Chapter 27

1324 Words
(Perhatian, bab ini mengandung adegan dewasa dan kekerasan, harap pembaca bijak dalam memilih bacaan, terima kasih. Ttd Jimmywall.) "Kau!" Aini menunjuk marah ke arah Shen Mujin. "Kau membiusku!" Mata Aini menatap nyalang ke arah Shen Mujin. Suara Aini menggelegar penuh di seisi ruang kamar itu. Tatapan Shen Mujin menjadi serius. Dia melihat jari telunjuk Aini lalu menarik tangan kanan yang Aini gunakan untuk menunjuk marah ke arahnya. Satu detik kemudian Aini telah mendarat di atas ranjang empuk. Shen Mujin telah berada di atas Aini. "Ya, aku membiusmu." Secara gamblang Shen Mujin mengakui perbuatannya. Dia tak menutupi atau menyangkal apa yang telah dia buat. "b******n!" tak pernah kata makian ini keluar dari mulut Aini. Semarah dan sejengkelnya dia dengan orang, tak pernah dia maki dengan kasar. Sebagai orang yang berhati lembut dan perhatian pada orang lain, dia tak pernah mengeluarkan kata makian kasar untuk untuk orang lain. Baru Shen Mujin. Ya, Shen Mujin adalah orang pertama yang dia maki secara gamblang dengan nada marah. "Apa yang kau katakan?" kening Shen Mujin berkerut, dia tak mengerti apa yang Aini katakan. Bahasa Indonesia nya kurang. "Bastard!"  Mata Shen Mujin menyipit. Dia hendak mengangkat tubuh Aini ke atas bantal namun Aini melawan, gadis itu tak tinggal diam. Bugh Pukulan Aini tepat di rahang Shen Mujin. Aini menendang perut berotot Shen Mujin. Dengan cepat Aini meraih selimut agar dia tak bugil. Aini terlihat mengambil jarak dari Shen Mujin. Dia sangat marah, kali ini sangat kalap. Shen Mujin menyentuh rahang yang dipukul oleh Aini. Cukup kuat, kesemutan.  Ketika dia menyentuh sudut kiri bibirnya, ada sedikit darah. Ah, rupanya sudut bibirnya berdarah. Pukulan Aini tak main - main. Sepertinya pagi ini dia akan menerima imbalan atas apa yang dia lakukan tadi malam pada Aini. Nasi sudah menjadi bubur, dia tak dapat memutar waktu untuk kembali seperti tadi malam. Dia sudah melakukanya, waktu tak dapat diputar kembali.  "Shen Mujin! Kamu benar - benar pria menjijikan! Kau lakukan ini padaku! Beraninya!"  Manik hitam pekat Shen Muji beradu tatapan dengan manik amber milik Aini. Satu menatap penuh diam dan satu menatap penuh amarah. Shen Mujin mendekat, namun Aini mundur. "Kubunuh kau jika kau mendekat!" emosi Aini sudah sampai di ubun - ubun, tidak stabil. Dia tak dapat mengontrol emosinya lagi. Shen Mujin menulikan pendengaran nya. Tanpa busana tubuh berotot pria 30 tahun itu mendekat meraih tubuh Aini. Seakan Shen Mujin sudah tak punya malu lagi. "Biadap!" marah Aini dalam bahasa Indonesia. Brak "Ah!" Shen Mujin merasa sakit.   Rupanya kepala pria itu baru saja dihantam oleh Aini dengan gelas anggur merah. Cairan wine bercucuran dari kepala turun ke arah leher menuruni tubuhnya, d**a berotot, perut berotot dan ....  Aini tak segan - segan menghantam kepala Shen Mujin. "Sudah aku bilang, aku bunuh kau jika mendekat ke sini-akh! Lepaskan!" Aini berteriak. Tubuhnya diangkat paksa oleh Shen Mujin. Aini bukan gadis bodoh yang akan mengikuti begitu saja kemauan Shen Mujin. Jangan kira karena dia perempuan, dia tak kuat. Bugh Bagh Aini memukul pelipis Shen Mujin lalu dia menendang meja tempat dia meraih gelas wine. Tubuh Aini jatuh ke atas Shen Mujin, tanpa ampun pukulan Aini menghantam hidung, pelipis, leher, dagu, rahang Shen Mujin hingga berdarah. "Kurang ajar! Kurang ajar! Kau b******n!" Pukulan Aini tak berhenti, Shen Mujin tak membalas atau menghentikan pukulan Aini. Aini meluapkan kemarahannya atas apa yang dilakukan oleh Shen Mujin pada dirinya. "Kau b******n! Kurang ajar! Biadap! Menjijikan!" Aini sudah tak kuat menahan diri untuk membunuh Shen Mujin. "Kau b******n Shen Mujin!" Plak Tak kuat lagi memukul Shen Mujin dengan kepalannya, Aini tak hilang akal, dia menampar wajah Shen Mujin yang sekarang tak dapat dikenali lagi. "Aaaaaahhhkkk! Hiks! Hiks! Hiks!" Aini histeris di atas tubuh Shen Mujin. Wajah Shen Mujin penuh dengan darah. Namun, hal itu tak bisa menembus kemarahannya. "Aaahh! Hiks! Hiks! Hiks! Hiks!" Aini menangis histeris. Tangannya penuh darah dari wajah Shen Mujin. Shen Mujin hanya diam melihat kemarahan yang dikeluarkan oleh Aini. Dia tahu, dia telah membuat salah. Kesalahan besar yang telah dia perbuat. Namun, sejujurnya Shen Mujin tak dapat mengontrol dirinya. Ada api membakar dadanya ketika dia melihat video Aini dan Ahmad di dalam tenda koki relawan. Ego laki - lakinya berteriak seakan dia kalah dari koki rendahan yang memasakan Aini makanan. Senyum dan tawa lepas Aini dengan Ahmad mengundang bencana bagi Aini. Aini tak pernah mengira bahwa, sepiring nasi daging yang dimasak oleh koki yang bernama Ahmad itu akan membawa bencana dan merengut masa depannya. Jika Aini tahu, dia memilih tak akan makan malam, malam itu. Video itu memicu api cemburu Shen Mujin yang sudah satu bulan tak bertemu dengan Aini. "Aaahh!" Buk Buk Buk Aini memukul - mukul d**a berotot Shen Mujin. Rusak, kini dirinya telah rusak! Aini kesal, dia marah. Sangat marah. Diri yang dia jaga kini hilang begitu saja. "Aku bunuh kau Shen Mujin! Aku bunuh kau!" kalimat itu dia ulang terus.  Kalap, Aini telah kalap, dia meraih pecahan kaca gelas dan hendak menu suka pecahan gelas itu ke arah leher Shen Mujin. Namun, ketika melihat wajah penuh darah Shen Mujin, hati Aini goyah, wajah penuh darah itu mengingatkan dia mengenai korban perang yang dia rawati di kota Idlib. Wajah dan tubuh penuh dengan darah. Sret Aini membuang pecahan gelas kaca itu ke sembarang arah. "Aaaaa!" Shen Mujin tak bergerak, dia hanya terlentang melihat Aini memukulnya. Memang wajahnya terasa sakit, namun tubuh berotot kuatnya dapat menahan serangan Aini. Shen Mujin sangat beruntung, dia berurusan dengan Aini bukan dengan kakak ipar Aini – Lia. Mungkin saja Shen Mujin langsung mati seketika jika berurusan dengan Lia. Hati Aini tidak bisa menerima dirinya yang sekarang. Apa yang harus dia lakukan? Bagaimana ini? Apa yang harus dia katakan pada keluarganya? Apa yang harus dia katakan pada ayah, ibu dan sang kakek? Katakan pada mereka bahwa dia telah ditiduri oleh seorang pria? Kemarin dia sangat senang. Sangat senang. Senang karena dia berpikir ke Beijing untuk mendapatkan kembali barang - barang nya yang telah di ambil oleh Shen Mujin. Dia bahwa menikmati perjalanan dengan tidur mimpi indah bahwa dia sebentar lagi akan pulang ke rumah. Aini menangis histeris, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, tak dia pedulikan darah dari Shen Mujin bermigrasi ke wajahnya. "Aaa! Kenapa kau lakukan ini! Kenapa kau lakukan ini Shen Mujin?!" napas Aini tak beraturan, dia sesenggukan. Napasnya tersendat - sendat karena isak tangis. Sekarang Aini merasa menyesal. Sangat menyesal. Kenapa dia menerima ajakan kerja sama untuk menjadi relawan di bawah perusahaan Shen. Ini bencana. Bencana bagi dia. Umurnya baru dua puluh tahun, namun dirinya telah rusak. Rasa sakit di segitiga bermuda nya tak lebih sakit dari hatinya saat ini. Rasa sakit hati dan menyesal. Aini tak tahu bahwa Shen Mujin akan nekat melakukan hal gila.  "Tidak …," suara serak Aini terdengar. Dia sudah cukup lama teridak tanpa bergerak. Hanya menutup wajah dengan kedua telapak tangan. "Ya Allah … Tuhanku … kenapa ini terjadi padaku? Musibah apa ini? Musibah apa ini." "Apa yang telah aku lakukan sebelumnya? Apa salahku? Di mana dosaku?" Aini merintih mengingat kesalahan apa yang pernah dia buat sebelumnya. Kesalahan apa? Apakah karena di selalu membuat resah dan khawatir orang tuanya yang selalu memintanya untuk pulang? Apakah dia selalu menunda - nunda kepulangannya ke rumah? Apakah dia telah menyakiti hati kedua orang tuanya? Ya, mungkin itu jawabannya. Mungkin karena dia tidak mendengar rasa rindu dari orang tuanya untuk menyerukan akan kepulangannya ke rumah. Makanya Tuhan memberi dia musibah ini. "Haaaa! Hiks! Hiks! Hiks!" Aini histeris lagi ketika mengingat selama dua tahun lebih dia pergi dari rumah, baru sekali saja dia pulang, dari dua tahun lebih dia jauh dari rumah, sudah berpuluh - puluh kali orang tuanya meminta, membujuknya untuk pulang. Wajah Shen Mujin tak dapat dikenali lagi, darah yang keluar dari hidung dan sudut bibir yang berdarah telah mengering. Melihat wajah frustasi dari Aini membuat raut wajah Shen Mujin melembut sayang. Dia memang tak dapat memahami apa yang dikatakan oleh gadis yang terisak di atas tubuhnya, namun Shen Mujin dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Aini. "Jià gěi wǒ ba." (*Menikahlah dengan ku.) °°°
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD