9 - Kelicikan Murni

1178 Words
"Kau belum menjawab pertanyaanku tentang kenapa tak pulang dan tidur nyaman di rumah? Malah menghabiskan waktu dengan tidur ditempat yang tak nyaman seperti aula pelajaran!" Ucap Tiankong. Mendengar Tiankong mengembalikan topik pada pertanyaan awal yang sangat tak penting. Xiao Dong segera hanya bisa menatap dengan sorot mata kosong kearah Tiankong. Merasa bahwa Tuan Muda-nya tersebut, benar-benar adalah pengganggu tak penting kelas kakap. "Jawab saja dulu pertanyaanku itu! Aku benar-benar penasaran lho!" Ucap Tiankong, kembali mengulang permintaan sembari memasang senyum lebar saat melihat raut wajah Xiao Dong, berkembang menjadi kosong menatap kearahnya. "Tuan Muda! Kau benar-benar manusia paling menyebalkan yang pernah kutemui!" Ucap Xiao Dong. "Ini akan semakin lama jika kau tak segera menjawab! Bukankah tinggal jawab saja?" Balas Tiankong. "Baiklah! Baik!" Dengus Xiao Dong. "Kau jelas tahu latar belakang keluargaku! Nah, jika aku langsung pulang, maka ibuku hanya akan meminta agar aku membantu mengurus ladang! Sembari pula menjaga kelima adik-adikku!" Ucap Xiao Dong. "Jadi, bisa kau bayangkan, setelah harus menempatkan diri pada situasi merepotkan mendengar ceramah serta sesi latihan di kelas generasi berbakat, aku harus melanjutkan dengan mengurus ladang!" "Terlebih lagi, itu dilakukan sembari menjaga kelima adikku yang sungguh nakal dan cerewet!" Lanjut Xiao Dong. Memasang wajah malas. "Lalu, kapan aku memiliki waktu luang untuk bermalas-malasan? Kesempatan terbaik adalah tidur di aula pelajaran! Karena kedua orang tuaku, tak tahu jadwal dari seluruh sesi kelas generasi berbakat klan!" Tutup Xiao Dong. Akhirnya menjawab jujur pertanyaan tak penting Tiankong. Memasang wajah memelas agar Tiankong menyelesaikan gangguan. Membiarkan ia memiliki waktu bermalasan dengan bebas. Hanya saja, tak seperti dugaan Xiao Dong. Jawaban yang baru ia sampaikan, justru dibalas oleh Tiankong dengan semakin melebarkan senyum. Ekspresi licik pada wajah Tiankong, berkembang semakin menjadi. Melihat hal tersebut, Xiao Dong segera semakin bertambah tertekan. Merasa Tiankong akan kembali melontarkan kalimat menyebalkan. "Ahhh… Jadi, seandainya aku secara tak sengaja menyampaikan jadwal resmi dari kelas generasi berbakat kepada orang tuamu, maka kau akan kembali menghadapi situasi yang…." Gumam Tiankong. "Bagaimana aku harus menyelesaikan kalimat ini?" Lanjut Tiankong. Kata-kata yang membuat Xiao Dong kembali terkesiap. Membuka tutup mulutnya beberapa kali. Tampak ingin mengatakan sesuatu, namun tak menemukan rangkaian kalimat yang tepat. Berakhir hanya bisa menatap kosong kearah Tiankong. "Emmmm… Kalau menggunakan gaya bicaramu, itu akan seperti, kau kembali dihadapkan dengan sesuatu yang -merepotkan-" "Benar begitu?" Tanya Tiankong. Memasang sorot mata penuh maksud kearah Xiao Dong. *Bammm….!!! Xiao Dong, membanting keras keningnya pada meja belajar sekali lagi. Merasa frustasi saat mendengar Tiankong menemukan hal tambahan yang membuatnya tak lagi bisa menolak permintaan-permintaan merepotkan. "Tuan Muda, kumohon langsung saja! Mengobrol denganmu, hanya akan membuatku mati tertekan secara perlahan karena stres jika terus dilanjutkan!" Ucap Xiao Dong. Dengan intonasi nada sangat tertekan. "Hahhahaha…! Hei! Berhenti bersikap seolah kau sedang berhadapan dengan seorang makhluk mengerikan saat berhadapan denganku!" Ucap Tiankong. "Bukan mengerikan! Itu merepotkan lebih tepat!" Jawab Xiao Dong. "Hahahha… Kuanggap itu sebagai pujian!" Balas Tiankong. "Baiklah, langsung saja! Karena kau duduk tepat dibelakang Xiao Hai, apakah kau mendengar sesuatu yang cukup menarik dari mulutnya?" Tanya Tiankong. "Xiao Hai?" Gumam Xiao Dong. "Yahh, aku sempat melihat ia melakukan obrolan serius dengan kelompoknya ketika ceramah berakhir!" Ucap Tiankong. "Kenapa itu begitu menarik minatmu?" Tanya Xiao Dong balik. "Kenapa? Bukankah sudah jelas? Xiao Hai dan kelompoknya, adalah kumpulan yang tiap saat selalu menjilat pada Xiao Cang! Mengekor dibelakang punggung sepupu serta rivalku tersebut tiap saat!" Jawab Tiankong. Kalimat yang disampaikan oleh Tiankong, segera disambut oleh Xiao Dong dengan raut wajah mengerti. "Jadi begitu, kau hanya ingin melanjutkan untuk mengganggu Nona Muda!" Ucap Xiao Dong. "Yah, hal-hal macam itu!" Balas Tiankong. "Akan terasa tak berwibawa jika harus menguntit dibelakang Kelompok mereka untuk tau apa yang akan mereka lakukan!" Lanjut Tiankong. Tanpa ragu mengatakan sejujurnya. "Hmmmm… Aku memang sempat mendengar sesuatu yang sepertinya membuatmu senang!" Jawab Xiao Dong. "Namun, sebelum menyampaikan, kau harus berjanji untuk tak lagi menggangguku!" Lanjut Xiao Dong. "Wahh, sepertinya kau belum memahami situasi, disini aku adalah pihak yang mengajukan syarat! Kau tak punya apapun untuk mengajukan tuntutan!" Balas Tiankong. Besikap tak sesuai dengan anak berusia sebayanya. Otak licik Tiankong, sepertinya merupakan bakat terbaik dari seluruh bakat yang ia miliki. "Tuan Muda…!" Gumam Xiao Dong. "Baik, setelah ini, aku akan mempertimbangkan tak melaporkan pada Tetua tentang tidur siang di kamar mandi!" Ucap Tiankong, memotong kalimat yang hendak diucapkan Xiao Dong. "Kau harus berjanji! Tak sekedar mempertimbangkan!" Ucap Xiao Dong. "Hei…! Sebagai orang yang sepenuhnya tak punya keunggulan, bukankah kau terlalu banyak menuntut?" Tanya Tiankong. "Tuan Muda…!" "Baik..! Baik…! Aku berjanji!" Ucap Tiankong. Jawaban Tiankong, segera membuat raut wajah Xiao Dong menjadi cerah. Merasa waktu bermalas-malasannya, sudah kian dekat. "Aku mendengar dari Xiao Hai, bahwa kelompok mereka akan mengikuti Nona Muda dalam sebuah eksplorasi terbatas di wilayah hutan bagian belakang Klan!" Ucap Xiao Dong. Tanpa ragu menjual informasi yang sempat ia dengar untuk membeli waktu bermalasan. "Eksplorasi terbatas?" Gumam Tiankong. Menggosok dagu sembari mengerutkan kening. "Yah, Xiao Hai menyebut bahwa Nona Muda, beberapa hari yang lalu menemukan satu gulungan peta usang saat tengah berjalan-jalan di tengah kota Xiao?" "Gulungan peta usang ini, di jual oleh seorang pria tua yang membuka lapak dagang sederhana dipinggir gerbang kota!" "Entah bagaimana caranya, pria tua berhasil meyakinkan Nona Muda, bahwa gulungan peta usang tersebut, merupakan sebuah peta yang akan menunjukkan satu lokasi tertentu di wilayah hutan belakang Klan!" "Sebuah lokasi dimana tersimpan sumberdaya berharga dari jaman kuno yang telah lama terlupakan oleh Xiao Klan!" Tutup Xiao Dong. Penjelasan yang semakin membuat kerutan di dahi Tiankong bertambah banyak. "Aku tak menyangka bahwa Xiao Cang, ternyata memiliki kapasitas otak yang agak sempit! Beberapa baut di otaknya mungkin sudah longgar hingga percaya pada dongeng seorang pedagang asing yang jelas hanya ingin dagangannya terjual!" Gumam Tiankong. Dengan raut wajah sepenuhnya meremehkan. "Tuan Muda, aku sudah menyampaikan apa yang ingin kau dengar, jadi bisakah kau hanya pergi sekarang?" Ucap Xiao Dong. Tak peduli lagi dengan topik serta hal-hal lain yang akan dilakukan oleh Tiankong. Ingin segera bisa bermalasan dan tidur siang. "Hahhaha… Baiklah! Itu sudah cukup! Aku akan pergi sekarang! Kau bisa menikmati tidur siangmu yang berharga itu!" Balas Tiankong. Seraya mulai melangkah pergi. "Akhirnya!" Gumam Xiao Dong. Memasang raut wajah lega, ia dengan cepat kembali membenamkan kening pada meja belajar. *Tap… Hanya saja, baru beberapa detik Xiao Dong mulai menikmati waktu bermalasan, langkah kaki Tiankong terdengar kembali berdiri di hadapannya. "Tuan Muda, apalagi sekarang?" Ucap Xiao Dong. Dengan nada malas cenderung kesal. "Kau tak berminat untuk ikut serta melihat kekonyolan Kelompok Xiao Cang?" Tanya Tiankong. "Tidak…! Terimakasih! Aku sama sekali tak berminat!" Jawab Xiao Dong cepat tanpa keraguan sama sekali. "Jadi tolong, kau sudah berjanji! Cukup pergi saja dari sini! Tinggalkan aku sendiri! Sesederhana itu!" Lanjut Xiao Dong. "Wahh, aku memang sudah menjanjikan tak akan melapor pada tetua perihal tidur siang di kamar mandi!" Ucap Tiankong. "Hanya saja, melapor tentang jadwal pelatihan generasi muda berbakat, terlebih kapan itu seharusnya selesai pada kedua orang tuamu, adalah hal lain yang berbeda!" Tutup Tiankong. Memasang senyum licik yang begitu murni. Sementara Xiao Dong. Hanya kembali mengangkat wajah sembari memasang tatapan mata kosong.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD