Membuatnya Cemburu

3208 Words
Rafael sibuk mempersiapkan kejutan ulang tahun Fiona di hari berikutnya. Beberapa asistennya memberikan daftar perlengkapan yang dia butuhkan untuk dekorasi. Pria itu memeriksa informasi tersebut ketika dia berkata kepada sang asisten, “Aku hanya ingin melihat detailnya. Ulang tahun ini untuk seseorang yang spesial. Apa kamu paham?” Asisten itu mengangguk tanpa berkomentar. Setelah itu, dia menginstruksi asistennya. “Kamu boleh pergi.” “Baik, Presdir.” Pria itu segera meninggalkan ruangan bosnya. Rafael mempelajari informasinya. Dia tidak ingin memanjakan Fiona. Dia berpikir bahwa Fiona adalah istrinya. Tentu saja, dia akan diperlakukan sesuai dengan reputasinya. Minggu berikutnya. Rafael menggunakan Stefany untuk membuat Fiona cemburu kepadanya, tetapi ketidakpeduliannya justru membuat pria itu marah. Terlepas dari tindakannya, dia diam-diam sedang mempersiapkan ulang tahun yang berkesan untuk Fiona. Rafael tidak meminta banyak. Selama Fiona bisa sedikit peduli padanya, dia merasa bahagia. Namun, wanita itu bahkan menolaknya memberi kata-kata penghibur untuknya. Tetapi meskipun Fiona bersikap acuh tak acuh padanya, dia tetap ingin merayakan ulang tahun bersama Fiona. Kurang baik apa coba dirinya! Sementara Fiona menatap kalender lama sebelum bereaksi di pagi harinya. Sepertinya hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dia nyaris melupakannya karena kesibukannya. Saat ulang tahunnya yang lalu, dia mendapatkan kado istimewa. Itu kabar baik bahwa dia mengandung anak Rafael tetapi pria itu mengabaikannya hingga Fiona mengalami keguguran. Sayang sekali! Tidak hanya itu saja, dia juga kehilangan saudara ipar yang begitu baik padanya. Yang tersisa hanyalah ibu mertua yang tidak menyukainya. Pada saat yang bersamaan pula, hatinya juga sangat terpukul karena sikap Rafael yang memberikan surat perceraian mereka. Meski pria itu berjanji untuk memberikan Fiona kompensasi tetapi wanita itu menolaknya karena dia merasa itu tidak akan mencukupi kebutuhannya selama 5 tahun. Tetapi, setelah dia memikirkannya kembali, Fiona akhirnya menyetujui perceraian itu tanpa meminta kompensasi dari pria itu agar dia terlepas dari Rafael. Terlepas dari apa yang dialami oleh Fiona, dia bertemu dengan seseorang yang begitu baik padanya. Dia dokter Adit. Dia adalah dokter kandungannya. Pria itu juga yang telah merawatnya ketika dia keguguran. Dokter itu mencintainya. Keduanya menjalin hubungan dengan serius dan berencana untuk menikah setelah Fiona resmi bercerai. Meski awalnya, Fiona menganggap Adit sebagai kakaknya tetapi melihat ketulusannya, maka dia mempertimbangkan pria itu. Bukankah lebih baik dicintai dari pada mencintai tetapi bertepuk sebelah tangan. Sebagaimana dia mencintai Rafael kala itu. Namun di sisi lain, Paman Wilson telah mengenali Fiona pada teman lamanya. Pasangan paruh baya itu menyayanginya dan memberikan pekerjaan sebagai model untuknya. Itu sebagai tindakan berjaga-jaga ketika Rafael resmi menceraikan Fiona. Sejak itu penampilan Fiona terlihat cantik dan menawan sehingga membuat Rafael cemburu padanya pria yang mendekatinya. Oleh karena itu, Rafael mengurungkan niat unuk bercerai dengan Fiona. Penampilannya yang berubah justru membuat wanita itu merasa risih. Oleh karena itu, dia tetap menjadi dirinya sendiri. Tapi sayangnya, ketika Fiona hendak menikah dengan pria yang berprofesi dokter itu, kecelakaan terjadi pada pria itu sehingga membuat memorinya hilang. Kemudian ibu mertuanya datang padanya untuk memintanya agar mengurungkan niatnya untuk tetap menjadi istri Rafael dan melahirkan cucu untuk melanjutkan garis keturunan keluarganya. Meski awalnya, Fiona menolak tetapi tiba-tiba Pamannya mendadak sakit dan dia tidak punya pilihan lain selain membuat kesepakatan dengan mertuanya. Pada akhirnya Fiona mengurungkan niat untuk bercerai. Di dalam mobil, Fiona memandang Rafael. Dia berpikir bahwa dia akan merasa kesepian jika harus memakan kue sendirian. Karena itulah dia ingin meminta Rafael menemaninya. Oleh karena itu, dia bertanya, “Apakah kamu punya waktu luang malam ini? Hari ini adalah...” “Tidak.” Rafael menyela ucapannya dengan dingin. Dia melanjutkan perkataannya, “Hari ini aku tidak punya waktu luang dari pagi sampai malam.” “Oh...” Fiona menelan kata-katanya. Kesedihan tampak di wajahnya. Dia tidak ahu apa yang membuatnya ingin merayakan ulang tahunnya bersama Rafael. Bahkan, jika dia punya waktu sekalipun, pria itu akan menghabiskan waktu bermesraan dengan Stefany. Karena Rafael tidak bisa maka apa gunanya membuat kue. ‘Lupakan. Tidak perlu merepotkan diri sendiri.’ Rafael melirik Fiona dengan sudut matanya dan melihat suasana hatinya yang sedih. Dia menyeringai puas ketika dia membayangkan bahwa wanita ini akan pingsan saat melihat kejutan begitu dia pulang malam ini. Mereka memulai bekerja dan mengakhiri pekerjaan seperti biasa ketika di kantor. Tidak ada yang tahu bahwa dia berulang tahun hari ini karena semua biodatanya diisi dengan tanggal yang salah jadi, tidak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Kemudian dia mengucapkan selamat tinggal kepada rekan-rekannya. Dia pergi ke halte bus dengan perasaan yang sedih begitu dia meninggalkan kantor. Rafael telah mengirimkan pesan singkat padanya. Pria itu memintanya pulang sendiri karena ada yang harus dia lakukan. Namun, dia merasa tidak ingin pulang ketika dia berjalan tanpa tujuan. Tidak ada tempat untuknya pergi dan tidak ada yang bisa dia lakukan. Wanita itu menjadi linglung sehingga dia hanya ingin terus berjalan. Sepercik air telah membawanya memandang air mancur di depannya. Terdengar suara dari belakangnya. “Fiona.” Suara itu... Dia berbalik dan melihat Adit menaapnya dengan terkejut. Air mancur di dekat mereka menciptakan kabut tipis di sekitar, seketika melembutkan wajah pria itu. Fiona tidak bisa menahan diri untuk melihat segalanya seperti mimpi. Wajah itu tidak asing baginya. “Apa yang kamu lakukan di sini?” Keduanya bertanya pada waktu yang bersamaan. Adit tertegun sebelum dia tersenyum tipis pada wanita di hadapannya. “Aku datang ke sini dan merasa bahwa hari ini adalah hari yang penting.” Jantung Fiona berdetak kencang. Kalimat itu kembali tergiang di pikirannya. ‘Kita akan datang untuk melihat air mancur setiap ulang tahunmu. Aku akan memberimu mahkota, oke?’ ‘Apakah kamu sepelit itu? Apakah mahkota itu hanya akan terbuat dari jerami?’ ‘Maksudku mahkota sungguhan. Aku ingin memberikanmu sebuah mahkota dengan berkat dari seluruh dunia.’ Namun, dunia tidak memberkati mereka seperti itu. Ketika Adit membawanya untuk bertemu orang tuanya, hubungan mereka ditentang. ‘Fiona, jangan takut. Bahkan, jika seluruh dunia tidak memberkati kita, aku akan tetap bersamamu. Hatiku tidak akan pernah berubah.” ‘Tidak akan pernah berubah selamanya? Tetapi apa yang terjadi?’ Segalanya berubah begitu kecelakaan itu terjadi. Fiona mengalihkan pandangannya ke Adit ketika dia berkata, “Aku masih ada urusan.” Begitu dia berbalik, tangan Adit terulur menghentikan langkah Fiona. “Tunggu!” Fiona menarik tangannya ke belakang dengan kuat tetapi gagal melepaskan diri dari cengkeraman pria itu. Kemudian, wanita itu menundukkan kepalanya ketika dia bergumam dengan tenang. “Ya.” “Apakah kita pernah bertemu sebelum ini?” Adit bertanya dengan rasa ingin tahu ketika dia melirik wanita yang kini berada di sampingnya. Seberkas emosi tampak di mata Fiona ketika dia menjawab dengan acuh tak acuh. “Tidak, kita belum pernah bertemu sebelumnya! Pertemuan pertama kita saat di restoran bersama Laura.” Adit mengerutkan keningnya dan berkata, “Benarkah? Mengapa kamu tidak berani menatapku?” Dengan begitu, Fiona langsung mendongkak untuk melihatnya. “Aku tidak ingin tunanganmu cemburu maka aku tidak ingin menatapmu. Seharusnya, kamu tidak memegang tangan wanita lain mengingat kamu sudah bertunangan.” Nada suara Fiona terdengar sangat dingin. Tetapi Adit enggan untuk melepaskannya. Meskipun, dia tahu bahwa yang dikatakan Fiona itu benar. Pria itu mengerutkan bibirnya dan bertanya, “Apakah kamu sudah menikah dengan Rafael?” “Ya, benar.” Fiona mengangguk dengan tegas. “Bisakah kamu melepaskan aku sekarang?” “Adikku memberitahuku bahwa Nyonya Sheryn tidak menyukaimu dan Rafael bukanlah pria yang bisa kamu andalkan. Kamu pasti mengalami kesulitan di kediaman Leonard. Kamu..” “Itu tidak ada urusan dengan kamu!” Fiona langsung menyela. “Kamu hanya masa lalu!” Fiona reflek membekap mulutnya ketika dia sadar bahwa dia keceplosan. “Masa lalu? Apa maksudmu berkata seperti itu?” Adit bertanya karena diliputi penasaran yang tinggi. “Lupakan. Aku hanya salah bicara.” Ucap Fiona sambil menggertakan gigi. Pria itu kembali meraih tangan Fiona ketika wanita itu hendak pergi. Dia berkata, “Katakan yang jujur, kamu dan aku berhubungan di masa lalu, ya kan?” “Apa yang kamu katakan? Bahkan kamu tidak mengingat aku, katakan bagaimana kita bisa punya hubungan?” Fiona mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman pria itu lagi. Sekarang setelah dia melupakannya, apa gunanya mengungkitnya lagi? Pria itu menatapnya dengan dingin ketika dia memanggilnya, “Fiona...” “Tunanganmu masih menunggumu untuk kembali. Tolong jangan nganggu aku.” Fiona berkata dengan dingin pada Adit. Pria itu akhirnya melepaskan tangannya karena dia tidak bisa memaksakan dirinya . Keduanya hanya saling memandang sesaat sebelum seorang pria tua lewat dan memandang mereka, “Kalian berdua sudah lama tidak ke sini.” Mata Adit berbinar. “Kakek, apakah kita berdua sering datang ke sini?” “Kakek, kamu pasti mengira orang lain adalah kami.” Fiona langsung menyela. “Nak, mungkin aku sudah tua. Tetapi, mataku tajam dan aku tidak mungkin salah melihat. Sudah setahun kalian tidak terlihat. Apakah kalain pergi ke luar negeri atau kalian sedang bermasalah? Biasanya kalian datang untuk melihat air mancur itu setiap harinya.” “Kakek, apa yang kamu katakan!” Fiona merasa cemas. “Nona Muda, akui saja. Terakhir kali aku melihat kalian, pemuda ini melamarmu dengan sebuah mahkota. Aku ingat bertepuk tangan untuk kalian berdua di anatra kerumunan. Jadi jangan coba-coba membohongiku.” Ucap pria tua itu. Fiona masih saja mengelak tetapi Adit bersuara, “Kakek, hubungan kami sedang bermasalah sekarang.” “Aku tahu itu...” Gumam pria tua itu sambil berjalan pergi. Adit memandangnya dan beranya, “Sekarang, apa yang ingin kamu katakan?” Fiona memelototinya dan mengatupkan giginya. “Itu tidak penting!” Adit mengertakan giginya ketika melihat sikap keras kepala Fiona. Kemudian pria itu mengulurkan tanga dan merapikan rambut Fiona yang berantakan. “Aku tidak tahu mengapa aku merasa yakin bahwa kita punya hubungan dan aku merasa bahwa aku bahagia bersama kamu.” Rasa perih menyelinap di hati Fiona tetapi semuanya sudah terlambat. Sekarang dia sudah kembali bersama Rafael. Mereka tidak jadi berpisah. Bahkan, dia akan menikah dengan Laura sebentar lagi. “Itu karena kamu suka berhalusinasi makanya kamu seperti itu.” Fiona menekan rasa perihnya ketika dia berkata dengan tegas. “Tidak, kamu pembohong!” Adit menatapnya dengan intens ketika dia yakin bahwa apa yang dikatakan kakek itu adalah kebenaran tetapi wanita di depannya terus menyangkalnya. Fiona menggelengkan kepalanya ketika dia berkata, “Tidak.” Adit menarik Fiona ke dalam pelukannya sambil berkata, “Meskipun kamu menyangkalnya tapi aku percaya dengan kata hatiku.” Ketika Fiona berjuang untuk melepaskan diri dari pelukan Adit, suara dingin terdengar, “Berapa lama lagi kalian akan berpelukan?” Fiona tanpa sadar mendorong Adit menjauh dan berbalik untuk melihat sumber suara itu. Dia tercegang begitu melihat suaminya berdiri tidak jauh berdiri di sana dengan wajah yang dingin. Adit merasa ada yang hilang dari dirinya. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat sosok Rafael menatapnya dingin. Sementara, Rafael menyipitkan matanya dan berkata dengan sinis. “Kamu harus mengingat statusmu sebagai wanita yang sudah menikah. Apakah kamu begitu putus asa sampai kamu memeluk pria lain secara terbuka?” Sorotan mata Rafael sangat tajam dan dingin. Seolah-olah dia terlihat seperti serigala yang ingin menerkam mangsanya. Dia sangat mengerikan. Fiona memberikan penjelasan pada Rafael, “Ini bukan seperti yang kamu lihat! Aku...” Adit langsung menyela, “Bukankah Fiona itu istrimu? Mengapa berkata kasar padanya?” Pria yang bernama Rafael itu menyeringai dengan wajah yang tidak menyenangkan yang tampak, “Jangan lupa kalau kamu akan menikah!” Adit menggepalkan tangannya. “Aku tidak akan menikah sampai aku menemukan kebenarannya.” “Oh ya? Itu bukan urusanku! Lagi pula, Fiona istriku dan kamu tidak berhak memerintahkan aku.” Suara Rafael terdengar semakin dingin. Dengan begitu suara Adit tercekat dan hanya memelototi Rafael. Tetapi pria yang bernama Adit itu menarik tangan Fiona dan berkata, “Fiona, aku akan mengambil kenangan yang menjadi milik kita.” “Lepaskan aku!” Fiona menundukan kepalanya dan berkata dengan perlahan. “Aku...” Adi ingin mengatakan sesuatu teapi Rafael sudah mencengkeramkan lengan Fiona dengan keras. Kemudian, Rafael berkata dengan dingin, “Dokter Adit, apakah kamu yakin ingin terlibat seperti dengan istriku?” Adit akhirnya melepaskan lengan Fiona tanpa sadar di bawah tatapan Rafael yang penuh dengan tekanan. “Ayo kita pergi!” Rafael menarik tangan Fiona dan berbalik tanpa ekpresi. Pria itu mengambil langkah yang lebar dan cepat. Sementara Fiona berjuang mengikutinya di belakang. Rafael bersikap kasar dengannya. Hati