Part 5

1464 Words
Jangan berhenti berdoa untuk yang terbaik bagi orang yang kau cintai. -Ali bin Abi Thalib- **** Sebelum sore dan Adam pulang dari kantor, Zafina harus lebih dulu sampai di rumah. Sebab itu dia terus merengek pada Ilyash untuk di antarkan pulang sekarang juga, pasalnya jarum jam sudah menunjuk ke angka empat. "Iya, Ana, iya. Abang anter pulang. Kembalikan posisi bibir kamu, mau nyaingin bebek?" sebal Ilyash pada akhirnya. Lagi-lagi dia harus mengalah dengan wanita itu. "Apa kamu beneran sudah baik-baik aja?" tanyanya sekali lagi untuk benar-benar memastikan keadaannya. Zafina mengangguk yakin seyakin-yakinnya. Dia harus segera pulang, memasak makanan untuk makan malam mereka. Siapa tahu malam ini Adam ada waktu untuk makan malam bersamanya. "Ana baik-baik aja, Bang. Sudah gak terlalu pusing lagi juga." Ilyash menghela napasnya pasrah. Dia akan mengantar Zafina pulang, sebelum wanita itu ngotot pulang seorang diri. Selama di perjalanan, Zafina nampak gelisah. Sebentar lagi jam lima, terlebih lagi sore ini macet. Zafina mendesah, kenapa dia tidak memakai motornya saja tadi. Dengan motor dia bisa mengambil jalan pintas melalui gang kecil. "Motor Ana masih di rumah makan, Bang?" tanya Zafina pada Ilyash. Tadi pagi, untuk menghindari macet yang akan membuatnya tambah pusing, Zafina memilih berangkat menggunakan motor metiknya. Ilyash mengangguk. "Lain kali jangan memakai motor lagi disaat kondisi kamu gak baik kayak gini. Bahaya, Na." "Niatnya cuman mau menghindari macet kayak gini, Bang. Ana juga lebih suka pakai motor dari dulu, lebih praktis dan banyak untungnya." "Selalu aja ngeyel kalau dibilangin yang baik. Ya sudah ... asal selalu mengutamakan keselamatan kamu." Zafina mengangguk, lantas menyunggingkan senyumnya. Wajahnya sudah tak sepucat tadi siang, sudah kelihatan lebih baik. Meski sebenarnya pusing itu masih dia rasakan. Sebelum tidur nanti, Zafina akan meminum obatnya lagi. Setibanya di halaman rumah Zafina, Ilyash langsung pulang--karena hari sudah mulai gelap. Tidak enak dengan suami Zafina. Mungkin di hari libur nanti dia bisa mampir sekaligus berkenalan. "Hari minggu Abang mampir, sekalian berkenalan langsung sama suami kamu," ucap Ilyash sebelum benar-benar melajukan mobilnya. Zafina mengangguk. "Boleh, Bang. Aku tunggu, nanti aku siapin brownis kesukaan Abang." Lantas mengacungkan jempolnya. Ilyash gemas sekali ingin mencubit pipi wanita itu, namun dia urungkan. Tidak enak dilihat satpam. "Abang pulang dulu. Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam. Hati-hati di jalan, ya, Bang." Ketika mobil hitam mewah itu menghilang dari pandangannya, Zafina melangkahkan kaki memasuki rumahnya. "Habis jalan-jalan ke mana? Sampai lupa waktu begini," komentar Adam ketika Zafina datang. Bukannya memberikan salam, malah menghadiahinya kata-kata yang tak enak untuk didengar tersebut. Zafina tidak menanggapinya. Dia mengucapkan salam dan mencium punggung dan telapak tangan Adam seperti biasanya. Dia akan selalu menghormati pria itu. "Habis dari puskesmas, Mas. Kita gak jalan-jalan." "Siapa yang sakit?" "Aku tadi pingsan. Terus dibawa ke puskesmas terdekat sama Bang Ayash." Adam tak terlalu menunjukkan ekspresinya, padahal sebenarnya amat terkejut. "Sudah nebus resep obatnya?" tanyanya kemudian. Entah kenapa Adam benar-benar merasa khawatir dengan keadaan wanita itu. Dalam hati, Zafina bersorak gembira dengan perhatian kecil itu. "Iya, sudah, Mas. Hem ... Mas malam ini ada di rumah atau keluar lagi?" "Saya tidak ke mana-mana. Kenapa?" "Mau aku masakin apa buat makan malam nanti?" "Saya tadi beli cumi, kamu tumis pedas manis aja, ya. Saya lagi pengen makan cumi." Zafina mengangguk dengan menyunggingkan senyum. Ternyata Rayhan dan Adam sama-sama penyuka cumi. Oke, Zafina akan mengingat dengan betul makanan kesukaan pria itu. "Mas Adam sudah mandi?" Adam mengangguk. "Maafin aku yang pulangnya telat, ya, Mas. Jadi gak sempat nyiapin air dan pakaian buat kamu." Adam mengangguk lagi. "Tidak pa-pa. Buatkan saya teh seperti sore kemarin. Manisnya yang kayak kemarin juga, pas, saya suka." Bolehkah Zafina berteriak sekarang juga? Dia benar-benar senang. Ini obrolan terpanjang mereka setelah menikah. "Iya, Mas, aku buatkan sebentar." Lantas beranjak menuju dapur. Tidak seberapa lama, Zafina kembali dengan secangkir teh buatannya. "Kamu tidak perlu memasak banyak, saya tahu kamu lagi kurang sehat. Masak cumi saja sudah cukup." Zafina mengangguk. "Iya, Mas, makasih atas perhatiannya. Aku ke kamar dulu, mau bersih-bersih baru setelah itu masak." Adam mengangguk. "Air buat kamu mandi sudah saya siapin. Tinggal dipakai saja." Zafina terkejut bukan main. Apakah Adam sudah mulai menerimanya sebagai seorang istri? Ya Allah ... terimakasih banyak. "Terimakasih banyak, Mas, aku ke atas dulu." **** Adam menopang dagu seraya memperhatikan setiap gerakan Zafina--memasak cumi untuk makan malam mereka yang pertama. Pria itu tengah duduk di kursi bar dapur, sesekali menyerong ke kiri dan kenanan kursinya, namun tidak mengalihkan pandangannya pada wanita itu. Adam akui, Zafina tak kalah cantik daripada Relin. Bahkan mungkin ... lebih cantik, manis, dan kalem wajahnya. Seperti mempunyai daya tarik tersendiri. Jujur saja, Adam sempat tertarik dengan Zafina--sebelum akhirnya menyadarkan diri bahwa hatinya sudah mempunyai penduduk tetap, yaitu Relin. Melihat kedekatan Zafina dengan pria bernama Ilyash membuatnya merasa tidak nyaman. Entah tidak nyamannya itu dalam artian apa. Yang pasti, Adam tidak rela membagi apasaja yang sudah menjadi miliknya kepada orang lain. Sebut saja dia egois, memang benar. Cumi sudah Zafina sajikan dalam sebuah bangkuk berukuran sedang. Kemudian membawanya ke atas meja makan. Malam ini Zafina juga membuat ayam tepung krispi, ayam kesukaannya. "Mas adam beneran mau makan cumi ini aja? Gak mau yang lain? Kalau mau yang lain, biar aku masakin lagi. Kebetulan tadi aku juga bersihin udang, tinggal dimasak aja," tawar Zafina lemah lembut ala dirinya. Begitulah Zafina sebenarnya, seorang wanita yang penuh dengan kelembutan--di balik sikap bar-barnya ketika bersama dengan Adela. Masya Allah. Adam menyunggingkan senyum. Nampak begitu manis. Zafina akan merekam senyum itu dalam ingatannya. Sejarah sekali, malam ini Adam tersenyum padanya. "Enggak. Udah ini aja, cukup. Ayo kita makan sekarang aja, aku sudah lapar. Cumi sama ayam tepungnya kelihatan enak banget," ucapnya antusias. Zafina ikut senang mendengarnya. Zafina mengambilkan nasi, cumi, dan ayam tepung untuk Adam. Kemudian baru mengisi piringnya dengan isi yang sama. "Selamat makan, Mas," ucap Zafina setelah keduanya berdoa masing-masing dalam hati. "Hem ... selamat makan." Adam menyuap nasi dan cuminya. Matanya seketika berbinar. "Wah ... enak banget. Mungkin ini adalah cumi paling enak yang pernah saya makan!" ujarnya dengan kembali menyuap nasi dan cuminya. Pria itu makan dengan begitu lahap, membuat hati Zafina berbunga-bunga. "Alhamdulillah kalau Mas Adam suka, nanti aku masakin lagi." Adam mengangguk semangat. Tentu saja dia akan meminta Zafina memasakkannya lagi. Ini enak sekali. Zafina bersyukur karena malam ini dia telah berhasil membuat Adam senang atas masakannya. Zafina berdoa dalam hati, semoga Allah selalu menjaga dan melindungi rumah tangga mereka hingga selalu berbahagia. Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Siapakah wanita yang paling baik?" Jawab beliau, "Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci." (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251.). Mereka makan dalam diam, tidak saling mengobrol hingga makanan mereka habis tak bersisa. Zafina terkekeh ketika melihat Adam menghabiskan semua cumi masakannya tadi. Sampai pada bawang dan kuahnya dimakan oleh pria itu. "Enak banget, Mas? Sampai habis, aku jadi seneng." Adam mengangguk. Dia menjilati setiap jarinya seperti mana Rasulullah ketika sehabis makan. "Jangan lupa berdoa setelah makannya, Mas." Zafina mengingatkan sang suami tersebut agar tak kelupaan. Dari Abu Umamah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika selesai dari makan, sekali waktu dengan lafadz, 'jika mengangkat lambungnya, beliau mengucapkan: "Alhamdulillahiladzii kafaanaa wa arwaanaa ghaira makfiyin wa laa makfuurin (Segala puji hanya milik Allah yang telah memberi kecukupan kami dan menghilangkan rasa haus, bukan nikmat yang tidak dianggap atau dikufuri), dilain waktu dengan lafadz, 'Alhamdulillahi rabbinaa ghaira makfiyin wa laa muwadda'in wa laa mustaghnan rabbanaa (Segala puji hanya milik Allah Rabb kami, bukan pujian yang tidak dianggap dan tidak dibutuhkan oleh tuhan)." (HR. Al-Bukhari No. 5038) Tetapi ada juga hadits yang ada di dalam riwayat Abu Dawud, al-Tirmidzi dan Ibn Majah dari Abu Said al-Khudri diterangkan bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila selesai makan beliau membaca; "Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makan dan minum kepada kami dan menjadikan kami sbagai kaum muslimin." Sementara Zafina mencuci piring kotornya, Adam memilih duduk di ruang tengah sambil menyalakan televisi untuk melihat dan mendengar berita terkini. Sesekali Adam melirik ke arah dapur, sang istri terlihat sedang membersihkan meja makan. Wanita itu begitu rajin, jauh sekali berbeda dengan seorang Relin yang selalu membutuhkan asisten rumah tangga untuk mengurus segala keperluannya. "Mas Adam mau nyemil?" tawar Zafina setelah menyelesaikan beres-beresnya di dapur. Adam diam memperhatikan Zafina, sebelum akhirnya menggeleng pelan. "Kamu duduk aja, jangan terlalu banyak melakukan pekerjaan rumah. Kamu belum sehat betul. Sudah minum obat?" Zafina menggeleng. "Nanti sebelum tidur, Mas." Adam mengangguk saja mengiyakannya. "Apa kamu gak kepikiran buat nyari asisten rumah tangga untuk bantu-bantu di rumah?" "Enggak dulu deh, Mas, kayaknya. Aku masih bisa mengurus semuanya." "Baiklah. Senyamannya kamu aja." Zafina menyunggingkan senyumnya, yang dibalas senyum kecil oleh Adam. "Apa saya tega membuat senyum semanis itu menjadi sebuah tangisan?" tanya Adam dalam hati. Dia sudah melakukan apa yang Relin pinta, membuat Zafina nyaman dengan dirinya. **** TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA CERITA ADAM DAN ZAFINA:)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD