“Ada apa? Kenapa kamu mau bicara padaku? Bukankah kamu mau ke California? Tidak jadi?” tanya Erang pada Rejal putra pertamanya.
“Tidak jadi, Dad. Ada yang mau aku bicarakan.”
“Apa itu? Mengenai perusahaan?”
“Bukan. Ini mengenai Sarena.”
“Ada apa dengan cucu kesayanganku? Ada masalah dengannya?” tanya Erang menatap Rejal.
Sarena adalah cucu kesayangan Erang, apa pun yang Sarena minta selalu diberikan, jangankan sebuah gedung besar, uang triliun saja diberikan jika Sarena meminta. Bahkan dulu ketika Sarena masih kuliah, Sarena selalu meminta kakeknya untuk menggantikan mobilnya dan setiap minggu pun Sarena mengganti mobil dengan merk-merk terbaru. Walaupun ada pro dan kontra ketika Sarena menjadi kesayangan Erang.
Alvindo tidak terima, baginya memanjakan Sarena terlalu berlebihan dengan menggonta-ganti mobil. Karena itu, jodoh yang Erang pilih adalah yang terbaik dan itu tidak bisa diganggu gugat.
Erang ingat ketika Sarena dimarahi ayahnya, Sarena datang menangis dan memeluk kakeknya, Erang membiarkan Sarena bersembunyi di kamarnya dan Erang mengatakan bahwa Sarena sudah pergi dan ngambek. Sementara Sarena bersembunyi di kamar Erang.
Masa remaja Sarena juga tidak pernah dilepaskan oleh Erang, selalu saja ia menjaga cucunya dengan caranya sendiri. Walaupun dianggap Alvindo berlebihan.
“Ada apa dengan cucuku? Kenapa dia? Dia mendapatkan masalah? Aku akan menyuruh Yosi mengurusnya.” Erang menggelengkan kepala.
“Ini tentang jodoh yang Daddy pilihkan,” kata Rejal.
“Ada apa dengan jodoh yang aku pilihkan? Dia suka kan?”
“Dia tidak menyukainya,” jawab Rejal.
“Tidak menyukainya? Kenapa? Dia maunya sama Willy?”
“Bukan Willy, Dad. Tapi orang lain,” jawab Rejal sekali lagi.
“Siapa? Dia menyukai keluarga darimana? Apa marganya? Keluarganya bekerja dimana? Nama perusahaannya?” Pertanyaan Erang menjadi boomerang untuk Rejal sendiri.
“Dia bukan siapa-siapa,” kata Sarena menghampiri sang Ayah dan Kakek yang kini tengah berbincang.
Rejal memberi kode kepada Sarena agar Sarena jangan ikut campur, karena ia tidak mau ada pertengkaran di sini, Rejal mau berbicara dengan Erang empat mata, tapi kenapa Sarena datang? Pada akhirnya sang Ayah akan sangat marah.
“Maksud kamu dia bukan siapa-siapa?” tanya Erang dengan tatapan senduh. Karena ia sudah menua, keriputnya dimana-mana, tapi ia masih sangat kuat. “Oh dia dari keluarga konglomerat yang tidak ingin ketahuan? Atau, dia sedang menyembunyikannya? Menyamar maksudnya?”
“Gepa sayang kan sama aku? Kata Gepa … kalau ada sesuatu yang aku inginkan, Gepa akan memberikannya. Itu yang dulu Gepa katakan sama aku. Apa Gepa lupa?” tanya Sarena menatap sang kakek dengan seksama. Tatapannya penuh dengan makna dan kesedihan. Ia butuh Jeffry sebagai pejuangnya.
“Iya. Gepa pernah mengatakan itu, tapi ada apa? Apa yang kamu inginkan?” tanya Erang menatap sang cucu kesayangan. “Kamu duduk dulu didekat Gepa sini.”
“Aku mencintai laki-laki lain, Gepa.”
“Gepa sudah menanyakannya. Siapa laki-laki itu? Dan maksud kamu bukan siapa-siapa itu apa?” tanya Erang lagi.
Rejal memberi kode kepada Sarena, namun Sarena pura-pura saja tidak melihatnya. Karena ia sudah terlanjur ada di sini, jadi ia akan menjelaskan semuanya.
“Siapa laki-laki yang kamu cintai itu?” tanya Erang sekali lagi. “Katakan.”
“Dia orang yang Gepa kenal,” jawab Sarena.
“Siapa? Jangan membuat Gepa penasaran.”
“Dia adalah Jeff,” jawab Rejal, menjawabnya.
“Apa? Asisten ayahmu?” tanya Erang.
“Iya. Dia asisten Daddy. Aku sangat mencintainya dan aku tidak bisa hidup tanpanya. Jangan pisahkan aku sama Jeff. Aku tidak bisa kehilangan dirinya, jika aku kehilangan dirinya, aku akan bunuh diri dan meninggalkan dunia ini. Aku tidak mau menikah dengan siapa pun yang Gepa pilihkan. Bukan tidak suka, tapi aku mencintai laki-laki lain.” Sarena menatap sang Kakek.
Erang membulatkan mata, tatapannya mengarah pada Rejal. Ia jadi tahu apa yang akan Rejal katakan tadi, secara langsung Rejal mendukung apa yang putrinya inginkan?
“Kamu mencintai Jeff?” tanya sang Kakek lagi.
“Iya. Aku sangat mencintainya. Aku mohon pada Gepa, heem? Restui aku denan Jeff. Aku sangat mencintainya.” Sarena menatap sang Kakek yang saat ini tengah berpikir.
“Kenapa kamu membuat Gepa seperti ini?”
“Heem?”
“Gepa tidak mau memiliki cucu menantu yang tidak bisa diandalkan.”
“Menurutku, Jeff orang yang bisa diandalkan. Pekerjaannya bagus dan smart. Dia bisa melakukan apa saja demi mencapai tujuannya. Aku suka cara kerjanya.”
“Jadi? Kamu merestui mereka?”
“Saya akan merestui mereka, karena siapatahu saja hal ini malah menguntungkan kita.”
“Apanya yang menguntungkan? Bagaimana dengan Giozan?”
“Aku tidak menyukainya, Gepa.”
“Kenapa kamu tidak menyukainya? Apa yang kamu harapkan dari Jeff?”
“Dia bisa membahagiakanku.”
“Oh jadi kamu hanya mencari bahagia?”
“Bukankah sudah wajar? Gepa, restui aku dan jangan pisahkan aku dengan Jeff. Aku akan mati didepan Gepa kalau Gepa memisahkan kami.”
“Jangan mengancam Gepa dengan itu.” Erang menggeleng. “Gepa tidak akan merestui kalian.”
“Gepa,” lirih Sarena.
“Cepat pecat Jeff,” kata Erang.
“Gepa jahat sekali ya. Aku mengira Gepa berbeda,” lirih Sarena.
“Jeff tidak akan bisa memberikanmu bahagia. Dia adalah orang yang tidak memiliki apa-apa.”
“Tapi pekerjaannya bagus,” kata Rejal.
“Kamu tidak mau memecatnya?” tanya Erang pada putra pertamanya.
“Lalu? Apa yang harus ku lakukan?” tanya Rejal.
“Pecat dia dan suruh dia jangan kemari lagi.”
“Tapi, ini akan memperkeruh masalah,” lirih Rejal.
“Kenapa kamu takut? Kamu bisa kan melakukannya? Banyak orang yang lebih kompeten dari Jeff. Jadi, jangan katakan apa pun. Pecat dia dan suruh dia jangan kemari lagi.” Erang tetap pada keinginannya.
“Daddy,” lirih Sarena.
“Gepa akan memberikan apa yang kamu mau, tapi tidak menikah dengan laki-laki yang tidak sama dengan kita. Gepa tidak akan pernah menerimanya.”
“Gepa memang selalu melakukan itu, dulu kakak-kakakku juga Gepa jodohkan. Padahal mereka punya pasangan sendiri. Gepa memang jahat. Lihat apa yang Gepa lakukan, Kak Aston cerai dengan istrinya karena dua tahun menikah tidak saling cinta.”
“Lalu? Kamu mau seperti kakakmu?” tanya Erang.
“Gepa jahat,” lirih Sarena lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Kakek dan Ayahnya.