6. Syarat Irasional

1460 Words
Jantung Kim Seo Hyung terus memberikan detakan menakutkan. Sekilas seperti ada yang meremas jantungnya dan menimbulkan nyeri. Sesekali Kim Seo Hyung melirik lewat bulu mata, tetapi masih menundukkan kepalanya. Dirasakan pemuda Kim itu bagaimana tatapan tajam pasangan suami istri di depannya dan semakin membuat lelaki itu takut. Lantas rungu lelaki itu menangkap ketukan sepatu yang menandakan jika seseorang yang telah ia tunggu-tunggu sejak tadi telah datang, maka Seo Hyung pun mengangkat kepalanya dan menegakkan badan. Keharuman yang berasa dari perpaduan buah-buahan langsung menyambar penciuman Kim Seo Hyung, membuat lelaki itu menggerakkan wajahnya kemudian mendongak. Muncul presensi seorang gadis dalam balutan pakaian kasual. Ia hanya memandang dari sudut mata dan Kim Seo Hyung menangkap pandangan sinis di sana. Napasnya berembus kasar sebelum ia membanting tubuhnya di sofa panjang. Suasana begitu canggung, begitu kaku dan benar-benar mencekam. Hingga Kim Seo Hyung sempat berpikir beginikah cara calon mertuanya menyambut dirinya yang nantinya akan menjadi menantu keluarga Park? Semua ini sudah cukup memberitahu Kim Seo Hyung bahwa ia sebenarnya sangat tak pantas berada di sini. Namun, di saat yang sama pula ingatannya dengan cepat memberitahu jika memang hubungan yang sementara ia perjuangkan saat ini hanyalah untuk menyatukan dua perusahaan. Tidak ada hati, tak ada rasa hormat dan peduli. Mungkin Kim Seo Hyung juga tak perlu terbawa perasaan. Ia tidak perlu membunuh harga diri. Yang harus dilakukan Kim Seo Hyung hanyalah merebut kepercayaan dari calon mempelainya. “Selamat malam, Nona Park,” sapa Kim Seo Hyung. Sekilas Park Ahn Lee tampak menghela napas, kemudian mengembuskannya dengan kasar. Ia masih menelengkan wajah ke samping, tetapi bola matanya bergerak ke sudut untuk kembali memandang Kim Seo Hyung. “Untuk apa kau ke sini!” sinis Ahn Lee. Kim Seo Hyung memang tahu persis jika wanita muda Park itu akan berkata seperti itu, mengingat perkataan terakhir Kim Seo Hyung yang sudah pasti telah membuat Park Ahn Lee marah. Lantas Seo Hyung membawa tatapannya turun dan menundukkan kepala. Untuk sekelebat ia terdiam, lalu setelah mendapatkan kekuatan, Kim Seo Hyung mulai menarik kedua sudut bibir dan mengulas senyum tipis di wajah tampannya. “Aku kemari untuk minta maaf, Nona Park. Aku minta maaf soal perkataanku kemarin siang. Aku benar-benar telah lancang. Kumohon, maafkanlah aku.” “Cih!” Park Ahn Lee mendecih lalu terkekeh sinis. “minta maaf katamu?” Gadis itu lalu memutar wajah dan menatap Kim Seo Hyung akhirnya. Sekali lagi mendecih sinis sebelum sepasang bola matanya melebar dengan tatapan nyalang. “Setelah kau menghinaku, kau datang dengan gampang untuk minta maaf padaku?!” Ahn Lee menaikkan suaranya dan makin melebarkan pandangan. Napas Ahn Lee berembus kasar. Memberitahu Kim Seo Hyung jika mungkin saja tak ada kata maaf lagi. ‘Bawa sesuatu untuk ke sana. Kalung berlian mungkin. Bahkan jika perlu berlutut dan cium kakinya.’ Di saat Kim Seo Hyung berpikir untuk menyerah saja, suara absolut ayahnya langsung menggema di dalam kepala Seo Hyung dan membuatnya tak punya pilihan lain. “Nona Park, aku sungguh menyesali perbuatanku. Jika boleh, aku pun rela melakukan apa pun untuk mendapatkan maaf darimu.” Kim Seo Hyung mengakhiri ucapannya dengan menundukkan kepala. Ia sungguh sangat malu dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Bukan malu pada Park Ahn Lee dan keluarganya, tetapi malu pada harga diri yang ternodai –untuk ke sekian kalinya. Terdengar kekehan sinis secara serentak mengalun dari mulut Seong Yoora dan juga putrinya, Park Ahn Lee. Sekilas Kim Seo Hyung membuat asumsi jika watak Seong Yoora terpatri dan terwaris seutuhnya pada sang putri. “Kau pikir apa yang bisa kau lakukan, Kim Seo Hyung, berlutut di depan kaki putriku?” Kim Seo Hyung lantas mengangkat pandang. Menatap Seong Yoora dengan wajah kalut. Ia menelan saliva. Tersekat kental dan merasa jantungnya diremas kuat. Apakah semua manusia memang harus berlutut di depan manusia yang memiliki kasta sejengkal di atasnya? Namun, sekali lagi. Kim Seo Hyung hanyalah alat untuk mempersatukan kedua perusahaan, maka ia pun harus mengusahakan yang terbaik sesuai keinginan Kim Seo Dam. Maka dengan yakin, Kim Seo Hyung menyahut, “Ya.” Dengan cepat Seong Yoora memutar wajah dan menandang Kim Seo Hyung dengan mata nyalang. “Ya, Nyonya Park. Aku rela berlutut di depan kedua kaki putrimu supaya ia bisa memaafkanku,” ujar Kim Seo Hyung. Ia memutar wajahnya ke samping dan tanpa ada setitik keraguan, Kim Seo Hyung langsung merebahkan tubuh dan tersungkur dengan kedua lutut yang bersimpuh di lantai. “Nona Park, mohon maafkanlah saya.” Kim Seo Hyung menunduk, tetapi kedua tangannya terangkat memberikan buket mawar merah dan juga kotak beludru. Untuk sekejap, Park Ahn Lee terdiam selain kedua matanya yang terbelalak. Mulutnya menganga dan ia berusaha menyeret pandangannya pada sang ibu. Sejurus kemudian keduanya menyeringai. Park Ahn Lee memindahkan tatapan pada ayahnya dan Park Jang Hae juga tengah menyeringai kini. Menyaksikan bagaimana seorang anggota klan dari Kim kini berlutut di depan putrinya. Tak ada yang lebih membanggakan dari semua itu. Lantas lelaki itu mendongak lalu memberikan isyarat lewat gerakan kepala. Park Ahn Lee mengangguk. “Ehem!” Gadis itu berdehem. Mengirim kode pada Kim Seo Hyung supaya ia bisa mengangkat kepalanya. Ditatap lelaki itu wajah Park Ahn Lee sekali lagi. Ia mengangkat dagunya tinggi dan melipat kedua tangan di depan da’da. Park Ahn Lee seakan tak sudi menatap Kim Seo Hyung sebagai kandidat terkuat menjadi suami masa depan. “Berlutut dengan sebuket mawar merah saja tak cukup, Tuan muda Kim,” kata Ahn Lee. Ia masih mengangkat dagunya. Namun, berusaha menggerakkan bola mata ke bawah. Dengan pandangan sinis ia menatap Kim Seo Hyung lalu berucap, “kau tahu jika pernikahan ini sangat penting untuk kita, tapi kau dengan tega mengatakan ingin membatalkan pernikahan ini. Kau pikir aku tidak punya harga diri, hah?!” Sekali lagi Seo Hyung menelan salivanya. “Untuk itulah aku datang kemari, Nona Park. Aku datang untuk memohon maafmu. Aku bersumpah akan melakukan apa saja demi mendapatkan maaf darimu.” Park Ahn Lee kembali menyeringai. Sekilas matanya melirik sang ayah lalu kembali menatap Kim Seo Hyung. “Kau yakin?!” sinis Ahn Lee dan Kim Seo Hyung mengangguk mantap. “Ya, Nona Park,” jawabnya tanpa ragu. Park Ahn Lee menghela napas lalu mengembuskannya sambil melepaskan kedua tangan yang terlilit di depan da’da. Gadis itu meletakkan tangannya pada kedua sisi tubuh. Ia mencondongkan tubuh lalu memandang Kim Seo Hyung dengan sangat serius. “Baiklah, aku ingin melihat keseriusanmu. Kau bilang rela melakukan apa saja, kan? Kalau begitu aku mau kau memberikanku salah satu propertimu di Gangnam.” DEG Jantung Seo Hyung seperti berhenti berdetak. Manik matanya melebar diikuti gerakan mulut yang terbuka tanpa suara. “Bagaimana? Hem? Buktikan kalau kau benar-benar menginginkan aku menjadi istrimu. Hanya sebuah properti, kurasa itu bukan hal yang sulit dikabulkan. Benarkan Ibu, “ –Park Ahn Lee memandang ibunya kemudian memandang sang ayah – “Ayah?” Jeong Yoora pun bergumam, “Hem. Bahkan itu terlalu murah. Aku yakin para lelaki bahkan rela memberikan hidumpnya untukmu,” ujar Yoora. Sementara Kim Seo Hyung tercengang. Bagaimana mungkin seorang gadis meminta sebuah properti yang nilainya jutaan dolar hanya untuk sebuah permohonan maaf. Demi apa pun, Kim Seo Hyung tak akan rela. Lelaki muda Kim itu terdiam. Membisu dan dilema. ‘Sial!’ desis Seo Hyung di dalam hati. Ia tahu persis jika kini ia telah masuk ke dalam perangkap Park Ahn Lee. Kim Seo Hyung mendelikkan mata. Memandang Park Ahn Lee dengan tatapan membunuh, tetapi gadis itu malah menyeringai. “Bagaimana? Mau maafku, maka syaratnya adalah properti.” Ahn Lee menutup ucapannya dengan seringaian. Gadis itu lalu bangkit dari tempat duduknya. Sementara Kim Seo Hyung menahan emosi yang mulai mengacaukan akal sehatnya. Jantungnya bertalu kencang dan membuat napasnya bergemuruh. Lelaki itu memutar wajah lambat-lambat dan memandang punggung Ahn Lee. “Tunggu!” Seketika langkah Park Ahn Lee terhenti dan ia kembali menyeringai. Gadis itu menoleh. Menatap Kim Seo Hyung dari balik pundaknya. Tampak lelaki itu menghela napas panjang sambil menutup mata. Berusaha menetralkan akal sehatnya dan menerima jika inilah solusi terbaik, lantas Kim Seo Hyung membuka mata lalu mengembuskan napas gusarnya dari mulut. “Baiklah,” ucap lelaki itu. Seketika membuat Park Jang Hae dan istrinya terbelalak. Mereka pun mendongak memandang Ahn Lee. “Aku akan melakukannya.” Lanjut Seo Hyung. Park Ahn Lee menyeringai, ia pun memutar tubuh. Kembali melipat tangan di depan da’da dan berjalan menghampiri Kim Seo Hyung. Ia membungkuk hingga wajahnya tepat berada di depan wajah Seo Hyung. “Oke, segera urus legalnya. Jika semua siap, kita lanjut untuk mencoba gaun pengantin.” Tutup Ahn Lee dengan seringai licik. Ia kembali menegakkan badan. Memutar tubuh dan berjalan sambil melambaikan tangan. “Do it quick, calon suami!” seru gadis itu. Seringaian membingkai wajah cantiknya. Ia puas membuat Kim Seo Hyung tak berkutik. Sementara Seo Hyung masih bersimpuh di atas lantai. Pandangannya berubah kosong dan membiarkan alam bawah sadar untuk merutuki dirinya. ‘Sial, sial, sial!’ ______________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD