Flasback on
Hari ini adalah hari terburuk bagi Andre. Alasannya adalah karena wanita yang ia cintai menikah Dengan laki-laki pilihan orangtuanya.
Sepertinya hubungan Andre dan Liyan selama enam tahun tidak ada artinya. Sejak awal hubungan mereka pun kedua belah pihak orangtua tidak ada yang menyetujui. Andre dan Liyan pun tidak tahu alasan pastinya.
Sudah tidak terhitung berapa gelas alkohol yang masuk ke tubuh Andre. Mabuk-mabukan adalah cara lelaki itu melupakan kesedihannya. Wisnu dan Zidan berada di sampingnya. Menemani sahabat mereka yang sedang patah hati.
Mereka miris melihat keadaan Andre yang benar-benar kacau. Cinta memang membahagiakan tapi ketika cinta sudah tidak berpihak yang ada hanya luka dan kekecewaan.
"Dan, aku harus balik, " Kata Wisnu yang baru menutup aplikasi ponselnya.
"Lah, kok balik? " Tanya Zidan binggung. "Terus Andre gimana? "
"Kamu bisa urus dia sendiri, kan? Aku harus balik, Gita ngomel-ngomel nyuruh aku nyamperin dia sekarang. Aku nggak mau di pecat jadi pacar. "
"Dasar bucin. "
"Yang penting nggak jomblo." Wisnu terkekeh sedangkan Zidan memutar bola mata. "Aku duluan." Wisnu menepuk pundak sahabatnya.
"Iyyyeee.... Sono balik. Temuin pacar yang bentukannya kayak roro Jonggrang."
"Bacot! "
"Bodo."
Selepas Wisnu pergi Zidan mencoba menghentikan Andre untuk berhenti minum dengan menyingkirkan gelas minumanya tapi tetap saja Andre merebutnya kembali.
Beberapa detik kemudian ponsel Zidan berbunyi. Matanya langsung membulat saat melihat nama yang tertera di layar ponsel 'MAMA'. Dengan ragu-ragu Zidan mengangkat telfon dari mamanya dan benar saja belum juga lelaki itu membuka mulut untuk mengatakan hallo, mamanya sudah mengoceh tidak karuan di seberang sana. Zidan menjauhkan ponsel dari telinganya karena telinganya sakit mendengar wanita yang sudah melahirkannya itu mengomel. Semua itu juga karena tingkah Zidan sendiri yang jarang pulang ke rumah. 'PULANG' adalah perintah yang di berikan mamanya.
Di lain pihak Zidan bingung dengan apa yang harus ia lakukan? Ingin langsung pulang tapi bagaimana dengan Andre? Tidak mungkin ia meninggalkan lelaki itu disana sendirian. Kalau tidak pulang mamanya akan marah besar.
Zidan akhirnya menelfon teman-temannya yang lain berharap ada yang mau mengurus Andre. Semuanya sudah Zidan hubungi dari Seto, Leo, Wina, Lintang tapi tidak ada yang mengangkat telfonnya. Sepertinya semuanya sedang sekongkol untuk tidak mengangkat panggilannya. Saat itu juga ia teringat dengan Ana, temanya yang paling pendiam diantara temannya yang lain. Ada sedikit keraguan, apa cewek itu mau? Tapi di coba saja, siapa tahu dia mau. Akhirnya Ana menerima teleponnya dan gadis itu mau membantunya.
Setelah menunggu hampir dua puluh menit akhirnya Ana datang. Ana sedih melihat Andre seperti itu. Berulang kali dia meracau memanggil nama Liyan berulang kali.
Zidan meninggalkan mereka berdua. Selang beberapa menit Ana mengantar Andre pulang ke apartemennya. Susah payah dia memapah tubuh tinggi besar itu keluar dari club. Setelah sampai di dalam taksi dia merasa lega. Sepanjang jalan menuju apartemen, Ana beberapa kali memandang lelaki itu. Hatinya terasa sakit setiap kali mendengar Andre menyebut nama Liyan. Sungguh besar cinta Andre pada wanita itu.
Ana meminta bantuan supir taksi untuk membawa Andre masuk ke apartemen. Jujur saja Ana tidak sanggup jika harus membawa Andre sampai ke unit apartemen tempat lelaki itu tinggal.
Sebelumnya Zidan mengirim password apartemen Andre lewat pesan singkat karena Ana tidak tahu.
Setelah membayar ongkos taksi dan mengucapkan Terima kasih pada pak supir yang sudah membantunya, Ana kembali ke kamar Andre.
Gadis itu duduk di pinggir ranjang memandang wajah Andre. Tangannya terulur tapi tidak berani menyentuh wajah pemuda itu. Tangannya menggantung di udara. Ana sadar dia tidak boleh seperti ini. Dia hanya akan membuat dirinya semakin sakit jika perasaan itu masih bersemayam di hatinya. Ana harus melupakan Andre... Harus dan harus.
Tangan Ana menghapus cairan bening yang keluar dari matanya. Baru saja ia berdiri tiba-tiba tanganya di cekal. Pandangannya langsung menoleh pada Andre.
"Jangan pergi. " Gumamnya.
Ana kembali duduk dan Andre bangun dari posisi tidurnya. Matanya sayu dan dia menangis.
"Jangan pergi Liyan. Jangan tinggalkan aku." Lirihnya.
Hati Ana semakin sakit saat mendengar Andre menganggapnya sebagai Liyan. Tangan gadis itu terulur menghapus air mata yang jatuh di pipi Andre.
"Jangan menangis, " Ucap Ana.
"Jangan tinggalkan aku, Liyan. " Tangan Andre memegang tangan gadis itu.
Air mata Ana semakin deras setiap kali mendengar cowok itu menyebut nama gadis yang sudah meninggalkannya.
"Aku bukan Liyan, Andre. Aku Ana, " Ucap Ana.
"Tidak," Tolak Andre. "KAU LIYAN KU... KAU LIYAN KU... KAU MILIKKU... TIDAK ADA YANG BOLEH MEMILIKIMU....! "
Tiba-tiba Andre mencium bibir Ana. Gadis itu membulatkan mata karena tindakan cowok itu. Ana memukul tubuh Andre supaya melepaskannya tapi cowok itu malah menciumnya lebih kasar. Semakin Ana melawan Andre semakin kasar.
Andre menindih tubuh gadis itu di ranjang. Ana sekuat tenaga memberontak tapi dia kalah dengan tenaga Andre.
"Jangan Andre.... Aku mohon. " Pinta Ana memohon.
Tapi Andre dalam pengaruh alkohol.
Tangis dan permohonan gadis itu seperti tidak terdengar di telinga Andre. Dia hanya ingin memiliki Liyan. Sampai akhirnya ia melepaskan yang ada di dirinya pada Ana.
Gadis itu sudah hancur. Hancur sehancur-hancurnya. Mahkota yang ia jaga untuk suaminya kelak sudah diambil paksa. Walaupun oleh orang yang dicintainya.
Flashback off
Ana menghapus air matanya. Tangannya kemudian membelai kepala Alif sayang yang tidur pulas dalam pelukannya.
Dia tidak mengerti mengapa takdir mempertemukannya kembali dengan Andre Danuarta.