Bahagia Karenanya

1081 Words
Setelah bertemu dengan Jeffry diam-diam, Sarena langsung kembali ke ruang makan dimana keluarganya masih makan malam seraya bercerita banyak hal. Ini lah yang Sarena bosangi setiap ada pertemuan keluarga, yang dibahas pasti hal yang membosankan. Sarena kembali duduk disamping kakaknya Alvindo yang sudah punya istri dan satu orang anak. Sarena menyeka bibirnya dan tersenyum simpul, ketika melirik sesaat ke arah Jeffry. “Saren, kamu akan Daddy jodohkan dengan Giozan, teman kuliah kamu dulu,” kata Rejal dengan tatapan serius mengarah pada Sarena. Sarena menoleh sesaat melihat ke arah Jeffry yang mendengar semuanya. Mungkin ini adalah hal yang paling tak disukai Jeffry, berbicara tentang perjodohan Sarena dan Giozan. “Daddy kenapa mau menjodohkanku dengan Giozan? Aku tak suka kepadanya. Dia kan arrogant,” tolak Sarena. “Usiaku juga baru 24 tahun.” “Dulu Daddy dan Mommy-mu menikah disaat usia kami masih muda. Lebih muda dari usia kamu sekarang.” Rejal melanjutkan. “Aku tidak mau. Aku tidak suka pada Giozan.” “Lalu dengan Willy?” “No. Aku tidak mau. Aku tidak mau dijodohkan.” Sarena merengek didepan keluarganya. “Kamu ini sudah dewasa. Kenapa kamu tidak mau menikah?” tanya Kadir, sang Paman. “Dengarkan saja Daddy-mu,” sambung Erang, sang Kakek. “Gepa, aku tidak mau menikah dengan seseorang yang tidak aku sukai. Aku wajib kan memilih pasanganku sendiri? Kalian memang selalu menjodohkan keluarga kalian dengan orang kaya. Tapi, apakah kalian tahu bahwa perjodohan ini terkadang menghancurkan hati seseorang? Termaksud aku yang kalian inginkan menikah dengan Giozan dan Willy. Aku tidak mau, Gepa. Katakan kepada Daddy dan mereka semua kalau aku tidak mau menikah.” Sarena sesaat menoleh melihat Jeffry yang masih berdiri tak jauh dari meja makan. “Kamu sudah punya pacar?” tanya Sang Ayah dengan tatapan intimidasi. Haruskah Sarena mengatakan tentang kekasih yang ia sembunyikan? Tidakkah sang Ayah akan membuat semuanya kacau? Sarena tidak menginginkan itu. Walaupun harus menjalin hubungan diam-diam, tapi lebih baik karena masih sering bertemu. “Kalau Daddy katakan begini kamu harus ikut. Jangan melawan perkataan Daddy.” “Daddy, apa aku juga harus mengikuti perkataan Daddy? Tidakkah pada Kakak sudah cukup?” tanya Sarena. “Semua keluarga Fandrana tetap harus menikah dengan yang sama dengan kita,” sambung sang Kakek dengan tatapan yang sama. Rejal dan Erang sama saja. Mereka sama-sama memaksa dan tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan Sarena. Selalu saja membanggakan nama keluarga Fandrana dan menghancurkan kebahagiaan seseorang. “Kita sudah cukup kaya. Kenapa harus menikah dengan orang kaya?” tanya Sarena. “DIAM, SARENA! Jangan buat Daddy marah,” bentak Rejal dengan tatapan sebal. Ia menarik napas dalam-dalam dan berusaha menangkan hatinya. Sarena geram, sebagai seorang putri terakhir, ia ingin mendengarkan ayahnya, aturan dan ajaran. Namun, sikap ayahnya, dan pembawaan ayahnya membuatnya menutup mata, semenjak ibunya meninggal tak ada lagi cinta, maupun kasih sayang dimata seorang Sarena, semua ia kesampingkan demi ibunya yang sudah tiada. Demi ibunya yang meninggal tiba-tiba. *** Jeffry mengedarkan pandangan melihat banyaknya sepasang mata yang kini mengarahkan pandangan kagum padanya, ia sedang membuat janji dengan Sarena, seorang anak konglomerat yang memiliki resort dan hotel berskala internasional. Usaha dan bisnisnya dikenal semua orang bahkan di dunia. Jeffry melihat seorang perempuan datang menghampirinya dengan penampilan yang sangat cantik dan menawan, bahkan Jeffry begitu tersihir. Jeffry bangkit dari duduknya dan mengikis jarak dengan Sarena, lalu ia memeluk Sarena dengan pelukan terhangat yang pernah Sarena rasakan. Semenjak kehilangan sang Ibu, Sarena sudah tidak pernah mendapatkan pelukan hangat dari orang-orang terdekatnya. Hanya pelukan Jeffry yang begitu menghangatkannya dan membuatnya seolah dibutuhkan. Jeffry menarik kursi dan mempersilahkan Sarena untuk duduk. Jeffry duduk disebelah perempuan yang ia cintai itu dan tersenyum menatapnya. Sarena begitu gugup karena ini kali pertamanya setelah tiga bulan berpisah dengan Jeffry, karena Jeffry harus menemani Rejal ke Amerika untuk beberapa bulan karena bisnisnya di sana mengalami kendala. “Aku sudah pesan makanan,” kata Jeffry. Sarena mengangguk dan berkata, “Terima kasih, ya.” Jeffry menganggukkan kepala. Senyuman tampan itu terlihat jelas. “Heem. Apa pun untuk kamu.” Sarena tersenyum, laki-laki itu sangat menyayanginya, kasih sayang Jeffry melebihi kasih sayang keluarganya. Laki-laki itu memperlakukannya dengan sangat baik, karena itu Sarena terus menerus jatuh cinta. “Bukankah akan lebih baik jika kita menikah diam-diam?” tanya Sarena. Jeffry membulatkan mata, entah apa yang akan terjadi jika keluarga Fandrana tahu tentang ini, Jeffry tidak mungkin melakukan hal ini. Tapi, untuk saat ini ia tidak bisa kehilangan Sarena. Ia sudah berhasil membuat Sarena percaya tentang dirinya dan ketulusannya. Jeffry tertawa kecil dan berkata, “Kamu yakin akan melakukan itu?” “Asalkan bersamamu, apa pun akan ku lakukan,” jawab Sarena. “Secinta itu kamu padaku?” tanya Jeffry. “Heem. Secinta itu.” Sarena mengangguk. Sarena adalah perempuan yang sangat mudah percaya kepada seseorang, jika sudah percaya apa pun akan ia lakukan. Begitupun dengan cinta yang ia miliki untuk Jeffry. Sarena dan Jeffry mengelilingi kota berdua. Sarena berteriak sekencang-kencangnya ketika Jeffry mengendarai mobil biasa, Sarena membuka kaca mobil dan berteriak sesuka hatinya, Jeffry tertawa seraya menggeleng melihat sikap Sarena yang begitu bahagia. Sarena menutup pintu mobil dan berkata, “Ahh segarnyaa.” Jeffry meraih tangan Sarena dan menggenggamnya erat. “Kamu sebahagia itu?” “Heem. Aku bahagiaa sekali, Jeff. Andaikan kita sudah menikah dan tidak ada penghalang, pasti akan sangat membahagiakan.” “Nanti kita pikirkan lagi ya. Tapi apakah kamu siap memberitahu ayahmu tentang hubungan kita?” tanya Jeffry. “Iya. Siap sekali. Aku tidak pernah main-main dengan omonganku. Apa pun demi bersama kamu, keluargaku pun akan aku lawan.” “Baiklah. Nanti jika sudah siap aku akan katakan padamu.” Sarena mengangguk. “Lalu kita akan kemana sekarang? Besok kan kamu libur.” “Kamu memangnya mau kemana? Ada tempat yang ingin kamu kunjungi?” “Aku ingin … pergi,” jawab Sarena. “Kemana? Hotel?” tanya Jeffry dengan entengnya karena ini sudah menjadi hal biasa yang selalu mereka lakukan jika bertemu. Sarena menoleh dan berkata, “Kamu mau ke hotel?” “Iya.” “Oke.” “Siap?” tanya Jeffry. “Aku siap asal bersama kamu.” Sebucin itu Sarena pada Jeffry. Walaupun yang ia tahu Jeffry hanya asisten ayahnya yang tidak akan memiliki banyak uang, tapi ketampanan Jeffry yang selalu membuat jantung Sarena berpacu hebat dan sikap Jeffry yang begitu lembut, juga menyenangkan. Sarena selalu saja senyaman itu jika berada dekat dengan Jeffry. Selalu merasa dunianya berwarna setiap kali bersama laki-laki itu. Sarena selalu merasakan kebahagiaan setiap bersama kekasihnya itu. Dunianya benar-benar berbeda, kekangan sang Ayah membuatnya terus menerus sesak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD