Menebus Kesalahannya

3264 Words
Adit tidak bisa menahan melihat kesedihannya. “Kau...” “Kakak, tolong jangan larang aku untuk berhubungan dengannya. Kamu hanya perlu memberitahuku bagaimana kabarnya sekarang.” Nadine memaksakan senyumannya. “Dia masih memiliki banyak wanita di sekelilingnya dan tidak ada seorangpun yang dapat tinggal lama di sisinya.” Tiba-tiba Adit teringat dengan wanita Rafael. Dia adalah Fiona. Karena itu emosinya meluap. “Itu bagus sekali.” Nadine merasa lega. “Bagus?” Adit tidak mengerti reaksinya. “Itu artinya dia belum menikah karena dia masih belum memiliki cinta sejatinya. Itu karena aku yang pantas mendampinginya jadi dia tidak punya alasan untuk menolakku!” "Nadine..." Nadine memaksakan senyumnya. “Baiklah, kakak. Kau tidak perlu memberiku nasihat lagi. Aku akan memutuskan sendiri. Ayo, kita pulang. Jangan beritahu ibu tentang aku dan Rafael.” Adit tidak punya pilihan lain selain menurutinya. Nadine tenggelam dengan pikirannya yang ingin memiliki Rafael. Matanya berkilat ketika dia membayangkan bahwa dia akan merebut hati Rafael lagi. Dulu ketika ayah Rafael masih hidup, hubungan mereka ditentang tetapi sekarang ayah mereka sudah meninggal dan ini menjadi peluang besar untuknya. Dia tidak akan membiarkan harta karun jatuh ke orang lain. ‘Hanya aku yang pantas mendampinginya!’ Dengan begitu, dia meraih ponselnya dan menelpon Rafael. Begitu telpon itu tersambung, terdengar suara yang malas di ujung sana, “Halo?” Nadine menahan kegembiraannya ketika dia berkata, “Rafael, aku kembali!” “Oh.” Jawaban singkat itu memadamkan sebagian besar antusiasme Nadine. Dia menggertakan giginya. “Apakah tidak ada lagi yang ingin kamu katakan?” Setelah hening, Rafael bertanya, “Kamu siapa?” Kamu siapa? Nadine sangat kesal sampai dia nyaris menghancurkan ponselnya. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, “Aku Nadine.” “Oh, Nadine. Selamat datang kembali.” Rafael meresponnya dengan datar. Nadine terguncang. Setelah beberapa lama, dia melembutkan nada bicaranya, “Rafael, apa kamu masih marah padaku karena itu... Maaf aku telah mengecewakanmu.” “Mengapa harus marah karena kamu lebih memilih orang lain dari pada aku? Meskipun kita pernah berpacaran tetapi kita sudah putus, kau pergi ke mana pun itu bukan urusanku, bukan?” Nada suara Rafael dingin dan Nadine nengatupkan giginya tanpa menyadarinya. Dia tidak mempercayai ini bahwa Rafael yang dulu mencintainya berubah acuh padanya. Bukankah pria ini dulu begitu mencintainya tetapi mengapa dia sangat dingin? Nadine terus bersikap lembut sambil berkata, “Rafael, mengapa kita tidak mengatur waktu untuk bertemu? Aku sangat merindukanmu.” “Tidak. Aku tidak ingin bertemu dengan mantan kekasihku,” Ucap Rafael malas. Setelah itu dia menutup telponnya. “Rafael!” Nadine melemparkan ponselnya ke lantai karena marah. Pria itu sangat menyebalkan! Namun, dia tetap memilihnya. ‘Rafael, aku tidak akan menyerah!’ Dialah yang akan pergi menemuinya karena Rafael menolak untuk bertemu dengannya. Nadine mencari informasi dari wanita yang terlibat dengan Rafael belakangan ini. Itu membawanya kepada Celine yang memberikan alamat rumah Rafael saat ini. Setelah mendapatkan alamatnya, Rafael menyeringai dengan puas. ‘Jangan berpikir untuk melarikan diri dariku’ Di Leonard Vila, Fiona sedang melakukan kegaiatan bersih-bersih musim semi di sekitar pagar sambil menyandungkan lagu. Tiba-tiba bel pintu berbunyi. “Mohon tunggu sebentar,” teriak Fiona saat dia meletakkan kain lap dan membersihkan tangannya. Kemudian, dia membukakan pintu rumah. Seorang wanita berdiri di depan pintu dengan percaya diri dan auranya terpancar tidak ramah. Fiona bertanya dengan rasa ingin tahu, “Bukannya kamu...” Nadine langsung menyela, “Kau pasti pelayan yang dibicarakan Celine, bukan? Di mana Rafael? Aku ingin bertemu dengannya.” Fiona tertegun sebelum berkata, “Rafael sedang dalam perjalanan bisnis.” Perjalanan bisnis? Nadine mengerutkan keningnya. “Sayang sekali.” “Apakah ada sesuatu yang penting untuknya? Apakah kau ingin aku memberikan nomor telponnya?” Fiona berkata dengan ramah. Nadine menyeringai dingin sebelum berkata dengan sinis, “Tidak perlu. Aku punya nomor telpon dia! Heh tunggu! Kenapa kau memanggil Rafael dengan namanya bukankah kamu pelayan di sini? Kau benar-benar tidak hormat pada majikanmu!” Fiona memucat ketika dia ingin menjelaskan tetapi dia ingat sesuatu yang dikatakan Rafael bahwa pernikahan mereka rahasia jadi dia mengurungkan niatnya untuk menjelaskan siapa dia sebenarnya. “Kenapa diam? Kamu mau bilang bahwa Rafael tidak keberatan karena karakternya yang baik, tetapi sebagai seorang pelayan kau harus lebih sadar diri dan berperilaku seperti seorang pelayan.” Nadine membentak Fiona ketika dia melihat respon Fiona yang terdiam. Sikap Nadine sangat arogan. Fiona mengerutkan bibirnya karena tidak tahu bagaimana cara membela dirinya sendiri. Dia ingat dengan pesan Rafael bahwa pernikahan mereka hanya rahasia. Wanita yang berdiri di depannya mengakui bahwa dia memiliki hubungan dengan Rafael. Dia mungkin salah satu dari banyak teman kencannya. Sebelumnya, ketika dia melihat teman kencan Rafael, dia akan menilai mereka di dalam hatinya seperti siapakan yang memiliki tubuh yang lebih baik, dia merasa sedih kali ini. Nadine mengerutkan keningnya ketika dia bertanya, “Aku berbicara padamu. Apa kamu tidak tahu bagaimana menjawabku?” Dia berpikir bahwa pelayan Rafael ini berperilaku buruk dan dia tidak bisa mengerti bagaimana pria itu bisa mentolerirnya. Namun, eline telah memberitahunya bahwa Rafael tampaknya memperlakukan pelayan ini dengan sangat baik. Memikirkan hal itu, Nadine menatap Fiona semakin tajam. “Baiklah.” Fiona berkata dengan kepala yang menunduk. Nadine merasa tidak puas dan dia menyipitkan matanya ketika dia berkata, “Angkat kepalamu.” Nada suara Nadine begitu kasar sehingga Fiona reflek mendongkak. Dia menatap Fiona dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan pandangan yang sinis. “Penampilanmu lumayan! Semua kau kenakan adalah pakain yang bermerek. Pantas kau berani mengabaikanku. Termnyata pekerjaanmu lebih dari sekedar menjadi pelayan.” “Aku tidak mengabaikanmu. Aku hanya...” Nadine tertawa mengejek sebelum dia mencibir. “Hah! Jangan kau pikir hanya karena kau naik ke tempat tidur Rafael, tidak berarti kamu sejajar dengannya. Keluarga Leonard itu terpandang dan kau tidak pantas bersanding dengannya!” Dia percaya bahwa tidak ada seorang pun kecuali dirinya yang bisa menjadi Nyonya Leonard. Meskipun, dia akan menangani teman kencan Rafael satu persatu. Fiona tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya, “Kamu siapa?” “Kenapa? Apakah kau ingin merajut pada Rafael? Aku akan beritahumu dengan jelas sekarang, akulah calon istri Rafael! Dia tidak akan memihak pada pelayan sepertimu.” ‘Calon istri Rafael?’ Fiona tersentak karena terkejut. “Jadi kamu Nadine?” Adit pernah bercerita padanya bahwa dia memiliki adik sepupu dan kedua orang tuanya sudah meninggal. Maka, ibunya mengajaknya tinggal di rumahnya dan Adit menyayanginya seperti adiknya sendiri. Sekarang dia bertemu dengan gadis yang diceritakan oleh Adit di foto. Sementara, Nadine tercegang. “bagaimana kau tahu namaku? Apakah Rafael pernah menyebut namaku?” Dia bertanya dengan wajah yang tidak senang. Fiona tidak tahu bagaimana cara menjawabnya, sehingga dia memilih untuk tetap diam. Nadine mengira itu adalah jawaban setuju dalam diam dan kegembiraan di matanya itu tampak. Dia bepikir bahwa Rafael masih mengingatnya. Pria itu sengaja mengatakan padanya bahwa dia melupaknnya ketika di telpon tadi. Dia akan menebus kesalahannya pada Rafael ketika mereka bertemu nanti. Tatapan mata Nadine melunak. Dia ttidak punya alasan untuk tinggal karena Rafael tidak ada di sana. Dia menatap Fiona sebelum berkata, “Baiklah, lakukan saja pekerjaanmu dan jangan berpikir terlalu tinggi.” Setelah mengatakan itu, dia berbalik pergi. Fiona tersenyum getir. ‘Tidakah dia tahu bahwa aku sudah menjadi istri Rafael saat ini? Tapi dia mengakui bahwa dia calon istri Rafael.’ Fiona menggigit bibir bawahnya dengan lembut. Awalnya, jika bukan tindakan pencegahan bagi Rafael, dia akan tetap bercerai dengan pria itu. Karena kesepakatan yang dibuat oleh Tuan Willian sudah berakhir dan seharusnya dia dan rafael itu sudah bercerai. Tetapi tiba-tiba ibu dari Rafael meminta padanya agar tidak meninggalkan putranya. Meski dulunya, wanita itu sangat membencinya tetapi dia tidak punya pilihan lain selain melakukan itu demi putranya. Setelah keluarganya kecelakaan, dia hanya memiliki Rafael. Tentu saja, dia akan melakukan yang terbaik untuk putranya. Seketika Fiona kehilangan semanta untuk membersihkan rumah. Setelah merasa bimbang sebentar, dia pun akhirnya menelpon Rafael. Sementara, Rafael sangat gembira ketika dia melihat panggilan masuk dan meraih telponnya untuk menjawab. Kemudian dia menekan icon call. “Fiona.” Jika dia langsung menjawab, apakah itu menunjukan bahwa dia terlalu bersemangat? Dia harus menunggu setidaknya 1 menit untuk mengangkat telpon. Rafael berpikir tenang. Sementara terdengar suara samar-samar ketika Fiona bergumam, “Dia pasti sibuk karena tidak ada jawaban. Setelah itu, dia menutup telponnya. Panggilan telpon itu berakhir tepat ketika Rafael ingin menjawab telpon itu. Dia menggertakan giginya. ‘Apakah dia akan mati jika dia menunggu lebih lama lagi? Lupakan saja. Wanita ini akan menelpon kembali sebentar lagi! Namun, dia menunggu lama tetapi tidak ada aktivitas apapun di telponnya. Rafael menarik napas dalam-dalam. Dia harus menelponnya kembali. Dia takut bahwa wanita itu membuat namanya tercoreng. Setelah memikirkan hal itu, Rafael kemudian menelponnya. Ketika Fiona menjawab telpon, terdengar suara Rafael yang datar, “Apakah ada masalah? Aku sedang sibuk. Jika tidak ada...” Faktanya, dia telah menyelesaikan semua pekerjaannya dan bahkan meminta asisten pribadinya untuk menyiapkan jet untuk pulang. “Kalau begitu, selesaikan pekerjaanmu dulu. Tidak ada yang mendesak di sini,” Fiona menyahuti dengan cepat. Rafael menjadi geram dan berkata dengan dingin. “Bicaralah!” “Baiklah.” Fiona menjawab dengan panik. “Nadine mencarimu.” “Wanita itu. Lain kali, kalau kau bertemu dengannya, jangan bukakan pintu untuknya,” jawab Rafael dengan cemberut. “Itu tidak baik...” “Ikuti saja perintahku, mengerti!” Rafael menjadi marah. Dia pikir, wanita ini akan merindukannya setelah seharian pergi melakukan perjalanan bisnis. “Mengerti,” sahut Fiona gugup. Dengan begitu, Rafael mematikan telponnya. Sepertinya, dia telah membuat Rafael marah lagi. Dia bisa mendengar dari nada suaranya. Wanita jalang itu! Rafael menggertakan giginya karena marah. “Apa dia tidak merasakan apa-apa selama aku tidak ada?” “Bos, jet pribadi sudah siap dan kita bisa berangkat kapan saja,” ucap asistennya ketika dia masuk ke ruangannya. “Baiklah!” Rafael kemudian berdiri. Lupakan saja tentang dirinya. Dia akan berurusan dengan wanita itu ketika dia pulang! Fiona sudah terlelap ketika Rafael sampai di rumah karena saat itu sudah tengah malam. Di bawah sinar bulan yang temaram, Rafael menatap wajah istrinya yang sedang tidur. Kemarahan dalam dirinya menghilang dalam sekejap. Pria itu duduk di samping tempat tidur dengan emosi campur aduk. Kemudian, dia dengan perlahan menyentuh wajah wanita itu. ‘Fio, aku hanya berani melihatmu seperti ini saat kamu sedang tidur. Setelah menikah, aku pikir kamu telah melupakan dia tetapi nyatanya kau masih mengingatnya. Mengapa aku tidak punya kesempatan untuk mengubah sikapku? Kamu tidak tahu, betapa aku mencintaimu saat ini tetapi kamu malah mencintai pria lain.’ Kemudian dia berbaring di samping Fiona, mengawasinya dalam tidur nyenyak dan meraih lengan wanita itu di bawah lehernya. Kemudian, dia menariknya ke pelukannya dengan puas. Besok harinya, ketika Fiona bangun dia melihat wajah tampan begitu dia membuka matanya. “Ah! Kenapa kamu di sini?” Dia bertanya dengan panik. Alis Rafael terangkat ketika dia menyahuti Fiona. “Ini adalah rumahku. Di manakah aku seharusnya jika tidak di sini?” “Tapi kamu bilang kamu akan kembali hari ini.” Rafael mencibir, “Bagaimana jika kamu selingkuh? Tentu saja, aku harus mengawasimu!” “Lalu kenapa aku dalam pelukanmu?” Rafael mengatupkan bibirnya ketika dia berbicara dengan Fiona, “Pernahkah kamu berpikir bahwa lenganku menjadi sakit ketika aku membiarkanmu tidur sepanjang malam. Bahkan, aku tidak mengeluh meski lelah tetapi kau malah meneriakiku.” Setelah mengatakan itu, dia mengerutkan kening dan memijat lengannya. Fiona melihat bekas merah di lengannya dan tersipu. “Benarkah?” “Bagaimana jika tidak benar?” Dia menatapnya dengan dingin. Fiona berjalan dengan malu. “Maaf, aku tidur seperti batu. Jika kamu melihatku seperti itu lagi, bagunkan saja aku.” “Kita akan membicarakannya lain kali.” Rafael mengayunkan lengannya. “Hanya saja lenganku...” “Biarkan aku memijatnya untukmu.” Fiona berjalan mendekat dan memijat lengan Rafael dengan lembut. “Lebih pelan, lebih keras. Lupakan. Berhenti dan ambilkan aku segelas air atau kamu bisa pijat pundakku,” Rafael menginstruksinya ketika dia tiba-tiba merasa bahwa dia pintar dalam hal seperti ini. Fiona merasa bersalah sehingga tidak mengeluh. Akhirnya, Rafael sendiri yang menghentikannya. “Oke, kamu suduh selesai. Ingatlah untuk pulang kerja satu jam lebih awal hari ini. Kita ada makan malam keluarga malam ini.” “Tentu saja.” Fiona merasakan punggungnya kaku setelah mendengar kata makan malam keluarga. Dia lebih takut pada ibu mertuanya dibandingkan dengan Rafael. Setiap kali dia berpikir tentang bertemu dengan wanita itu, dia merasa ingin membentur kepalanya di dinding sehingga tidak perlu pergi. Walau bagaimanapun, dia tidak bisa menghindarinya selamanya. Pada akhirnya, dia harus menemuinya. Fiona telah menyia-nyaiakan satu hari akibat tidak bisa fokus di kantor. Ketika sudah mendekati waktunya, Fiona pun bangkit untuk pergi. Setelah meninggalkan kantor dan berjalan hampir satu kilometer, dia melihat mobil berwarna hitam meskipun mereknya berubah sepanjang waktu. Beberapa hari yang lalu, mobilnya adalah Porsche dan hari ini adalah Maseraty. “Orang kaya yang buruk,” gumam Fiona ketika dia masuk ke dalam mobil. Rafael keluar dari mobil terlebih dahulu begitu mobil memasuki halaman Leonard vila. Kemudian dia memberikan lengannya kepada Fiona agar dia berpegangan dengannya. Keduanya pun berjalan dengan mesra. Begitu mereka mencapai pintu masuk, pria itu berhenti di jalurnya dan sedikit mengerutkan alisnya. Selain anggota keluarga Leonard, ternyata ada tamu tidak diundang di sana. Nadine duduk di samping Nyonya Sheryn saat dia berbicara dengan semangat padanya. “Tante, kulitmu sangat cerah! Cincin ini cocok dengan warna kulitmu. Aku membawa sarang burung walet spesial untukmu. Ini sudah pasti merupakan kualitas tinggi yang tidak bisa didapatkan di negara ini.” Dia telah memikirkannya matang-matang. Ayah Rafael dan adiknya sudah meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan. Sekarang Rafael tinggal bersama Ibunya, tentu saja dia harus mengambil hati ibunya Rafael agar dia menyetujui hubungan mereka. Lagi pula, Ibunya bukan seperti ayahnya yang sangat menentang hubungan mereka karena ayahnya dan ayahnya Rafael adalah saingan bisnis. Bukankah ini peluang untuknya mendekati Rafael lagi? “Terima kasih, Nadine.” Nyonya Sheryn memegangi tangan gadis itu ketika berkata, “Karena kamu ada di sini, tinggallah untuk makan malam bersama. Rafael dan Fiona juga akan datang. Kita semua bisa makan malam bersama.” Mata Nadine berbinar ketika Tante Sheryn mengajaknya untuk ikut makan malam bersama. Dia telah melakukan upaya yang luar biasa untuk memuuskan kapan waktu yang tepat untuk berada di sana. Sekarang ini adalah kesempatannya untuk bertemu dengan Rafael! ‘Tapi, apa yang baru saja dikatakan Tante Sheryn? Fiona? Siapa Fiona?’ “Ma, ini makan malam keluarga. Mengapa kamu mengajak orang luar untuk makan malam bersama kita?” Suara Rafael terdengar. Nyonya Sheryn tersenyum. “Kebetulan sekali kamu datang. Rafael, jangan kasar pada tamu kita.” ‘Rafael! Dia ada di sini! Nadine menjadi gugup tanpa sadar karena terlalu bersemangat. Dia tidak melihat Rafael selama 4 tahun. Dia telah berubah begitu banyak dan meningkatkan keterampilannya hanya untuk mendapatkan perhatian pria itu. ‘Rafael, akau ingin bersamamu selamanya’ Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum yang sempurna dan berbalik perlahan. “Rafa...” Ekpresinya tiba-tiba membeku. Rafael tidak sendiri. Di sampingnya berdiri seorang wanita cantik. Namun, wanita itu tidak asing ketika dia menatapnya. Setelah beberapa detik, Nadine berteriak karena terkejut, “Kau adalah pelayan itu!” Fiona menyeringai dengan malu, “Helo, Nona Madine.” “Kamu!” Nadine segera berdiri. ‘Seorang pelayan menghadiri makan malam keluarga dengan Rafael? Tidak, itu tidak mungkin. Informasi dari Celine pasti salah. Mata Nadine tampak cemas. “Pelayan? Nadine, kau kenal Fiona? Ku pikir kamu salah. Ini adalah menantu perempuanku, Fiona.” Tante Sheryn memandang Nadine dan menjelaskannya. ‘Menantu perempuan Nyonya Sheryn, yang berarti dia adalah... Istri Rafael!’ Nadine merasa segalanya menjadi kabur di hadapannya. Rafael sudah memiliki istri! Dan istrinya adalah wanita yang dia pikir adalah seorang pelayan. “Rafael, kenapa kamu berdiri di sana? Cepat masuk,” ucap Nyonya Sheryn. Dengan begitu, Rafael berjalan dengan Fiona sedangkan Nadine berdiri di sana dengan wajah yang memucat. Meskipun, dia pernah menjadi kekasih Rafael bertahun-tahun tetapi dia selalu berpikir bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi istri Rafael. Tetapi mengapa dia tidak bisa menjadi orang itu? Tidak ada satupun dari imajinasinya terjadi jika dibandingkan dengan apa yang ada di depan matanya. Rafael memang anak yang berbakti, dia menyetujui pernikahan itu dengan wanita pilihan ayahnya. Bahkan, dia belum bercerai dengan wanita itu. Nadine sekarang berdiri di depannya bersama istrinya! Bagian terburuknya adalah dia membual kepada Fiona keamarin. Kini Nadine merasa hatinya terluka memikirkan kata-kata yang dia ucapkan. Bukankah dia sekarang ini yang malah menjadi w************n. Ekpresinya tampak menyeramkan. Seolah-olah dia akan menguburinya dalam lubang tanah ketika ini juga. “Kurasa hubungan kalian membaik,” Nyonya Sheryn berkata dengan lembut. “Iya.” Fiona mengangguk dengan semangat. Dia tidak pernah benar-benar menyukai Fiona. Bagaimanapun latar belakang keluarganya bahkan tidak bisa dibandingkan dengan keluarga normal sekalipun. Dia memiliki Paman yang berpenyakit jantung dan ginjal. Tetapi, tidak diketahui apakah itu merupakan penyakit keturunan atau tidak. Jika bukan karena peramal yang mengatakan bahwa gadis itu cocok dengan Rafael dan akan menghilang kemalangan untuk putranya, dia tidak akan pernah menginginkan menantu perepuan seperti Fiona. Gadis itu sudah biasa dengan sikap mertuanya tetapi dia mengabaikannya, asalkan mertuanya masih mau membiayai tagihan Pamannya yang sakit. Dengan suasana yang canggung, Rafael mengerutkan kening dan berkata, “Ma, di mana makan malamnya?” “Mari kita makan kalau kau memang lapar.” Tante Sheryn menyahuti sebelum mengalih pandangannya ke Nadine lalu berkata, “Nadine, ayo makan bersama kami.” “Menurutku itu tidak baik...” Nadine menatap Rafael dan berpura-pura malu. “Apa yang tidak baik? Kecuali jika kau mengeluh tentang hidangan keluarga kami yang terlalu sederhana untukmu?” Ujar Nyonya Sheryn. “Jelas bukan itu. Kalau begitu, aku akan makan malam bersama denganmu, Tante.” Wanita paruh baya yang bernama Sheryn itu sangat disiplin dengan peraturannya. Dia selalu percaya bahwa percakapan tidak diperbolehkan di meja makan. Oleh karena itu, seluruh hidangan disantap dalam hening. Fiona memastikan dia duduk tegak dan hanya mengambil piring di depannya. Bahkan, dia tidak berani melihat piring yang leaknya agak jauh. Ketika dia berpura-pura makan bak seorang ratu, sepotong bistik muncul di piringnya. Fiona melirik ke samping dan melihat Rafael memotong bistik itu dengan serius. Fiona mengurungkan niatnya untuk berbicara ketika dia ingat peraturan mertuanya. Di sisi lain, kilatan amarah muncul di matanya ketika dia melihat tindakan Rafael yang manis pada Fiona. Dulu dia begitu perhatian dengannya tetapi sekarang dia hanya bisa menontonnya. Dia mencengkeram sendoknya dengan erat tanpa sadar ketika dia tidak bisa menerimanya. Jika Fiona lebih darinya dalam setiap aspek, dia ttidak perlu mengeluh. Namun, wanita ini sangat biasa, jadi bagaimana dia bisa menjadi istri Rafael? Setelah makan malam, Nyonya Sheryn menyeka sudut mulutnya sebagai tanda bahwa setiap orang boleh berbicara. Nadine berdiri untuk pergi dan Nyonya Sheryn tidak memintanya untuk tinggal. Mengundang tamu untuk makan malam adalah sebuah sopan santun. Lebih dari itu tidak diperlukan. Nadine menatap Rafael dalam-dalam, lalu berbalik untuk pergi. Insiden malam itu di luar prediksinya, tetapi dia mendapatkan berita yang sangat penting. Rafael memiliki istri dan namanya Fiona. Sepertinya dia harus menyelidiki wanita ini secara menyeluruh. Begitu Nadine pergi, Nyonya Sheryn mengajukan pertanyaan padanya. “Fiona, bagaimana kabarmu bulan ini?” Fiona mengerutkan keningnya ketika dia mencerna pertanyaan dari sang mertua. Dia langsung paham maksut Nyonya Sheryn. Oleh karena itu, dia segera menjawab, “Belum ada.” Dia menjadi sulit hamil sejak dia keguguran saat itu. Lagi pula, dia bisa hamil karena suaminya mabuk saat itu. Mereka melakukannya bukan karena cinta. Oleh karena itu, Rafael mengabaikannya saat itu dan ketika kecelakaan itu dia malah merasa kehilangan sesuatu dan menyeseli tindakannya saat itu. Demikian juga dengan sikap Fiona yang dulu sangat hangat padanya menjadi sangat dingin. Sekarang mertuanya memintanya untuk hamil lagi? Bukankah dia dulu mengabaikannya sehingga dia mengalami keguguran tetapi kenapa sekarang dia? Fiona tidak bisa mengerti dengan sikap mertuanya. Sulit untuk dipahami. Namun, dia tidak bisa membantahnya karena dia takut wanita tua itu akan menghentikan biaya pengobatan Pamannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD