1. Satu
Jam empat sore Ana menutup tempat usahanya. Toko bernama AL Fashion yang menyediakan keperluan kaum hawa, dari baju, underwear, sandal, sepatu sampai accessories.
"Saya duluan, ya, mbak. " Pamit Nia pegawainya.
"Iya, Hati-hati. " Pesan Ana.
"Iya, mbak. "
Setelah dari toko wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu menuju Taman kanak-kanak yang tidak begitu jauh dari tokonya. Menjemput bocah tampan nan lucu yang berusia lima tahun. Alif, sang putra tercinta.
"Mama... " Teriak Alif saat melihat ibunya. Bocah itu berlari untuk memeluk sang mama.
Ana menyambut pelukan anaknya. Semua rasa lelah yang Ana rasakan seharian ini menguap begitu saja.
"Sudah siap untuk pulang? "
Alif mengangguk yakin.
"Kita pulang, ya? "
"Ayo... " Jawab Alif cadel.
Sebelum pulang ke rumah mereka mampir ke sebuah toko kue. Ana sudah berjanji pada putranya untuk membeli kue tart untuk merayakan ulang tahunnya.
"Mau pilih yang mana, sayang? "
Mata Alif memindai berbagai bentuk keu tart yang ada didalam etalase.
"Yang itu. " Tunjuknya pada salah satu kue yang berada dalam etalase. "Yang ada strawberry di atasnya. "
Ana melihat kue tart cokelat yang atasnya di hiasi buah strawberry.
"Kami ambil yang itu mbak, " Ucap Ana pada pegawai toko yang melayaninya.
"Baik."
Setelah membeli kue Alif menarik ibunya ke toko es krim langganan mereka yang ada di seberang jalan.
"Eeemmm... Enak. " Alif baru saja menyuapkan sesendok es krim ke dalam mulutnya.
"Enak, sayang? "
"Enak, ma. "
"Mau coba rasa greentea punya mama? " Ana menyodorkan sesendok es krim kearah anaknya.
"Nggak mau. " Kepalanya menggeleng.
Ana tersenyum melihat putranya. Bocah itu sangat suka dengan rasa coklat dari pada rasa yang lain.
***
Di meja makan berbentuk lingkaran itu duduk Ana dan Alif. Diatas meja terdapat sebuah kue ulang tahun yang tadi mereka beli dengan lilin angka dua dan sembilan.
Bocah laki-laki itu bernyanyi lagu selamat ulang tahun untuk mamanya. Sedangkan Ana merasa terharu, senang, sedih, sakit dalam waktu yang bersamaan.
Ana meniup kue ulang tahunnya yang langsung di sambut tepuk tangan dan ucapan selamat ulang tahun dari Alif. Tidak ada doa khusus yang Ana panjatkan di ulang tahunnya. Do'anya masih sama seperti doa-doa setiap tahunya. Panjang umur, selalu sehat, selalu bahagia bersama sang putra tercinta.
"Ayo, mama, kita potong kuenya, " Kata Alif semangat.
"Iya, sayang, kita potong kuenya, " Jawab Ana lembut.
Ibu muda itu memotong kue tart-nya dan potongan pertama ia berikan pada Alif.
"Enak, ma, " Ucap Alif senang.
"Iya, sayang." Ana mengelus rambut anaknya.
Ana memandang putranya. Wajahnya begitu mirip dengan laki-laki yang masih bersemayam di hatinya. Laki-laki yang tidak pernah mencintainya. Walaupun begitu Ana masih saja mencintainya.
Pergi dan menjauh adalah pilihan Ana. Dia tidak ingin merusak kebahagiaan laki-laki itu dengan wanita yang dicintainya.
Walaupun pergi menjauh Ana masih membawa bagian dari lelaki itu. Andre Danuarta, laki-laki yang seharusnya ia lupakan dan ia benci tapi nyatanya Ana tidak bisa.
"Ma, besok, kan, libur sekolah. Aku ikut ke toko, ya?" Pinta Alif.
"Iya, sayang, " Jawab Ana kemudian mencium sayang puncak kepala anaknya.
Enam tahun pergi dari Jakarta dan menetap di Surabaya. Berharap melupakan semuanya dan membuka lembar kehidupan yang baru. Hanya bersama Alif. Satu-satunya yang ia miliki. Walaupun dia ada karena sebuah kesalahan. Tapi bagi Ana, Alif adalah anugerah.