“Belum ada? Kenapa kau tidak bisa hamil lagi? Kau jangan belajar dari wanita lain yang tidak ingin memiliki anak karena takut berat badan mereka bertambah.” Nyonya Sheryn merasa tidak puas dengan jawaban Fiona.
“Aku...” Fiona menundukkan kepalanya saat dia membatin. ‘Rafael bahkan tidak menyukai dirinya sehingga dia tidak menyentuhnya. Jadi bagaimana dia bisa hamil lagi? Dulu itu karena tidak disengaja.’
“Rafael, pulanglah lebih sering! Tidak peduli bagaimana kau bermain-main di luar. Kita harus fokus pada hal-hal yang penting seperti melanjutkan garis keturunan.” Nyonya Sheryn melanjutkan ocehannya saat matanya tertuju pada putranya.
“Ma, apakah Mama tidak lelah mengatakan hal yang sama sepanjang waktu?” Rafael menjadi tidak sabar.
Nyonya Sheryn menatapnya ketika dia berkata, “Apakah kamu mengeluh hanya karena aku mengucapkan beberapa kata?”
“Tidak, tidak.” Rafael segera meminta maaf. Wanita tua itu mendengus. “Anak muda saat ini memiliki banyak hal yang terjadi. Terkadang mereka hanya menginginkan uang saja, tetapi tidak dengan anak. Kadang mereka...”
Tiba-tiba telpon Rafael berdering ketika dia sedang menguliahi mereka. Kemudian Rafael menjawab panggilan itu dan ekpresinya berubah serius.
“Apa itu?” Nyonya Sheryn bertanya.
Rafael berdiri ketika dia berbiara, “Sesuatu terjadi di perusahaan. Aku harus pergi.”
“Pergilah. Pekerjaanmu lebih penting,” Nyonya Sheryn mengangguk padanya.
“Kalau begitu, aku akan pergi dengan Fiona. Lain kali kami akan...”
Nyonya Sheryn mengangkat alis. “Kau bisa pergi sendiri karena kau akan pergi ke kantormu. Fioana bisa tinggal di sini menemaniku. Aku akan meminta seseorang untuk mengantarnya pulang nanti.”
Rafael memandang Fiona dengan ragu-ragu. “Kenapa? Apakah kau takut aku melahap istrimu?”
Fiona berkata dengan cepat, “Rafael tidak apa-apa. Aku juga ingin mengobrol dengan Mama.”
Rafael mengangguk dan berkata, “Baiklah, aku akan menjemputmu begitu aku selesai bekerja.” Setelah itu dia pergi dengan terburu-buru.
Nyonya Sheryn berkata dengan ringan. “Hubunganmu dengan Rafael tampaknya lebih baik dari sebelumnya.”
“Iya.” Punggung Fiona menegang. Wanita tua itu mengangkat alisnya ketika dia berkata, “Aku senang jika hubunganmu denganya dapat meningkat. Walau bagaimanapun kau pernah mengandung cucuku dan sebaiknya kamu memanfaatkan kesempatan ini untuk hamil lagi.”
“Aku akan mencoba yang terbaik.” Fiona mengatakan itu dengan lembut.
Wanita tua itu berkata dengan tegas. “Aku beri waktumu 6 bulan, jika dalam waktu itu kau tidak hamil juga maka aku akan menghentikan biaya tagihan rumah sakit Wilson! Kau mengerti?”
“Me-mengerti Ma.” Fiona menyahutinya dengan gugup.
“Jangan bilang kau memiliki gangguan kesehatan.” Nyonya tua itu menyipitkan matanya ke arah Fiona.
“Tidak, aku baik-baik saja.” Sahut Fiona dengan tertekan.
Nyonya tua itu menyeringai sebelum berkata dengan tegas, “Untuk memastikan kamu sehat atau tidak. Maka aku akan membawamu ke dokter sekarang. Ayo kita pergi.”
Ke dokter? Fiona membeku sesaat sebelum berkata dengan gugup. “Ma, tidak ada yang salah dengan tubuhku.”
Nyonya Sheryn mengabaikan permintaannya dan memberi intruksi pada supirnya. Kemudian dia menyeret Fiona ke dalam mobil. Meski sudah larut malam, Nyonya Sheryn memiliki hak istimewa dan rumah sakit siap untuk melakukan pemeriksaan seluruh tubuh. Fiona merasakan kulit kepalanya sobek.
Begitu mereka tiba di rumah sakit, Nyonya tua itu berkata pada seorang wanita yang menggenakan seragam putih, “Dokter, harap periksa dengan cermat dan jangan lewatkan apapun.”
Meski Fiona sudah memohon padanya tetapi permintaannya ditepis oleh Nyonya tua itu. Beberapa perawat menyeret Fiona ke ruang pemeriksaan. “Aku tidak mau! Aku tidak sudi!” Mata Fiona berkilat dengan jejak ketakutan dan dia berjuang untuk melarikan diri. Namun, para perawat tidak akan melepaskannya.
Fiona memegang kusen pintu ruang pemeriksaan dan memohon pada Nyonya Sheryn, “Ma, aku benar-benar tidak punya masalah kesehatan apapun. Jangan lakukan tes, kumohon?”
Nyonya Sheryn mengabaikannya. Dia melirik arlojinya dan berkata, “Ini sudah jam sembilan. Aku harus tidur jam 10. Jadi, cepatlah dan jangan tunda lagi.”
“Baik, Nyonya.” Para perawat mengerahkan tenaganya lebih kuat. Fiona hendak didorong ke ruang pemeriksaan ketika dia akhirnya menangis dan berkata, “Ma, Rafael tidak menyentuhku! Bagaimana aku bisa hamil?”
Nyonya Sheryn berhenti melihat arlojinya dan dia menatap Fiona dengan jejak kemarahan yang tampak di wajahnya. “Apa yang baru saja kau katakan?”
Fiona gemetar ketika dia berkata lirih, “Iya, dia tidak pernah menyentuhku selama ini. Kehamilan pertama itu karena dia mabuk bukan karena kemauannya.”
Pandangan memusuhi dari wanita tua itu membuat Fiona gemetar keakutan. Tetapi, dia tidak dapat menarik kata-kata itu lagi karena dia telah membuka mulutnya. “Tidak melakukan?” Mata Sheryn langsung terbakar amarah. Dia berdiri seolah ingin mengatakan sesuatu tetapi dia menahan dirinya sendiri.
“Kamu memalukan. Pulanglah denganku!”
Fiona mengangguk dengan patuh. Sepanjang jalan Nyonya Sheryn memasang ekpresi cemberut dan menolak melihat Fiona. Begitu mereka sampai di rumah, dia turun dari mobil dan masuk ke rumah lebih dahulu sedangkan Fiona menggertakan gigi dan mengikutinya di belakang.
"Baiklah, kalian bisa berhenti bekerja sekarang. Pergilah beristirahat.” Nyonya Sheryn membebaskan semua pelayannya, lalu duduk di sofa, menatap dingin pada Fiona.
Fiona merasa takut terhadapnya sejak awal dan perasaat itu meningkat sejak dia memegang kartu pembunuh di tangannya. Dengan Nyonya Sheryn menatapnya, dia hanya bisa merasakan dirinya berkeringat. Nyonya Tua itu menyesap teh dan menatapnya dengan dingin. “Jadi, katakan semuanya padaku.”
Fiona mengerutkan bibirnya dan berkata dengan pelan, “Itu... Karena Rafael tidak menyukaiku, jadi dia tidak mau menyentuhku. Kehamilanku yang pertama itu karena Rafael mabuk.”
Nyonya Sheryn memijit keningnya dan berkata, “Tidak bisakah kamu lebih proaktif jika dia tidak menyukaimu?”
“Aku melakukannya, tapi dia menolaknya.” Fiona merasa sangat malu untuk berbicara dengan ibu mertuanya tentang topik itu. Namun, dia tidak punya pilihan selain menjawab pertanyaan Nyonya Sheryn.
“Ma, maafkan aku.” Fiona menggigit bibirnya ketika dia berbicara dengan lembut.
“Apa gunanya meminta maaf? Coba pikirkan cara untuk menguasai Rafael.” Kemarahan Nyonya Sheryn bertambah saat dia melihat sikap Fiona yang pasrah.
“Aku akan mencoba yang terbaik.”
“Yang terbaik lagi! Sudah lebih dari setahun, tapi Rafael masih belum menyentuhmu. Bagaimana aku bisa mempercayaimu?” Nyonya Sheryn semakin kesal. “Fiona, jika kamu tidak bisa melahirkan anak untuk keluarga Leonard, ada banyak orang lain yang menginginkannya.”
Dia mengira hubungan Rafael dan Fiona sudah membaik, tetapi tampaknya itu hanya sebuah sandiwara belaka. Fiona berkata dengan lemah, “Ma, aku akan mencoba yang terbaik.”
Nyonya Sheryn melambaikan tangan sebelum dia menjawab dengan tidak sabar, “Lupakan. Lihat dirimu. Bahkan, menurutku kamu tidak menarik, apalagi Rafael.”
Jika memungkinkan, dia akan mengusir menantu perempuan seperti Fiona sebelumnya. Dia hanya mentolerirnya karena apa yang dikatakan peramal itu dan menganggapnya hal itu dapat mempengaruhi kesehatan Rafael.
Dia telah memaksakan Fiona pada Rafael yang juga tidak puas dengannya. Rafael keras kepala dan tidak dapat ditebak. Jika dia tidak menyukai sesuatu, tidak ada yang bisa memaksanya. ‘Jika ini terus berlanjut, bukankah kelanjutan garis keturunan keluarga akan tertunda?’ Nyonya Sheryn menjadi gugup saat memikirkan itu.
Suaminya meninggal lebih awal dan dia punya andil dalam meminta Rafael untuk melanjutkan garis keturunan keluarga, maka dia tidak akan dianggap telah mengecewakan suaminya yang telah meninggal.
‘Mereka tidak bisa bercerai, tetapi Rafael harus segera melanjutkan garis keturunan...’ Alis wanita tua itu perlahan membentuk kerutan. Ruangan itu menjadi hening.
Di tengah keheningan, Rafael tiba-tiba muncul setelah kembali dari kantor. Begitu dia memasuki ruang tamu, dia merasa ada yang tidak beres. Dia memandang Fiona. “Ada apa?”
Fiona tersenyum getir ketika menggelengkan kepalanya. Mata dingin Nyonya Sheryn memelototinya sebelum dia berkata dengan lembut, “Jangan khawatir. Aku tidak akan menerkam istrimu. Karena kamu sudah pulang, bawalah dia pergi.”
"Oke, Ma. Kita berangkat sekarang,” ucap Rafael sambil tersenyum.
“Iya.” Nyonya Sheryn melambaikan tangannya.
Meskipun dia tidak tahu mengapa Nyonya Sheryn tidak menyebut perihal hubungan mereka, Fiona menghela nafas lega. Dia mengucapkan selamat tinggal dengan hati-hati, lalu berjalan keluar.
Fiona merasakan getaran menjalar di punggungnya ketika angin yang berhembus bertiup dingin. Tiba-tiba tubuhnya yang dingin merasakan sejuk ketika dia melihat ada jaket yang menutupi tubuhnya. Fiona memandang Rafael dengan heran.
“Apa yang kamu lihat, orang-orang yang tidak tahu apa-apa akan mengira aku pelit dan tidak mau memberikan jaket untuk istriku,” ujar Rafael
Fiona terdiam. Karena masalah di kantor belum selesai, dia pulang larut malam beberapa malam berikutnya. Hari ini Fiona kembali ke rumah seelah mengunjungi Pamannya. Begitu dia menggenakan masker, bel pintu berbunyi.
“Siapa itu di tengah malam?” Fiona mengintip dengan gugup ke lubang pintu. Itu Nyonya Sheryn dan seorang gadis cantik yang tidak dikenal. Fiona tercegang sehingga dia lupa membuka maskernya dan segera membuka pintu.
“Mama!” Gumam Fiona cemas.
Nyonya Sheryn menatapnya tanpa ekpresi dan berkata, “Apakah kamu tahu bagaimana penampilanmu? Bersihkan wajahmu sekarang.”
“Iya, segera.” Fiona segera berlari ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian dia duduk dengan patuh di depan mertuanya.
“Aku akan mengenalkanmu pada Stefany,” ucap wanita tua itu.
“Halo, Nona Fiona,” Stefany menyapanya sambil tersenyum.
“Halo,” balas Fiona dengan sedikit perasaan yang tidak nyaman. Ada kilatan ambisi yang tampak jelas di mata Stefany. ‘Mengapa Mama membawa wanita ini ke sini?’
Sebelum Fiona dapat bertanya lebih jauh, Nyonya Sheryn berkata, “Karena Rafael tidak ingin menyentuhmu, aku tidak ingin memaksanya. Stefany akan tinggal di sini setelah ini. Aku akan menjemputnya saat dia hamil.”
“Nona Fiona, tolong bimbing aku.” Mata stefany berbinar dan ada pesona di dalamnya. Fiona benar-benar tercegang. Setelah beberapa saat, dia tergagap. “Mama... Apa... Apa artinya ini?”
“Apa kamu tidak mengerti apa kata-kataku?” Nyonya Sheryn menatapnya dengan jijik. Dia menambahkan, “Kamu tidak berguna karena tidak bisa melahirkan anak untuk keluarga Leonard. Jadi aku harus mencari wanita yang berguna. Aku rasa Stefany akan cocok dengan Rafael.”
Stefany hanya menunduk ketika Nyonya sheryn melontarkan kata-kata itu. Fiona mendadak dingin ketika dia memandangi mertuanya dan stefany. ‘Mertuanya ingin wanita lain mengandung anak Rafael! Dia memperhatikan garis keturunan keluarga dengan serius. Karena Fiona tidak dapat mengendalikan rafael, dia pasti akan digantikan oleh orang lain. Namun, kenapa dia merasa sedih?
Selama dia masih menjadi Nyonya Rafael, maka dia tidak perlu khawatir dengan baiaya pengobatan Pamannya, Rfael bebas untuk nersama siapapun yang dia mau. Bahkan memiliki anak dengan wanita yang lain. Dia tidak peduli!
Dia tidak perlu menjalankan tugas sebagai istri dan memikirkan cara untuk menyenangkan Rafael, jadi dia seharusnya bahagia. Namun, dia merasa perih.
“Baiklah, aku akan meninggalkan Stefany di sini. Aku pergi. Ingatlah untuk membuat rencana yang baik. Aku ingin dia hamil anak Rafael secepat mungkin.” Nyonya Sheryn tidak berdiskusi lagi dengan Fiona dan dia pun berdiri ketika dia mengucapkan itu.
“Baiklah...” Dia menekan emosinya untuk melihat ibu mertuanya keluar. Dia kembali ke dalam dan melihat Stefany bermalas-malasan di sofa. Stefany menatapnya dan menunjukan senyum sinis. “Nona Fiona, di mana aku bisa tidur malam ini?”
“Aku akan membereskan kamar tamu unukmu.” Fiona berkata tanpa menatapnya kemudian berbalik ke kamar tamu.
Stefany menyeringai. “Tunggu! Kamar tamu perlu dirapikan, tapi untukmu.”
Fiona menghentikan langkahnya dan menyahutinya dengan kesal, “Apa maksudmu?”
Stefany berdiri dan menghampiri Fiona dan mencibirnya. “Apakah kamu tidak dengar apa yang dikatakan Nyonya Sheryn? Jika aku tidur di kamar tamu, bagaimana aku bisa hamil?”
Fiona memucat ketika Stefany tersenyum padanya, “karena itu, orang yang tidur di kamar tamu itu bukan aku tapi kamu.”
Fiona mengepalkan tinjunya dengan erat. Stefany terkekeh melihatnya. “Kenapa? Apakah kamu tidak mau melakukannya, Nonya Fiona? Kalau begitu, apakah kamu ingin aku menelpon Nyonya Sheryn untuk mengetahui apakah...”
“Tidak, aku akan melakukannya!” Fiona segera menyela. “Aku tidur di kamar tamu dan kamu bisa tidur di kamr utama.”
“Bagus sekali.” Stefany menyeringai dengan puas tanpa sadar. Dia melihat betapa gemetarnya Fiona dan jejak hina melintas di matanya. Dia adalah bintang muda yang baru saja mulai debutnya. Tetapi karena dia tidak memiliki latar belakang dan tidak memiliki koneksi apapun, tidak mungkin baginya mencari nafkah.
Sebelum ini Stefany bahkan membenci hidupnya. Namun, pada itik ini keberuntungannya berubah. Karena debutnya baru-baru ini dan juga citra dirinya yang dipoles, Nyonya sheryn menganggapnya ‘Bersih’ untuk melahirkan anakn bagi keluarga Leonard.
Setelah berurusan dengan Rafeal dan mendapatkan persetujuan dari Nyonya Sheryn, siapa lagi yang akan menjadi kandidat terbaik untuk posisi istri Rafael? Fiona hanyalah wanita bodoh yang akan segera dicampakan.
Stefany melirik Fiona dan mengistruksi, “Pergi dan siapkan pakaian dalam paling seksi untukku. Aku akan mandi sekarang dan memakainya setelah itu.” Dengan begitu dia pergi ke kamar mandi.
Fiona tidak ingin memikirkannya saat ini. Dia terdiam beberapa saat. Namun, sebelum dia sempat bereaksi, terdengar suara tidak puas Stefany. “Kamu lama sekali.” Kemudian dia mendorong Fiona menjauh. Mata Stefany berbinar-binar ketika dia membuka lemari dan melihat banyak pakaian bermerek di sana. “Oh, kamu punya cukup banyak pakaian!”
Setelah memilih sepasang piyama berenda putih, stefany menatap Fiona, “Kenapa kamu masih berdiri di sini. Dan tidak masuk ke kamar tamu? Apakah kamu ingin menonton?”
Fiona mengertakkan gigi, berbalik dan pergi. Stefany membaning pintu dengan keras di belakangnya. Fiona berdiri di sana, melihat ke arah pintu kamar tidurnya. Lalu dia berjalan dengan gusar ke kamar tamu. Hatinya tidak bisa tenang saat ini.
Setelah sekian lama, dia mendengar derit pintu yang terbuka dan dia tahu bahwa Rafael ada di rumah. Dia meremas selimut tanpa sadar. ‘Dia adalah wanita yang diinginkan Nyonya Sheryn untuk mengandung anak Rafael. Dia sangat jauh berbeda dengannya. Rafael tidak akan menolaknya.’
Fiona menahan diri dari memikirkan tentang apa yang akan terjadi dan menutupi kepalanya dengan selimut. ‘Aku tidak mencintai Rafael lagi. Kenapa aku harus peduli dengan siapa dia akan tidur? Lebih baik tidur sekarang!’
Semakin dia mencoba untuk menepiskan bayangan itu, semakin dia tidak bisa melupakannya. Dia merasa sangat tidak nyaman saat ini. Bukankah, dia sudah mencintai Rafael lagi tetapi mengapa hatinya gundah?
Di sisi lain, Rafael melihat sosok tubuh terbaring miring di bawah sinar bulan. Sebuah senyum muncul di wajah Rafael. ‘Fiona sudah terlelap. Itu karena malam sudah larut.’
Setelah mandi, Rafael berbaring di tempat tidur. Begitu dia berbaring, sosok tubuh hangat berguling ke dalam pelukannya. Dia tercegang karena terkejut. “Fiona?”
Dia pikir itu pasti Fiona. Napasnya yang stabil pun lalu menjadi terengah-engah. “Fiona, apakah kamu tahu apa yang kamu lakukan?” Suaranya memecahkan keheningan dan orang itu langsung berhenti bergerak.
Namun, dia berguling mendekat. Rafael tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk tubuhnya. Tepat ketika dia akan membalikan badannya, aroma harum masuk ke lubang hidungnya, membuatnya mengerutkan kening.
Itu pasti bukan Fiona! Ada kilatan amarah di hati Rafael, dan dia menyalakan lampu. Tanpa diduga, lampu dinyalakan secara tiba-tiba, Stefany tercegang. Dia berdiri unuk duduk di samping tempat tidur, lalu dia tersenyum menawan pada Rafael.
“Tuan Rafael,” gadis itu memanggilnya manja ketika dia melepaskan tali bahunya, mrmperlihatkan bahunya yang cerah. Stefany yakin bahwa Rafael akan tergoda dengannya. Pria itu memperhatikan gerakan sugestifnya dan tatapannya dingin muncul di mata pria itu. Dia berjalan ke arahnya.
Mata Stefany berbinar kegirangan karena salah menilai. Dia pikir Rafael tergoda dengannya. Gadis itu hendak naik ke atas Rafael tetapi tangan pria itu mencekiknya ketika dia bertanya dengan dingin. “Katakan padaku siapa kamu? Di mana Fiona? Apa yang telah kamu lakukan padanya?”
Stefany mencoba melepaskan dirinya dari jeratan Rafael saat ini. Pria itu tidak memberikan toleransi padanya. Kemudian, dia menarik napas dalam-dalam dan melepaskannya. “Katakan padaku!”
Stefany terbatuk-batuk dengan ekpresi ketakutan, “Nyonya Sheryn mengirimku. Dia memintaku untuk melanjutkan garis keturunan keluarga.”
"Mama?" Rafel tidak bisa mempercayainya. Dia ingin wanita lain hamil menggantikan Fiona. Bagaimana ibu bisa melakukan hal yang begitu mengerikan?
“Di mana Fiona.” Rfaeal menekan amarahnya ketika dia bertanya.
“Di kamar tamu,” Stefany tergagap.
“Turun dari tempat tidur sekarang. Aku tidak ingin melihat bagian dari dirimu menyentuh ranjang ini!” Dia melototi gadis itu sebelum dia berbalik pergi.
Stefany merasa bingung ketika melihat respon Rafael yang brutal dan kejam. Dia bertanya-tanya di mana letak kesalahannya. Apa yang kurang darinya. Dia cantik dan seksi tetapi mengapa Rafael tidak tergoda dengannya. Bukankah Nyonya Sheryn mengatakan bahwa dia membenci Fiona tetapi mengapa dia memanggil gadis itu? Itu sulit dipahami olehnya.
Stefany mengertakkan gigi dan masalah ini lebih rumit dari yang dia pikirkan, tetapi dia tidak akan menyerah begitu saja. Pintu kamar tamu tidak terkunci, jadi Rafael masuk dan melihat tumpukan selimut.
Ada beberapa gerakan di bawahnya dan jelas ada seseorang yang tampak gelisah di sana. Wajah Rafael menjadi rilek dan dia bertnaya dengan pelan, “Fiona, apakah kamu sudah tidur?”
Selimut itu berhenti bergerak dan setelah beberapa saat , sebuah gumaman terdengar, “Aku sudah tidur.” Rafael menyeringai dan menyalakan lampu lalu melangkah ke kamar untuk mengangkat selimut.
“Kubilang aku sudah tidur. Kenapa kamu...” Fiona berbalik kesal ketika mata mereka bertemu. Dia mendadak beku. Tatapan rafael begitu lembut hingga terasa seperti mimpi.
“Fiona.” Rafael menatapnya dalam-dalam. “Apakah kamu menangis?”
Awalnya, Fiona ingin menjelaskan, tetapi dia menjadi kesal dengan nada pertanyaan Rafael. Hubungannya dengan Adit sudah berakhir tetapi rafael masih mencurigainya. Namun, dia masih memiliki banyak wanita di sekitarnya sepanjang waktu. Bagaimana dia bisa menginterogasinya seperti itu?”
Fiona meledak dalam keadaan marah tanpa ragu-ragu. “Benar, Adit lebih baik darimu dan aku tidak bisa melupakan dia!”
Seketika penyesalan datang padanya dengan apa yang baru saja dia katakan. Dia tidak punya alasan untuk membuat Rafael marah! Bagaimana jika dia menghentikan biaya medis Pamannya karena itu? Tetap saja. Meski begitu dia harus tunduk di depan mertuanya. Dia tidak ingin menjilat kata-katanya saat ini.
Setelah beberapa lama, Rafael bersuara, "Baiklah." Dia mendapati dirinya, sangat konyol.
Dia mengira Fiona menangis untuknya. Faktanya adalah cintanya bertepuk sebelah tangan. Fiona tidak peduli dengan siapa Rafael menghabiskan malamnya, tetapi dia cukup bodoh untuk meninggalkan seorang wanita cantik dan kemudian bergegas mendekatinya karena takut awanita itu akan marah padanya.
Akhirnya, Rafael menolak untuk berbicara lagi dan meninggalkan ruangan tanpa ekpresi. Sementara wanita itu bersembunyi di bawah selimut sambil menangis karena merindukan mantan pacarnya!
“Tidak, aku...” Fiona membantah. Dia tidak tahu mengapa dia menangis.
Rafael menatapnya dalam-dalam dan tiba-tiba kegembiraan muncul di matanya. “Fiona, apakah kamu menangis karena Stefany ada di sini? Apakah kita...” Bisakah dia memiliki secercah harapan bahwa Fiona telah jatuh cinta lagi padanya?
Dia diam-diam berharap Fiona benar-benar menangis karena Stefany ada di sana dan dia cemburu padanya. Bisakah dia berharap untuk itu?”
Fiona langsung menyangkalnya ketika dia berkata, “Tidak, jangan salah paham. Aku tidak akan mencintaimu.” Dia tidak akan pernah jatuh cinta lagi dengan pria ini. Rafael telah mempertegas padanya bahwa pernikahan mereka hanyalah sebuah perjanjian dan tidak lebih. Dia tidak ingin dirinya menjadi koleksi wanita Rafael.
Seketika itu, kegembiraan Rafael memudar dan matanya berubah menjadi dingin. “Kalau begitu katakan padaku, kenapa kamu menangis?”
Fiona dengan keras kepala berkata, “Kamu tidak perlu tahu.”
Rafael menggertakan giginya ketika berkata dengan geram, “Lalu siapa yang kamu cintai? Jangan bilang kamu sedang memikirkan dokter Adit!”
Fiona terkejut karena dia tidak tahu haus bereaksi bagaimana ketika Rafael menyebut nama pria itu. Bukankah dia telah memberitahunya bahwa hubungan mereka sudah berakhir? Diamnya Fiona membuatnya berpikir bahwa dia benar. Pria itu menjadi gelisah. Dia mearsa bodoh karena mengira wanita itu menangis karena dirinya. Dia memikirkan ketika dia berada di kamar bersama Celine dan Fiona benar-benar berdiri di luar pintu!
‘Bagaimana dia bisa sekesal itu kali ini? Harapannya sudah pasti terpenuhi dengan adanya Stefany di sini. Dengan begitu, dia tidak perlu hamil dengan pria yang tidak dia cintai.’
“Apakah Adit sangat hebat sehingga kamu merindukannya sampai sekarang?” Rfael mengatupkan giginya dan menatapnya.
Fiona memandangi punggung Rafael ketika dia pergi sambil menggigit bibir bawahnya. Meski pria itu marah tetapi dia tidak akan membiarkan pria lain berada di dalam hati wanita itu. Sebelumnya, di atidak mempermasalahkan wanita-wanitanya dan menjadi istri yang patuh.
Entah mengapa sekarang dia tidak dapat memahami alasan mengapa ndia membencinya. Mengapa Rafael memintanya menjadi seperti itu ketika dia memiliki banyak kekasih?