11 - Sombong

1287 Words
*Tapp…!!! *Tappp…!!! *Tapp…!!! Dengan langkah yang menjadi cukup lambat dari sebelumnya karena harus kerap kali berhenti untuk menunggu Xiao Hai dan dua orang kawannya yang tersisa, Xiao Cang melanjutkan untuk melakukan eksplorasi. Memasuki semakin dalam wilayah perbatasan hutan belakang kastil. "Tolong jangan paksakan diri! Cukup kembali saja! Aku bisa melakukan ini seorang diri!" Ucap Xiao Cang. "Nona muda! Bagaimana aku bisa melakukannya? Aku tak jelas tak akan membiarkan kau melakukan perjalanan eksplorasi berbahaya ini seorang diri!" Jawab Xiao Hai. Sebenarnya, Xiao Hai sendiri memang ingin menyerah dan tak meneruskan perjalanan. Hanya saja, ia menyadari bahwa telah terlanjur mengikuti Xiao Cang cukup jauh kedalam wilayah perbatasan hutan. Anak ini tak punya cukup nyali untuk menempuh perjalanan kembali hanya dengan 2 orang kawannya. Bagaimanapun juga, Xiao Cang adalah yang terkuat diantara mereka.  Jika sampai di perjalanan kembali mereka secara tak sengaja berpapasan dengan Spirit Beast, meskipun memang kemungkinannya kecil, tetap itu adalah hal yang menakutkan. Peluang terbaik adalah dengan bertahan terus mengikuti Xiao Cang. Kemudian nanti kembali turun bersama-sama. Dihadapan Xiao Cang, Xiao Hai saat ini hanya berusaha untuk tetap terlihat percaya diri dan berani. Hal yang hampir sama, dimana kini dipikirkan oleh anak tersebut, juga ada dalam benak dua orang kawannya. Dimana sudah mulai merasa benar-benar menyesal telah bersikap sok pemberani mengikuti Xiao Cang lebih jauh. "Baiklah kalau kalian masih ingin tetap ikut!" Ucap Xiao Cang. "Sebelum melanjutkan perjalanan, kita akan beristirahat dulu barang sejenak di lokasi ini!" Ucap Xiao Cang, memutuskan untuk memberi waktu istirahat pada Xiao Hai dan dua kawannya. Xiao Cang melanjutkan dengan mulai melihat sekeliling, sebelum merasa menemukan lokasi tepat untuk beristirahat. Sebuah tebing yang berada tak jauh dari rute perjalanan dalam peta. Dipimpin oleh Xiao Cang, tiga anak lain mengikuti di belakang. "Lokasi yang cukup nyaman! Kita bisa menggunakan tebing untuk mengindari terik! Bersandar meregangkan kaki sementara waktu!" Ucap Xiao Hai. Berusaha menarik perhatian Xiao Cang dengan memuji lokasi pilihan gadis tersebut. Mendengar kata-kata pujian Xiao Hai, Xiao Cang hanya membalas dengan anggukan singkat. Seraya kemudian mengambil salah satu sudut sisi tebing untuk bersandar. Duduk bersila. Dalam situasi duduk bersila, Xiao Cang mengeluarkan sesuatu seperti botol obat terbuat dari giok dari dalam saku lengan bajunya. Menelan sebutir pill obat yang tersimpan di dalam botol giok tersebut. Pill obat yang ia telan, tak lain adalah satu dari beberapa sumberdaya berharga dimana menjadi jatah harian Xiao Cang dari ayahnya. Foundation Pill, berguna untuk merawat Ranah Jiwa dan Garis Meridian. Sekaligus memulihkan kondisi tubuh fisik dalam proses perawatan. Yang sedang dilakukan oleh Xiao Cang, segera diikuti oleh tiga anak lain. Xiao Hai dan dua kawannya, juga mengeluarkan Foundation Pill. Menelan untuk memulihkan tubuh fisik masing-masing yang telah letih. ****  (Lokasi persembunyian Tiankong) "Sungguh payah! Hanya sedikit berjalan sudah kelelahan!" Gumam Tiankong. Menatap remeh Kelompok Xiao Cang dari balik sulur-sulur tanaman rambat deretan pepohonan tak jauh dari lokasi tebing tempat Kelompok Xiao Cang beristirahat. "Tidakkah pernah terlintas dalam benakmu bahwa kau itu terlalu sombong?" Ucap Xiao Dong. Tepat setelah mendengar komentar Tiankong. "Jelas sekali setiap anak memiliki kualitas bawaan garis Meridian yang berbeda-beda! Meskipun memang bisa dikembangkan dengan suplai sumberdaya perawatan, tetap akan terjadi jarak antara yang memiliki bawaan garis Meridian bagus, dengan yang biasa saja!" Lanjut Xiao Dong. "Kualitas tubuh fisik setiap anak, berbeda-beda!" Tutup Xiao Dong. Kalimat yang segera disambut oleh tatapan remeh cenderung merendahkan dari Tiankong. "Jadi, apakah aku akan disebut sombong hanya karena menyampaikan fakta perbedaan kualitas tubuh fisik dengan anak-anak lain?" Tanya Tiankong. "Jika ada yang mengatai aku sombong, maka mereka secara tak langsung juga mengatai langit! Bagaimanapun juga, bakat bawaanku ini merupakan pemberian langit!" Lanjut Tiankong. Semakin sombong raut wajahnya. "Aku hanya sekedar manusia yang terlahir bersama berkah langit! Ditopang juga langit memberi tambahan anugerah dengan menempatkan aku sebagai anak seorang Patriarch! Memperoleh sumberdaya lebih berkualitas dan juga lebih banyak dari anak-anak lain!" "Jadi, itu adalah fakta nyata! Jika masih disebut merupakan kesombongan, maka aku cukup berterima kasih kepada langit yang mengajarkan aku untuk bersikap sombong!" "Cukup sesederhana itu! Aku tak peduli dengan anggapan anak-anak lain!" Tutup Tiankong. Kata-kata penuh kesombongan yang diucapkan oleh Tiankong, segera disambut oleh tatapan kosong Xiao Dong. Selama ia mengikuti kelas generasi berbakat, dimana berisi para anak-anak berwatak egois, jika dibandingkan dengan Tiankong, kelas kesombongan anak-anak tersebut, jelas berada di level yang jauh berbeda. Hanya saja, meskipun Xiao Dong memang merasa Tiankong adalah anak yang sungguh sombong, kerap kali secara alami tanpa pikir panjang melontarkan kalimat-kalimat penuh kesombongan, namun entah kenapa ia tak pernah merasa terintimidasi atau direndahkan oleh kalimat-kalimat Tuan Muda-nya tersebut. Kesombongan Tiankong dimata Xiao Dong, seperti memiliki aura lain. Itu penuh d******i nyata. Membuat ia ataupun setiap orang, akan sulit untuk bertahan menatap terlalu lama mata Tiankong yang penuh ketajaman. "Hei Tuan muda, kau sebaiknya lebih sering bersikap layaknya anak seusiamu! Berada dekat denganmu, itu seperti aku sedang bersama orang yang lebih tua!" Gumam Xiao Dong pada akhirnya. Setelah diam menatap Tiankong dengan pandangan kosong beberapa saat. Mendengar kata-kata Xiao Dong, Tiankong tampak akan menanggapi. Sampai tiba-tiba, ia harus menelan lagi semua kalimat yang akan ia ucapkan saat sorot matanya, menangkap sesuatu, lebih tepatnya sesosok makhluk sedang berdiri pada puncak tebing. Lokasi dimana Kelompok Xiao Cang sedang mengambil waktu istirahat. "Seekor Spirit Beast!" Gumam Xiao Dong. Dengan nada dan raut wajah bergetar saat ikut mengarahkan tatapan pada lokasi yang sedang di pandang Tiankong. "Ini buruk! Itu adalah Macan Kumbang Api! Salah satu Spirit Beast yang tinggal di wilayah bagian dalam perbatasan hutan ini!" Gumam Tiankong. Memasang raut wajah buruk. Tiankong segera menyadari jenis dari Spirit Beast yang ada di puncak bukit, karena ia sempat menghabiskan waktu luang untuk membaca serta menghafal penuh sebuah buku katalog khusus tentang jenis-jenis Spirit Beast yang tinggal di wilayah gunung belakang kastil utama klannya tersebut. Ia merasa perlu untuk menghafalkan agar suatu saat ketika harus memilih, sudah tahu jenis mana satu dari kumpulan Spirit Beast yang tersedia di hutan belakang rumah untuk di serap Kristal Beast-nya. "Jadi bagaimana? Spirit Beast adalah satu hal yang jelas tak akan bisa kita hadapi saat ini! Harus benar-benar dihindari!" Ucap Xiao Dong. Seraya perlahan berjalan mundur. "Kita harus bergegas menuju pos penjagaan pintu masuk hutan! Mengabarkan situasi berbahaya ini pada anggota penjaga!" Lanjut Xiao Dong. Sudah mulai bergerak. "Itu tak akan sempat!" Balas Tiankong. Seraya justru mulai mengambil arah berlawanan dari Xiao Dong. Bergerak kedepan. "Hei…! Apa yang kau lakukan! Jangan sembrono!" Seru Xiao Dong. Kini menjadi bingung harus mengambil langkah apa. Menjalankan rencana awal untuk bergegas menuju pos penjagaan, atau mengikuti Tiankong. "Seperti apapun hubungan antara aku dan Xiao Cang, dia tetap adalah sepupuku! Aku jelas tak akan hanya diam saja! Ia perlu diperingatkan!" Balas Tiankong. Mempercepat laju terjangannya. Hanya saja… "Awas…!!" Seru Xiao Dong keras. *Baaammmm…!!! *Slaaaassshhh…!! Bersama seruan keras Xiao Dong, sesosok Macan Kumbang Api, bergerak menerobos dari salah satu sudut rerimbunan pohon. Tanpa peringatan menghujamkan tubuh keras pada punggung Tiankong. Tak hanya itu saja, makhluk tersebut menyempatkan untuk melancarkan serangan cakar tajam yang segera menyebabkan punggung Tiankong menerima luka lebar. Mengucurkan darah segar. "ROOOAARR….!!!" Macan Kumbang Api, menutup aksi dengan meraung keras begitu liar. Menatap penuh nafsu membunuh kepada Tiankong. "Sialan! Aku terlalu ceroboh dengan melupakan fakta bahwa Spirit Beast jenis ini, akan selalu bergerak secara berpasangan ketika sedang berburu!" Gumam Tiankong. Seraya mengeluarkan sebuah pisau dari balik lengan bajunya. "Sial…! Sial…! Ini berkembang menjadi semakin merepotkan!" Ucap Xiao Dong. Ikut mengeluarkan sebuah pisau dari lengan bajunya. Memutuskan untuk bertahan di lokasi. Ia jelas tak bisa meninggalkan Tiankong dalam situasi tersebut. *Booooommmm…!!! "ROOOAARR….!!" Suara benturan lain, dimana diiringi dengan raungan liar, menandakan bahwa di lokasi Xiao Cang, Macan Kumbang Api pasangan dari yang kini menargetkan Tiankong, juga telah bergerak menargetkan Kelompok Xiao Cang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD