Chapter 28

1181 Words
"Jià gěi wǒ ba." (*Menikahlah dengan ku.) Ruang itu sunyi seketika. Aini berhenti terisak. Kalimat yang diutarakan oleh Shen Mujin dalam bahasa Mandarin itu dia paham betul arti dan maknanya. 'Menikahlah denganku'. Siapa yang tidak tahu makna di balik kalimat itu. Lamaran. Tapi …. Lamaran apa ini? Lamaran penuh bencana. Telapak tangan Aini diturunkan dari menutup wajahnya. Dia menatap ke arah Shen Mujin. Mata dua insan itu saling beradu tatap. "Tidak." Shen Mujin terperangah dengan jawaban dari Aini. Dia ditolak. Ya, ditolak. Proposal lamaran nya ditolak oleh Aini. Aini meraih selimut lalu menutup tubuhnya yang polos. Dia tak melihat ke arah Shen Mujin yang juga sama polosnya dengan dia. Dia baru saja diperkaos oleh pria ini. Enak saja meminta untuk menikah? Tidak akan! Banyak alasan dia tak bisa menikah dengan pria ini. Satu alasan saja sudah cukup untuk menolak lamaran bencana ini. Shen Mujin bangkit, dia menatap serius ke arah Aini. "Kau menolak ku?" "Ya." Tanpa basa - basi Aini mengiyakan penolakannya. "Kenapa?" Shen Mujin sangat ingin tahu alasan Aini menolaknya. "Karena kamu tidak pantas untuk menjadi suamiku." Sisa rasa hormat pada Shen Mujin telah hilang. "Apa yang kurang dari diriku?" Shen Mujin menuntut. "Yang kurang dari dirimu adalah moral," jawab Aini tegas. Aini berjalan memungut pakaiannya yang ternyata telah robek. Dirobek - robek oleh pria yang sekarang tidak dia sukai. Shen Mujin terdiam. Jika Aini adalah gadis biasa, tanpa pertimbangan dia pasti akan menerima lamaran nya, bahkan dengan rela dia mau diperkaos oleh Shen Mujin. Namun sayang sekali, Aini bukanlah gadis biasa, dia adalah gadis luar biasa. Aini memakai saja pakaian yang robek itu, tak apa, yang penting ada pakaian untuk menutupi dirinya daripada dia telanjang. "Apa kau membenciku?" suara Shen Mujin terdengar setelah beberapa lama Shen Mujin berpikir mengenai jawaban Aini padanya. "Ya." Jawaban yang singkat tanpa basa - basi. Tak perlu Shen Mujin tanya apa alasan Aini membencinya, dia sendiri sudah tahu. "Aini-" "Jangan sebut namaku," potong Aini datar. Dia susah - susah menguasai kembali emosinya. Jangan sampai luapan emosi membludak karena mendengar suara menjengkelkan Shen Mujin. "Duìbùqǐ." (*Maaf.) Sunyi. Setelah satu kata itu keluar dari mulut Shen Mujin, kamar itu sunyi. Aini telah selesai memakai pakaiannya yang robek. Penampilannya saat ini memang benar seperti orang yang baru saja dilecehkan. Baju robek, tangan dan wajah penuh darah, mata bengkak dan hidung memerah. Ini memang benar ciri - ciri orang yang baru saja diperkaos. Diperkaos bukan dipakai. "Tidak ada maaf untukmu." Suara dingin Aini terdengar datar. Aini hendak melangkah, namun ucapan Shen Mujin menghentikannya. "Apakah karena aku hanya kurang moral?" "Kau kurang segalanya," ujar Aini. "Ini … apakah kamu semarah ini hanya karena kita berbagi malam bersama?" (Jimmy's note: Shen Mujin o'on! Pengen aku banting sambil injak - injak kepala pe'a nya si Shen Mujin ini. Kesel! Kesel! Kesel! Dikira Aini barang berbagi. Heum!) Aini diam, dia tersenyum sinis. "Selain kurang moral, Anda juga juga kurang akhlak." (Jimmy's note: yang ini benar. Kurang akhlak.) Shen Mujin terdiam, dia tidak begitu mengerti apa arti 'akhlak' yang diucapkan oleh Aini. Memang benar apa yang dikatakan oleh Aini. Selain kurang moral, Shen Mujin juga kurang akhlak. Pria itu bahkan sampai sekarang berdiri di belakang Aini tanpa mempedulikan bahwa dia memakai pakaian atau tidak. "Aini, saya serius ingin menikah denganmu," ujar Shen Mujin. "Saya juga serius tidak ingin menikah dengan Anda, tuan Shen," balas Aini. "Saya tertarik denganmu." "Dan saya tidak tertarik dengan Anda," balas Aini. "Aku ingin alasan yang jelas mengenai penolakanmu padaku." Shen Mujin meminta. "Tindakan Anda yang sekarang ini adalah alasan yang jelas saya menolak Anda." Apakah pria yang bernama Shen Mujin ini gila? Dia menanyakan alasan yang jelas Aini menolaknya. Mungkin Shen Mujin mengalami bipolar atau kepribadian ganda. Dia baru saja melakukan hal yang jelas - jelas menyentuh batas kesabaran dari setiap perempuan. Lalu dia mempertanyakan alasan yang jelas? Aini tidak habis pikir dengan apa yang ada di kepala Shen Mujin ini. "Hanya perlu menikah denganku." "Tidak semudah itu menikah dengan Anda dapat menyelesaikan masalah." Benar apa yang dikatakan oleh Aini, tidak semudah itu menikah dengan Shen Mujin dapat menyelesaikan masalah. Aini tak mempedulikan Shen Mujin, yang ada di kepalanya sekarang adalah pergi dari tempat terkutuk ini. Persetan dengan barang - barangnya, dia tak mempedulikan lagi barang - barang itu. Karena barang - barang itupun dia terjebak di dalam kamar ini. Ini Beijing, dia bisa dengan mudah menghubungi orang - orang Basri. Nanti akan dia pikirkan bagaimana cara menjelaskan apa yang terjadi padanya hari ini. Pasti keluarganya sedang menunggunya pulang. Dengan tertatih Aini berjalan ke arah pintu, selimut yang menutup dirinya tadi dia lepaskan. "Saya belum selesai berbicara dengamu." Suara Shen Mujin terdengar. Aini berhenti sejenak untuk melangkah maju. "Saya tidak ingin berbicara dengan Anda," balas Aini dengan nada menusuk. "Tidak bisa menikah denganku?" "Ya, tidak bisa sama sekali." Jawab Aini. "Aini-" "Heum!" Aini tertawa sinis penuh ironi, "Mustahil saya menikah dengan Anda." Wajah Shen Mujin terlihat datar. Penolakan Aini cukup membuat harga dirinya sebagai lelaki merasa direndahkan. (Jimmy's note: direndahkan palamu. Pengen cekik Shen Mujin.) Egonya menolak keras ketika Aini menolaknya mentah - mentah. Seumur hidupnya, dia – Shen Mujin tak pernah ditolak oleh siapapun. Baru Aini. Aini adalah orang pertama yang menolaknya. "Kenapa harus mustahil?" "Anda adalah manusia tidak tahu malu." "Nona Aini, selain tindakanmu yang keras, mulutmu juga keras," balas Shen Mujin. "Dengar Tuan Shen, bos besar Shen Group, perusahaan raksasa nomor satu di China daratan, dengar ini baik - baik, saya Aini Anggita Basri tidak akan menikah denganmu, menikah dengan laki - laki tak tahu malu seperti Anda." Kalimat yang menusuk jantung Shen Mujin sebagai laki - laki. Harga diri dan egonya kali ini berada di bawah telapak kaki Aini. Shen Mujin sekarang tahu, dia sadar. Sadar bahwa gadis yang telah dia tiduri secara sepihak, gadis yang berdiri di depannya ini benar - benar tak ingin menikah dengan dia. Ada rasa marah pada diri Shen Mujin. "Kau sudah tidur denganku." "Kuanggap mimpi buruk," balas Aini. "Heum," Shen Mujin tersenyum sinis, "benarkah?" "Aku anggap ini mimpi buruk. Aku tidak ingat telah melakukan sesuatu dengan Anda tadi malam." Senyum sinis Shen Mujin pudar. Gadis ini benar - benar keras kepala. Dia ingin lihat sampai di mana dia akan menolak dirinya. Aini melanjutkan langkah kaki, dia membuka pintu dua daun itu. Langkah kaki Aini berjalan keluar dari pembatas pintu kamar. Arsitektur yang elegan dan mewah, gaya klasik yang mengunggah selera untuk berlama - lama menetap di dalam rumah itu, namun sayang mau seindah dan sebagus atau se-elegan apapun gaya arsitekturnya, itu tidak akan mempan pada Aini. Shen Mujin meraih selimut yang tadi dipakai oleh Aini, dia menutup daerah segitiga miliknya, pria 30 tahun itu melangkah maju keluar kamar mewah penuh kenangan sepihak dari Shen Mujin mengikuti arah langkah kaki Aini. Aini melihat ke arah kaca, dinding kaca ini sangat besar, ini adalah gaya klasik dipadukan dengan gaya sentuhan moderen. Keningnya mengerut mengeriting bagai mie goreng ketika dia melihat sekelilingnya. Sepi. Tak ada bangunan apapun di setiap pandangan yang dia lihat. Tak ada suara apapun, polusi tak ada, tanda kehidupan manusia pun tak ada. Hutan? Aini tersadar, dia menoleh ke arah Shen Mujin yang berdiri berjarak dua meter dari belakangnya. "Selain membiusku, kamu juga menculikku." Senyum iblis miring tercetak jelas di sudut bibir Shen Mujin. "Ya." °°°
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD