reinaldy tapi sayangnya wanita itu sama sekali tidak ingin berinteraksi dengan Reinaldy. Dean sendiri melihat keengganan yang secara jelas ditunjukkan oleh Claire saat wanita itu berhadapan dengan Reinaldy. Padahal kalau saja Claire bersikap terbuka dan menerima sikap Reinaldy, mungkin hasilnya akan baik untuk Reinaldy dan juga untuk Claire. Reinaldy mungkin akan berfokus pada Claire dan akan menjauhi kehidupan malamnya yang jelas-jelas bisa membawa masalah besar untuknya dikemudian hari. Tapi semua ini baru hipotesis yang belum teruji kebenarannya.
Namun untuk menguji ini, Dean memerlukan Claire agar mau bekerja sama dengannya menyelesaikan hipotesis yang ia miliki ini dan kalau melihat apa yang terjadi diantara Claire dan Reinaldy dimasa lalu yang berefek pada sikap Claire pada Reinaldy saat ini, rasanya tidak mudah untuk membujuk Claire secara suka rela agar bersikap baik pada Reinaldy dan membuat Reinaldy bisa berubah ke arah yang lebih baik dengan pengaruh yang dimiliki wanita itu untuk Reinaldy.
Dean sedang fokus dengan isi kepalanya ketika ruangan kamarnya diketuk dan Claire masuk ke dalam ruangan. Dean pun spontan melihat ke arah jam yang terdapat di sisi pojok kanan bawah bagian laptopnya dan ternyata jam kerja mereka sudah berakhir dan Dean sadar kalau Claire datang karena permintaannya tadi. Dean pun menutup laptopnya lalu berdiri dan mengajak Claire duduk di sofa tamu dalam ruang kerjanya.
"Ada yang Bapak ingin bahas dengan saya?" Claire bertanya dengan nada sopan ketika ia dan Dean sudah duduk di sofa.
Dean menghela nafas panjang perlahan dan mengangguk. "Sebelumnya saya minta maaf. Mungkin pembahasan saya ini akan membuat kamu tidak nyaman tapi ini sungguh menganggu saya."
Claire terdiam beberapa saat kemudian mengangguk pelan.
Dean menatap Claire lekat-lekat. "Saya masih ingat bagaimana cerita kamu tentang hubungan kamu dengan Reinaldy di masa lalu. Sekali lagi sebagai kakak, saya benar-benar minta maaf untuk hal itu. Tapi setelah bertemu kamu Reinaldy menunjukkan sebuah sikap yang menurut saya cukup membuat saya penasaran..."Dean menjeda kalimatnya untuk menarik nafas dalam-dalam, "Mungkin sebelumnya saya perlu menjelaskan bagaimana kehidupan Reinaldy selama ini agar kamu mengerti maksud saya..."
Claire pun hanya mengangguk mendengarkan ucapan Dean.
"Reinaldy sedari dulu memang suka membuat masalah. Saya yakin kamu tidak akan heran dengan hal ini karena kamu sendiri terlibat dalam masalah yang Reinaldy buat di masa lalu. Hal ini masih terus berlanjut hingga Reinaldy sudah dewasa. Reinaldy dan masalah seperti sebuah kesatuan yang rasanya sulit dipisahkan. Masalah yang Reinaldy timbulkan bukan masalah mengenai pekerjaan tapi soal kehidupan pribadinya. Dia adalah pria dengan kehidupan bebas. Saya yakin kehidupan bebas yang saya maksud ini kamu mengerti kemana arahnya. Reinaldy tidak pernah bertahan dengan satu wanita. Dia bahkan tidak pernah memiliki hubungan ekslusif dengan satu wanita dalam waktu yang panjang. Reinaldy nyaman dengan hubungan kasualnya dengan para wanita yang selama ini ia temui dari kehidupan malamnya yang bebas itu..." Dean menjeda kalimatnya untuk menghela nafas panjang sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "Reinaldy selalu berkilah kalau kehidupan malamnya yang bebas itu adalah bagian dari menyeimbangkan hidupnya. Saya akui Reinaldy bekerja keras untuk mencapai posisinya saat ini. Reinaldy memiliki orang tua yang memiliki kekayaan yang berlimpah namun Reinaldy berjuang untuk mempelajari semuanya dari awal sehingga ia bisa sampai diposisi ini karena usahanya untuk mau belajar dan terus berusaha berkembang dan saya akui memang tidak mudah..."
Dean menjeda ucapannya lagi selama beberapa saat dengan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Dean menyenderkan punggungnya ke sofa dan menatap lurus ke arah meja di hadapannya dengan tatapan menerawang.
"Saya mengerti perjuangan Reinaldy untuk sampai pada posisinya ini membutuhkan perjuangan dan juga wajar kalau Reinaldy membutuhkan sedikit refreshing untuk menyeimbangkan hidupnya. Namun refreshing yang dipilih Reinaldy cukup ekstrim menurut saya. Ada banyak pilihan lain yang bisa lakukan tapi Reinaldy malah memilih alkohol dan kehidupan bebas di club malam. Reinaldy setiap malam pergi ke club. Menenggak alkohol lalu bertemu dengan wanita di club lalu melakukan one night stand. Reiner Algantara bahkan sudah putus asa dengan kelakuan Reinaldy dan saya tau betul itu." Dean mengakhiri kalimat panjangnya dengan sebuah senyum miris.
Dean merubah pandangannya menatap lurus ke arah Claire, "Tapi Claire... Semua itu bergeser saat Reinaldy bertemu dengan kamu..."
Claire mengerutkan alisnya mendengar ucapan Dean barusan namun Claire memilih tetap menutup mulutnya untuk mendengarkan penjelasan Dean hingga akhir.
Dean masih menatap Claire lekat-lekat. "Reinaldy terganggu dengan sikap kamu yang memilih tidak mengenalnya di awal pertemuan kalian... Reinaldy terganggu karena kamu tidak memberikan respon seperti wanita-wanita yang selama ini berada di sekelilingnya dan saya menilai dia sebenarnya tertarik sama kamu bahkan dia sudah jatuh hati sama kamu, Claire..."
Ucapan Dean barusan membuat Claire yang berniat mendengarkan ucapan Dean hingga selesai pun akhirnya tidak tahan untuk membuka mulutnya dan buka suara, "Saya rasa penilaian bapak salah. Reinaldy tidak mungkin jatuh hati atau tertarik pada saya. Egonya hanya terusik dengan sikap saya yang mengacuhkannya saja."
Dean mengangguk pelan, "Katakanlah seperti yang kamu bilang. Egonya terusik dengan sikap kamu. Tapi semenjak bertemu dengan kamu yang saya tau Reinaldy perlahan tidak pergi ke club malam dan tidak melakukan one night stand semenjak dia bertemu dengan kamu..."
Claire mengerutkan alisnya dan memasang wajah ragu.
Dean tersenyum geli mengingat apa yang sudah terjadi, "Kamu mungkin tidak percaya setelah mendengar bagaimana kehidupan Reinaldy selama ini yang bebas lalu dia berubah karena bertemu kamu. Awalnya saya juga ragu tapi saya adalah saksinya. Reinaldy beberapa kali datang ke apartemen saya. Dia tidak melakukan one night stand atau datang ke club. Dia minum alkohol di apartemen saya lalu tidur. Untuk saya yang melihat kehidupannya selama ini terasa begitu luar biasa signifikan... Maksud saya Reinaldy, club malam, alkohol dan kehidupan bebasnya seperti sebuah kesatuan sejak lama dan karena Reinaldy kepikiran kamu, kombinasi itu mendadak berubah."
Claire menarik nafas dalam perlahan sambil mendengarkan ucapan Dean lalu menghembuskannya perlahan sebelum wanita itu menatap Dean lekat-lekat lalu bertanya, "Maaf, Pak. Tapi untuk apa Bapak membahas ini semua dengan saya?"
Dean menegakkan posisi tubuhnya lalu menyatukan kedua jari jemarinya menatap Claire dengan wajah serius, "Saya mendapatkan satu hipotesis yang saya rasa saya perlu selesaikan dengan melakukan sebuah praktek penelitian untuk mencari jawabannya..."
Claire mengerutkan alisnya.
"Saya ingin tau apa pengaruh kamu terhadap Reinaldy, Claire... Kalau dengan sikap kamu yang enggan saja bisa mempengaruhi Reinaldy sampai Reinaldy berubah haluan dari kehidupan malamnya bebas yang selama ini, bagaimana kalau kamu berubah menjadi baik dan menanggapi Reinaldy sebagaimana yang Reinaldy harapakan..." Dean memberi tanda dengan mengangkat sebelah tangannya sebagai tanda agar Claire tidak menyela ucapannya karena Claire sudah membuka mulutnya. "Jangan salah paham... Maksud saya kamu menanggapi Reinaldy sebagaimana yang dia harapkan artinya kamu bersikap bersahabat pada Reinaldy. Kamu cukup menjadi diri kamu sendiri dan saya penasaran apa yang mungkin terjadi pada Reinaldy..."
Claire menggelengkan kepalanya dengan tegas, "Saya percaya kalau sebuah kebiasaan akan sulit diubah kalau tidak ada keinginan yang berasal dari dalam diri orang tersebut. Saya mengerti maksud Pak Dean tapi saya tidak akan memberikan pengaruh apapun karena saya ini bukan siapa-siapa. Selain itu saya yakin kalau Pak Reinaldy hanya terusik egonya dan penasaran karena saya memberikan respon yang berbeda dari para wanita yang ia temui selama ini."
Claire mengucapkan kalimatnya dengan nada tegas. Claire berani mengatakkan demikian karena ia sendiri mengalaminya. Ia sudah berhadapan langsung dengan Mama Judith yang memiliki kebiasaan berjudi sejak lama dan ocehannya selama ini tidak pernah didengarkan oleh Mama Judith walau rasanya mulutnya sudah hampir mengeluarkan busa meminta mamanya untuk berhenti berjudi. Claire pun akhirnya menyerah dan yakin kalau kebiasaan buruk tidak akan berubah walau orang lain memintanya tapi si pemilik kebiasaan itu tidak ada keinginan dari dalam dirinya untuk merubah kebiasaan buruknya dan merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Usaha orang sekitar akan menjadi hal yang sia-sia dan menghabiskan tenaga saja pada akhirnya.
Kini gantian Dean yang menggelengkan kepalanya dan menatap Claire lekat-lekat, "Kamu salah, Claire. Saya percaya kalau kamu memberikan efek yang cukup besar pada Reinaldy dan efek yang kamu berikan itu bisa dimanfaatkan untuk merubah Reinaldy menjadi pribadi yang lebih baik..."
Claire memberikan ekspresi ragu, "Saya tidak yakin, Pak. Katakanlah ucapan bapak benar tapi mungkin efek yang bisa saya timbulkan karena kehadiran saya hanya bersifat sementara karena nanti kalau Pak Reinaldy sudah selesai dengan rasa penasarannya dan egonya sudah tidak terusik lagi mungkin dia akan kembali ke kehidupannya yang selama ini ia jalani karena bagaimana pun beliau sudah menjalani kebiasaannya itu cukup lama dan saya tidak yakin kehadiran saya bisa menghapus kebiasaan yang sudah lama terjadi itu."
Dean terdiam beberapa saat sebelum ia menanggapi ucapan Claire. Dean merasa kalau Claire memiliki pengaruh yang cukup besar untuk Reinaldy. Dean menyenderkan punggungnya kembali ke sofa sambil menatap Clare lekat-lekat, "Claire... How about we make a deal?"