bc

GODAAN KAKAK TIRI

book_age18+
648
FOLLOW
7.7K
READ
one-night stand
HE
fated
boss
heir/heiress
drama
affair
like
intro-logo
Blurb

Mature Area 21+

Berawal dari sebuah ONS, Kimberly Anna terpesona dengan pria yang sama sekali tidak dirinya kenal. Tapi pagi harinya, pria itu menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.Namun takdir membawanya bertemu kembali dengan pria tersebut. Arche Xavier Ertyson, partner ONS sekaligus pria yang mampu membuatnya terpesona. Tapi takdir juga seolah mempermainkannya. Pria itu adalah kakak tirinya.

Bagaimana kisah mereka berdua? Sanggupkah Anna menerima rayuan dari kakak tirinya yang bertubi-tubi?

chap-preview
Free preview
Bertemu Kembali
Anna berjalan begitu anggun, memasuki sebuah hotel yang paling mewah dan mahal di Los Angeles. Malam ini adalah malam pertemuan antara dua keluarga. Ibunya—Kim Lily akan mempertemukannya dengan calon Ayah tirinya. Sebagian orang memang terkejut karena sebenarnya Anna memiliki darah keturunan Korea. Ibunya, Kim Lily lah yang berasal dari negeri ginseng tersebut. Sedangkan mendiang ayahnya asli dari Los Angeles. Malam ini, Anna mengenakan dress ketat berwarna merah menggoda. Hanya itu dress yang paling mahal, dari sekian banyak dress yang dia miliki. Memang posisi brand pakaiannya belum mencapai top 5 di dunia, namun menurut Anna ini juga sudah sangat bagus. "Kenapa kau memakai dress yang ini?!" seru Lily sembari menarik lengan putrinya. Gadis berusia 25 tahun itu kembali menghela nafas lelah. Apapun yang dirinya pakai akan selalu di komentari oleh ibunya. Dia yakin, jika sebentar lagi, ibunya itu akan membahas perihal brand pakaian yang dia kenakan ini dan juga harganya. "Ini dress paling mahal yang aku miliki, Bu." jawab Anna. "Harusnya kau bilang pada ibu, kita bisa membeli dress yang lebih mahal dari ini!" sahut Lily kesal pada putrinya. Anna merotasikan bola matanya malas. Ibunya selalu saja mengatakan jika dress yang dia kenakan sangat buruk dan murah. Padahal, dia membelinya sampai tidak jajan selama tiga bulan demi membeli dress tersebut. Di mata ibunya, dress yang paling bagus ya hanya dari brand-brand terkenal dan super mahal. Daripada untuk membeli dress seharga rumah mewah, lebih baik uangnya untuk investasi jangka panjang. Anna selalu berpikir dengan logikanya. Untuk apa membeli barang yang super mahal jika nantinya hanya dipakai satu atau dua kali. Sungguh, dia hanya bisa geleng-geleng kepala saja dengan tingkah dan sikap ibunya. Ibunya terus saja bersikap layaknya seorang keluarga billionaire. Gadis itu melirik ibunya dari atas sampai bawah. Benar-benar berkilauan seperti emas yang sedang berjalan. Oh, Anna sedikit menarik ucapan yang sebelumnya, karena di leher sang ibu terdapat kalung berlian yang berkilau. "Dari mana kalung berlian itu?" tanya Anna sembari menaikkan salah satu alisnya, menatap ibunya penuh selidik. "Jangan mencurigai ibu seperti itu, ini hadiah dari calon Ayah tirimu," jawab Lily dan Anna hanya ber-oh ria. Beberapa detik kemudian para pelayan hotel tersebut mulai berbaris menyambut ibu dan anak itu. Mengantarnya untuk masuk ke sebuah ruangan VVIP yang begitu mewah. Salah seorang pelayan tersenyum ramah sembari membukakan pintu ruangan. Anna menatap ibunya yang nampak begitu sumringah saat bertemu tatap dengan seorang pria paruh baya yang berjalan ke arah mereka saat ini. Stephen Ertyson, ibunya sudah memberitahu nama pria paruh baya yang akan menjadi Ayah tirinya. Ya, Anna akui jika pilihan ibunya boleh juga. Dan ini semua sesuai dengan keinginannya, mendapat suami yang kaya raya. "Dia putrimu yang kau ceritakan?" tanya pria paruh baya itu, dan Lily mengangguk sembari tersenyum manis. Sedangkan Anna sedikit berdecak dalam hati, karena ibunya mendadak menjadi wanita yang begitu anggun. Apalagi saat tangan ibunya mengusap pundak Anna, gadis itu sedikit berdecih pelan karena ibunya mulai bersandiwara. Seolah hubungan ibu dan anak ini sangat lah harmonis. "Anna, Paman." seru Anna sembari mengulurkan tangannya. Stephen menerimanya dan menjabat tangan Anna, sembari tersenyum ramah. "Cantik, seperti ibunya." puji Stephen dan Anna hanya membalasnya dengan sebuah senyuman tipis. Lain halnya dengan Lily, ibunya itu nampak tersenyum lebar kala mendengar pujian tersebut. Sungguh, Anna merasa jika ibunya sedang mengalami masa puber yang kedua. Terkadang Anna bertanya-tanya, sebenarnya dia benar-benar anak dari Kim Lily atau bukan? Bahkan sikap dan sifatnya jauh berbeda dari ibunya. Mereka bagaikan langit dan bumi. Walaupun memang, mereka selalu dipuji mengenai kecantikannya. Sepertinya hanya itu bagian dari dia dengan ibunya yang sama. Sama-sama cantik. "Mari, kita duduk terlebih dahulu. Putraku sedang menerima panggilan mendesak barusan," ujar Stephen. Ketiganya berangsur duduk di sebuah meja yang berbentuk persegi panjang. Benar-benar kelas VVIP kalangan konglomerat, karena suasananya bak sedang berada di kerajaan. Anna bahkan dibuat terpukau karena pelayanan yang dia terima. Dia sudah seperti tamu agung saja saat ini. Di dalam batinnya, gadis itu memuja kehidupan orang konglomerat. Memang sangat mewah, tapi bagi Anna semua terasa kaku, tidak leluasa. Kedua netra Anna membelalak kaget saat melihat seorang pria berjalan ke arah meja mereka. Tenggorokannya tercekat, lidahnya terasa kelu. Dia tidak tau harus mengatakan apa saat ini. Dia terus bertanya-tanya mengapa takdir harus mempertemukannya lagi dengan pria yang sempat membuatnya terpesona? Partner one night stand nya di New York beberapa hari lalu, kini tengah berdiri menjulang di hadapannya. Anna menatapnya kala pria itu menyapa Stephen, ibunya, dan tentu dirinya juga. Gadis itu sempat terkejut saat pria itu memanggil Stephen dengan sebutan, Ayah. Sungguh, garis takdir apa yang sedang Tuhan mainkan untuknya? Anna terus bertanya-tanya tentang hal itu. Dia kembali melirik pria itu yang sedang berbincang santai dengan Stephen dan juga ibunya. Gadis itu sempat keheranan karena, pria itu nampak tidak terkejut saat melihatnya. Dan ini aneh bagi Anna. "Jadi Arche, bagaimana menurutmu, Nak?" tanya Stephen pada putranya. "Perfect! Pilihan Ayah yang terbaik. Kalian pasangan yang serasi," jawab Arche. Setiap kali Arche berbicara, maka Anna selalu saja melihatnya. Lebih tepatnya, melihat bibirnya. Seolah tau jika dia sedang di amati, Arche melempar tatapan pada Anna. Keduanya bertatapan meskipun hanya beberapa detik saja, karena gadis itu memutusnya lebih dulu. "Ibu, aku harus ke toilet sebentar." bisik Anna. Setelah berbisik pada ibunya, Anna keluar dari ruangan VVIP tersebut untuk menuju ke toilet. Jika terus berada di dalam, Anna yakin jika kewarasannya akan menghilang. Partner one night stand nya, akan menjadi kakak tirinya. Ini sebuah kebetulan yang sangat membingungkan baginya. Anna tidak tau apakah dia akan senang atau tidak dengan ini. Sialnya, aura pria itu—Arche kembali membuatnya terpesona. Kepalanya langsung menggeleng pelan. Tidak! Dia tidak boleh lagi menyukai pria itu. "Senang bertemu denganmu, Anna." Kepala Anna sontak menoleh ke arah suara. Kedua matanya menyipit ragu, namun apa yang di lihatnya adalah nyata. Arche Xavier, sedang menyandarkan tubuhnya di ambang pintu. Gadis itu tak mempedulikannya dan kembali mencuci kedua tangannya hingga bersih. Dia kembali menoleh cepat kala mendengar suara pintu di kunci. Dan benar saja, Arche menutup pintu dan menguncinya. "Kau terlihat sangat memukau!" puji Arche. "Terimakasih," sahut Anna singkat sembari mengeringkan kedua tangannya yang basah. Semua itu tak luput dari pandangan Arche. Memandang Anna, menelitinya dari bawah sampai atas. Bahkan Arche sampai membasahi bibir bawahnya. "Warna merah, itu warna yang identik untuk menggoda seseorang. Apa kau sengaja ingin menggodaku, Anna?" Tawa kecil akhirnya keluar dari mulut Anna. Gadis itu memandang Arche dengan ekspresi yang sedikit terkejut. Pasalnya, pria itu sudah macam seorang buaya yang paham sekali dalam menggoda dan merayu wanita, serta menjeratnya. Mungkin juga dirinya sudah terjerat di malam itu. "Aku bahkan tidak tau jika kita akan bertemu," jawab Anna. "Kalau pun aku tau, mungkin aku memilih untuk tidak datang malam ini," lanjutnya. "Tapi aku tau jika kita akan bertemu, Anna. Kau merindukan aku?" tanya Arche dan Anna menggeleng cepat. "Ah, benar juga. Mana mungkin kau merindukan aku," lanjut Arche dengan raut wajah yang sengaja di buat bersedih dan kecewa. Anna berdecih karena ternyata Arche Xavier Ertyson ini pandai sekali dalam bersandiwara. Entah ini kesialan atau keberuntungan baginya. Tapi Anna sungguh menyesalkan keputusannya malam ini, kenapa dia harus datang? "Sungguh, takdir ini sangat lucu kan? Aku tidak ingin terlibat apapun denganmu setelah malam panas itu. Tapi Tuhan mempertemukan kita kembali. Apa kau tidak merasa aneh, Anna?" tanya Arche. "Ya, sangat lucu. Tapi sepertinya ini kesialan bagiku," jawab Anna dengan tatapan tajam. "Awh! Kau seksi sekali. Matamu, sangat seksi!" "Sinting!" Arche tertawa kecil ketika melihat respon Anna yang nampak kesal padanya. Bahkan di saat Anna sudah keluar dari toilet tersebut, Arche masih tertawa. Lalu detik berikutnya, dia menggumamkan nama gadis itu. "Anna..." gumamnya lalu tersenyum miring.

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook