Syarat Meninggalkannya

1127 Words
Sarena hendak masuk ke kamarnya, namun sang Ibu tiri datang dan menghampirinya. Sarena menoleh dan berkata, “Ada apa, ya?” Sarena bingung dengan sikap ibu tirinya itu, karena tiba-tiba saja datang menghampirinya tanpa suara. Sarena jadi berpikir negatif, apakah ibu tirinya itu akan membunuhnya? Apakah sang Ibu tiri itu mau memberitahunya sesuatu? “Selama ini … kamu bertemu Jeff dimana?” tanya Sindra. “Apa urusanmu? Kenapa menanyakan hal yang bukan urusanmu?” “Kalau kamu mau bertemu dengan Jeff, kamu bisa menggunakan apartemenku,” kata Sindra lagi dengan tatapan penuh harap agar disukai Sarena. “Aku punya apartemen. Aku tidak butuh apartemenmu.” “Soalnya Kakekmu akan melakukan banyak hal untuk memisahkanmu.” “Banyak cara untuk melakukan itu,” jawab Sarena. “Jadi, tidak perlu memberikanku tempat atau ruang.” Sindra menatap Sarena, sebenarnya Sindra baik dan tulus menganggap Sarena itu anaknya, apalagi Sindra pernah kehilangan anak perempuannya karena kecelakaan pesawat, jika putrinya masih hidup usianya akan sama persis dengan Sarena, namun Sarena menganggapnya penghalang dan perempuan simpanan sang Ayah. Sindra mengelus bahu Sarena, Sarena menjauh dan menggeleng. “Kamu apa-apaan?” tanya Sarena dengan tatapan kesal. “Aku hanya mau menyentuhmu.” “Kamu jangan macam-macam ya.” “Saren, kamu yang sabar ya. Mommy akan selalu memberikanmu yang terbaik, Mommy akan berusaha membujuk kakekmu untuk merestui hubunganmu dengan Jeff.” “Urusan kamu apa? Aku saja yang cucu kesayangan di sini tidak Gepa dengarkan. Dan, kamu hanya menantu yang tidak dianggap. Jadi, kenapa mau merepotkan diri?” Sarena menatap ibu tirinya, ia bersedekap didepan Sindra. “Karena Mommy sayang sama kamu, Saren,” jawab Sindra. Hal itu malah membuat Sarena bergidik ngeri, karena sikap Sindra benar-benar diluar nalar, selalu menyentuhnya dan berusaha mendekatinya. Sarena takut ini hanya akal-akalan Sindra saja, mungkin Sindra punya rencana untuk menyingkirkannya. Sarena tidak percaya kepada Sindra, Sindra orang yang ia anggap akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Sindra mungkin menikahi ayahnya karena hanya mau harta saja, banyak hal yang dapat terjadi. “Jangan menggangguku,” kata Sarena lalu melangkah masuk ke kamarnya. *** Sindra masuk ke kamarnya dan melihat suaminya tengah duduk membaca majalah bisnis. Sindra datang dan duduk disebelah suaminya. Sindra menoleh, namun suaminya tidak membalas pandangannya. Walaupun Sindra bergelimang harta, tapi ia tidak mendapatkan kasih sayang dari suaminya. “Kenapa kamu menatapku?” tanya Rejal menoleh sesaat melihat Sindra, istrinya. “Tidak apa-apa,” jawab Sindra. “Kamu darimana?” “Menemui Saren.” “Kenapa menemuinya? Kan Saren tak suka kepadamu.” “Seharusnya kamu bisa kan membuat putrimu menyukaiku?” Sindra menatap suaminya. Rejal menutup lembar majalah bisnis yang tadi ia baca, ia langsung menoleh dan menatap istrinya. “Kamu mau tahu kenapa aku tidak pernah membuat putriku menyukaimu? Karena pytriku sendiri yang enggan mengenalmu.” “Tapi kenapa?” “Sin, kamu itu harus memahami posisimu, dengan kamu menjadi istriku, itu tidak akan pernah membuat Saren dan Alvindo menyukaimu.” “Tapi … Aston menyukaiku,” jawab Sindra. “Tapi Aston tidak di rumah ini,” jawab Rejal. Sindra mendesah napas halus dan menganggukkan kepala. *** “Kamu masih di sini?” tanya Erang menghampiri Jeffry yang sedang berdiri didekat tangga. “Kenapa kamu bertahan di sini?” “Tuan Besar,” ucap Jeffry. “Tuan menyuruh saya untuk tetap di sini, karena kami akan melakukan perjalanan bertemu dengan klien.” “Kenapa kamu bisa menyukai cucuku?” tanya Erang dengan tongkat kebesaran yang menumpuh berat badannya. Erang menatap Jeffry dengan tajam. “Karena saya mencintai Saren, Tuan Besar,” jawab Jeffry. “Semua orang akan mengatakan itu karena cucuku punya segalanya, punya kecantikan, punya pendidikan dan punya kekayaan. Sekiranya siapa yang akan menolaknya? Termaksud kamu, bukan?” tanya Erang membuat hati kecil Jeffry kecewa dan ingin sekali membuat pria tua ini diam dan tidak mengatakan apa pun. “Tapi saya mencintai Saren bukan karena dia punya segalanya,” jawab Jeffry masih berusaha menetralisir emosinya yang kian membuncah. “Saya tidak pernah menganggap Saren seperti orang kaya pada umumnya.” “Kamu bohong. Kamu berpura-pura mencintai putriku karena kamu mengira akan hidup enak kan didalam keluarga kami?” tanya Erang lagi masih dengan mengejek. “Aku akan berikan kamu uang yang banyak, aku akan membayarmu seharga dua mobil mewah yang berkisar ratusan juta dollar. Yang penting syaratnya tinggalkan cucuku. Jangan pernah kemari lagi dan jangan bekerja di sini lagi.” “Maaf, Tuan Besar. Saya tidak bisa melakukannya,” jawab Jeffry. (Karena bukan uang yang ku inginkan, tapi kehancuran keluargamu.) Jeffry membatin. “Jangan bohong tentang cinta, tidak ada cinta dimatamu. Jadi, lepaskan cucuku dan aku akan memberikanmu uang yang banyak, atau kamu bebas meminta apa pun padaku, asalkan tinggalkan Saren. Kamu bukan pria yang aku inginkan menjadi cucu menantu.” “Memangnya Tuan Besar menginginkan cucu menantu seperti apa?” “Yang dapat memberikan segalanya dan yang dapat memberikan saham yang besar. Puas?” “Tuan Besar, mungkin sekarang saya tidak bisa memberikannya, tapi suatu saat dengan tekad pun saya mampu memberikan apa yang Tuan besar mau.” Jeffry memang lebih dari cukup mampu untuk membeli semua saham perusahaan keluarga Fandrana. Jeffry rela menukar hartanya dengan nyawa keluarga Fandrana. Jeffry menatap Erang dengan tatapan membunuh, andai bukan ingin membalaskan dendamnya. Jeffry tidak akan pernah ada di sini. “Angkat kakimu dari rumah ini. Aku akan mengirim uangnya,” kata Erang. “Tuan Besar, saya tidak membutuhkan uang Anda. Jadi, Anda tidak perlu memberikannya, karena saya mencintai Saren dengan tulus, tidak melihat dari yang ia miliki,” tantang Jeffry. “Apa maumu? Sebutkan saja. Tinggalkan cucuku dan putuskan hubungan kalian.” “Walaupun Anda memberikanku banyak aset atau bahkan nyawa seseorang sekalipun, tidak akan membuat saya mengurungkan niat menikah dengan Saren. Karena, saya mencintainya,” kata Jeffry. Sebenarnya ia juga sudah malas di sini, ia ingin menikmati kekayaannya, namun dendam menghancurkan hatinya, ia harus melakukannya agar hidupnya lebih tenang dan damai. Tak lama kemudian, Sarena datang dan menghampiri kakek dan kekasihnya itu. Ia mendengar semuanya, tadinya Sarena tidak mau ikut campur, namun Kakeknya itu sudah mulai keterlaluan bahkan memaksa Jeffry untuk meninggalkannya. “Gepa apa-apaan? Kenapa Gepa mau memberikan uang pada Jeff? Gepa lebih baik kehilangan uang yang banyak daripada merestuiku? Apa arti dari nama baik keluarga ini? Gepa jangan memancingku, karena aku bisa meninggalkan rumah ini kalau aku mau,” kata Sarena yang tahu kelemahan kakeknya yang tidak akan pernah mengizinkannya keluar dari rumah ini. Sejak dulu, Sarena ingin hidup mandiri, namun sang kakek selalu mencegahnya melakukan itu. “Sayang, kamu jangan begini,” geleng Jeffry, berusaha menghentikan Sarena, karena ia tidak mau meninggalkan rumah ini. “Kamu mau mendengarkan hinaan Gepa terus menerus?” “Beliau menyayangimu, karena itu beliau berusaha melindungimu.” “Apa gunanya coba mencari uang yang banyak? Semua itu tidak akan kita bawa mati.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD