Di pagi hari, Anna sudah dibuat kesal bukan main. Masalahnya, keempat ban mobilnya tiba-tiba saja kempes. Padahal seingatnya, semalam mobilnya dalam keadaan baik-baik saja. Jika seandainya ada yang bocor, mana mungkin keempat ban mobilnya kempes atau mengalami kebocoran semua?
Sangat tidak masuk akal! Pikir gadis itu.
Seketika dia merasa menyesal sudah menuruti permintaan ibunya untuk tidur saja di kediaman Ertyson semalam.
Bahkan hanya semalam, dia sudah mendapatkan kesialan. Namun, yang lebih sialnya lagi adalah, dia harus satu mobil dengan kakak tirinya. Rasanya dia lebih baik berjalan kaki saja daripada harus satu mobil dengan pria itu. Apalagi bersebelahan seperti ini.
"Sial!" gerutu Anna pelan, namun tetap terdengar di rungu Arche.
"Kau bilang apa?" tanya pria itu.
Anna menoleh dan menatap Arche sinis. Rasanya muak sekali melihat wajah Arche yang sok dekat sekali dengannya. Mereka bukanlah saudara yang sesungguhnya. Melainkan musuh semata.
"Apa pedulimu? Diamlah, fokus saja mengemudi." sahut Anna.
Mendengar itu, Arche tersenyum miring. Memang sepertinya, dia harus menunjukkan keahliannya dalam mengemudikan mobil.
Arche menambah kecepatan mobilnya, namun Anna sama sekali tidak menggubrisnya. Gadis itu nampak biasa saja meskipun Arche mengemudi dengan kecepatan tinggi. Pria itu sampai heran dengan gadis yang ada di sampingnya itu, kenapa tidak berteriak untuk memakinya atau menyuruhnya untuk berhenti.
Karena kesal, Anna nampak biasa saja, Arche langsung menghentikan mobilnya secara mendadak. Sampai tubuh Anna terdorong ke depan. Beruntung, dia memakai seatbelt dengan benar.
"Kau gila?!" pekik Anna karena pria itu menginjak rem secara mendadak.
"Turun," seru Arche.
Tanpa mengatakan apa pun juga, Anna turun dari mobil tersebut. Hal itu membuat Arche mengerutkan keningnya. Gadis itu benar-benar membuatnya kesal. Kenapa tidak mendumal atau memakinya?
Tapi Anna justru turun dengan sukarela. Biasanya wanita lain akan memohon pada Arche untuk tidak menurunkannya di pinggir jalan seperti ini. Tapi Anna berbeda. Harga diri Arche merasa tercoreng.
Sementara Anna, gadis itu sebenarnya ingin sekali mencakar wajah Arche yang sok tampan. Ingin sekali mengomel di hadapannya. Tapi, Anna harus menghemat energinya. Bertengkar dengan Arche hanya akan membuang waktunya. Bahkan lebih bagus pria itu menyuruhnya untuk turun. Jadi, dia tak perlu pusing dan mengeluarkan sumpah serapah didalam hati untuk pria itu.
Anna menutup pintu mobil tersebut dengan keras. Membuat Arche geram dan menginjak pedal gasnya dengan kuat.
Anna yang memang tidak melihat ada kubangan air di dekatnya sontak terkejut ketika Arche langsung saja menjalankan mobilnya dengan cepat. Hingga air kubangan tersebut mengenai baju Anna dan tentu wajahnya yang cantik terkena juga meskipun sedikit.
"Archeee!!" teriaknya.
Mobil pria itu memang berhenti, namun bukannya turun untuk meminta maaf, pria itu justru hanya melambaikan tangannya saja pada gadis itu.
Hal itu membuat Anna menggeram kesal dengan Arche. Pria paling gila dan menyebalkan yang pernah dia temui. Menyesal sekali dia, pernah memuji pria itu tampan, bahkan pernah melakukan one night stand dengan pria itu. Sungguh, kesialan yang hakiki.
"ARCHE FUCKINGG ERTYSON!!" teriak Anna ketika mobil Arche melaju pergi.
Anna bersumpah akan membalas ini semua pada Arche. Karena pria itu sudah menabuh genderang perang dengannya. Sekarang, Anna yakin jika penyebab semua ban mobilnya kempes pasti Arche pelakunya.
Sekarang, dia harus memesan taksi online dan segera kembali ke apartemennya. Mau ditaruh mana wajahnya jika datang ke gedung AXE dengan penampilan seperti itu. Bahkan bajunya basah. Memang sial paginya hari ini.
Sedangkan Arche yang berada di mobil hanya bisa tertawa. Apalagi ketika melihat bagaimana wajah kesalnya Anna melalui kaca spion mobilnya. Entah mengapa, dia seperti mendapatkan mainan baru. Seru sekali membuat gadis itu darah tinggi.
+++
Anna baru saja berganti pakaian. Dia masih saja mendumal kesal karena kejadian tadi. Arche benar-benar membuat moodnya hari ini buruk sekali.
Belum pernah Anna merasa kesal sampai seperti ini. Rasanya bisa gila jika sampai dia benar-benar satu atap dengan pria itu. Hidupnya pasti tidak akan pernah merasa tenang. Bahkan di setiap harinya.
Anna kembali merias wajahnya. Dia tiba-tiba teringat dengan lip balm pemberian Naomi. Sebelum dia kembali ke Los Angeles, sahabatnya itu memberinya sebuah mini bag yang berisi lip balm dan juga parfum. Seingatnya, Anna menyimpannya di dalam laci meja riasnya.
Karena sudah terlalu lama, dia lupa menyimpannya di laci yang sebelah mana. Dia ingin mencoba lip balm tersebut. Lumayan kan, lip balm harga sultan dari sahabatnya sendiri.
Gadis itu sampai membungkuk untuk mencarinya. Ke semua laci dia cari. Hingga akhirnya dia menemukannya di laci paling bawah.
"Ini dia!" seru Anna seraya mengambilnya. Ketika hendak membukanya, Anna kembali melihat ke dalam laci tersebut.
Dia mengambil satu benda yang tidak asing baginya. Satu-satunya benda yang ditinggalkan oleh pria dengan tato elang di dadanya. Sebuah sapu tangan, dengan gambar elang kecil di sisinya. Bahkan gambar tersebut terbuat dari emas. Anna menyakini bahwa pria itu bukanlah orang sembarangan.
Selama ini, sebenarnya Anna masih mencari tau siapa pria itu? Bahkan pria itu menghilang bagaikan ditelan bumi.
Jujur saja, pria itulah yang sudah mengambil kesuciannya. Saat itu, Anna mabuk berat. Karena permasalahan ibunya, yang terus menerus menekan dirinya untuk memenuhi gaya hidup ibunya yang mewah.
Sampai akhirnya dia melakukannya dengan pria yang duduk di sampingnya ketika berada di sebuah bar. Karena mabuk itulah, Anna tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa pria itu. Dia hanya ingat tato elang yang menghiasi dadaa pria tersebut.
Mungkin, dia bisa saja menyewa detektif handal untuk mencari siapa pria itu. Namun sayang, Anna lebih menyayangi uangnya saat itu. Karena ya, kebutuhan ibunya selalu tinggi. Mungkin jika sekarang, dia bisa mencari tau siapa pria itu. Karena beban hidup sebenarnya, sudah memiliki bank sendiri. Ya, Stephen Ertyson adalah bank milik ibunya.
Sebenarnya, memang tidak pantas jika Anna menyebut ibunya sebagai beban hidupnya. Namun, mau bagaimana lagi? Itu faktanya.
"Sampai sekarang, aku masih penasaran. Siapa kau sebenarnya?" gumam Anna.
+++
Anna baru saja tiba di gedung AXE. Gadis itu sedikit terkejut ketika Mary menariknya untuk buru-buru masuk ke dalam. Hal tersebut sedikit menarik perhatian para staf AXE yang berlalu lalang.
"Mary, ada apa sebenarnya? Jangan menarikku begini." seru Anna dan Mary melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan Anna.
"Maaf, aku hanya ingin kau cepat-cepat masuk." sahut Mary sembari tercengir, menampilkan deretan giginya.
"Iya, tapi karena apa?" tanya Anna tidak sabaran.
"Kau diminta menemui Mr Axe di ruangannya." jawab Mary.
"A-aku? Kenapa memangnya? Ada apa dia memanggilku?" tanyanya lagi.
"Aku tidak tau pasti, tapi aku sempat mendapat bocoran dari staf lain. Katanya, beberapa model di sini akan diminta mengikuti casting iklan dan lain sebagainya. Jadi, tidak hanya stalk di pemotretan saja. Mungkin, kau salah satunya." terang Mary.
"Tapi, aku tidak bisa menjamin, apakah kau dipanggil Mr Axe karena hal itu atau mengenai hal lainnya." lanjutnya.
"Wah, kau benar-benar membuatku berpikiran negatif." sahut Anna.
Mary terkekeh mendengarnya. Mungkin, hanya Anna yang bisa bercanda seperti ini. Maksudnya, bercanda macam dengan teman sendiri.
Ketika keduanya masih sibuk mengobrol, tiba-tiba saja asisten Mr Axe datang menghampiri keduanya. Siapa lagi jika bukan, Sam.
"Nona Anna," panggilnya.
"Ya, aku akan segera ke sana." sahut Anna penuh percaya diri sembari melipat kedua tangannya di depan dadaa.
"Maaf," seru Sam sembari menaikkan sebelah alisnya. Hal tersebut membuat Anna menganga lalu menurunkan kedua tangannya.
"Mr Axe memanggilku, kan?" tanyanya. "Aku akan segera ke ruangannya," lanjutnya dan Sam tersenyum tipis.
"Tidak perlu Nona, Mr Axe sebentar lagi harus pergi. Jadi, Mr Axe meminta saya untuk menyampaikan langsung pada Anda. Jika, Anda bisa langsung saja ke lokasi casting iklan tersebut bersama dua model lainnya. Seperti biasa, akan ada staf yang menemani Anda," sahut Sam.
"Oh, begitukah? Ya sudah." balas Anna.
Setelah mengatakan itu, ketika dirinya hendak melangkah pergi, tiba-tiba saja kedua matanya terbelalak kaget saat mengetahui siapa orang yang baru saja keluar dari lift.
Anna dengan kesal langsung melangkah ke arah seseorang tersebut.
"Kau! Bagaimana bisa kau ada di sini?!" bentak Anna.
Mary yang posisinya berada di belakang sontak terkejut dengan aksi Anna. Dia ingin sekali menarik gadis itu dan memberitahunya jika dia sedang berbicara dengan siapa.
Namun, baru selangkah saja, tangan Sam menghadangnya. Jadi, Mary hanya bisa diam dibelakang sebagai penonton sama seperti yang lainnya. Ya, tidak hanya Mary dan Sam saja. Tapi dengan para staf lainnya juga.
"Arche Xavier! Kau ini benar-benar penguntit ya?! Kau menguntitku sampai kemari, ha?!" bentak Anna.
Pria itu belum mengeluarkan sepatah kata pun. Dia justru memainkan lidahnya di bagian pipi kanan dalamnya. Sembari kedua tangannya masuk ke dalam saku celana.
Benar-benar menampilkan ekspresi paling songongnya dan gaya yang sok cool bagi Anna.
"Nona Anna," panggil Sam.
Sang pemilik nama menoleh ke belakang menatap Sam. Namun, hanya seperkian detik saja. Dia kembali menatap Arche yang angkuh.
"Kau—"
"Dia Mr Axe," sela Sam lagi dan Anna geram sekali dengan Sam.
"Bisakah kau diam sa—" Anna menjeda ucapannya. Wajahnya langsung berubah menjadi linglung. "Apa?! Mr Axe??" lanjutnya dengan ekspresi tidak percaya.
"Kau!" tunjuk Arche pada Anna yang tubuhnya menjadi kaku.
"Ke ruanganku, sekarang." ujar Arche.
Tubuhnya sedikit mencondong ke depan, kemudian mengatakan sesuatu dengan begitu pelan. Yang hanya dapat didengar oleh gadis itu saja.
"Kejutan, adik manis." seru Arche sangat pelan. Dan Anna sontak mengepalkan tangannya.
Sedangkan Arche, pria itu langsung berjalan menuju lift untuk kembali ke ruangannya. Karena, adik tirinya itu sepertinya butuh bimbingan darinya.