Adit bergetar ketika dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berteriak pada Rafael dengan lantang, “Rafael, meskipun Fiona adalah istrimu. Jika kamu tidak memperlakukannya dengan baik, orang lain yang akan melakukannya.” Tiba-tiba Rafael berhenti berjalan dan menoleh kemudian menatap Adit dengan dingin. Sementara Adit menegakkan punggungnya dan membalas tatapan Rafael tanpa ragu-ragu. Tiba-tiba bibir Rafael melengkung membentuk senyuman. Dia menarik Fiona lebih dekat ke arahnya. Pria itu menunduk dan mencium Fiona tanpa ragu. Mata Fiona membelalak dan dia menatap wajah Adit yang memucat. Tetapi Rafael menyadari tatapan Fiona sehingga memaksakan Fiona untuk menatapnya. Dia mendongkak karena merasa agak tercekik. Tiba-tiba Fiona merasa sedih. Bagaimanapun bagi Rafael, Nyonya Rfaeal hanya gelar istri yang harus dipertahankan. Dia memejamkan mata dan membirakna Rafael memumatkan bibirnya. Adit mengepalkan tangannya ketika melihat adegan mereka berdua. Dia ingin memukul Rafael tetapi dia tidak bisa melakukannya karena wanita itu telah menikah dengan Rafael. Setelah beberapa saat kemudian, Rafael melepaskan dan berkata sambil melihat ke arah Adit, “Aku dan Fiona adalah suami istri dan kami akan menghadiri undangan pernikahanmu.” Setelah itu, Rafael mendorongnya masuk ke dalam mobil. Kemudian, mobil itu hilang dari pandangan Adit. Dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana? Dia menjadi dilema setelah memikirkan sesuatu. Dia menarik napas dalam-dalam. Hatinya mengatakan kepadanya bahwa jika dia melepaskan Fiona, dia akan menjalani sisa hidupnya dengan penuh penyesalan. Dia harus mencari tahu kebenarannya. Mobil Adit melaju dengan kecepatan tinggi. Sementara, Rafael menampakkan wajah yang cemberut. Keheningan menyelimuti suasana di dalam mobil itu. Pemanas di dalam mobil itu sudah menyala tetapi Fiona merasa kedinginan ketika melihat ekpresi suaminya. Setelah beberapa saat, Fiona mengumpulkan keberaniannya dan berkata dengan hati-hati, “Rafael, Adit...” “Diamlah! Aku tidak ingin mendengar apapun tentang kalian berdua di belakangku.” Suara Rafael sangat dingin. “Kami tidak memiliki hubungan apa-apa. Pertemuan ini hanya kebetulan.” Fiona berkata dengan cemas. “Hah! Aku tidak peraya itu!” Rafael menjadi sangat marah. “Tapi...Aku benar. Aku hanya ingin menyusuri jalan. Aku tidak berharap bertemu dengannya. Aku tidak akan pergi jika aku mengetahuinya lebih awal.” “Cukup. Aku tidak ingin kamu menjelaskan apapaun, mengerti?” Ekpresi Rafael dingin. Fiona membeku ketika menghadapi sikap keras. Lampu menyala terang di kediaman Leonard. Ketika Fiona masuk, dia tercegang melihat ruang tamu yang didekorasi dengan indah. Meja dihiasi dengan bunga segar. Semuanya tampak seperti perayaan ulang tahun seseorang. Hati Fiona bergetar dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya pada Rafael. “Siapa yang ulang tahun?” Rafael tahu bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Fiona dan telah mempersiapkan hari ulang tahunnya lebih awal. Itulah sebabnya dia pulang lebih awal untuk menyiapkan perayaan ulang tahunnya! Ada harapan dalam hati Fiona. Tetapi tanpa di duga, Rafael berkata, “Oh, maksudmu kue ini? Aku menyiapkan untuk Stefany.” Dengan begitu, harapan di mata Fiona langsung meredup tetapi dia tidak berkata apa-apa. Pria itu dengan sengaja membuatnya terluka ketika dia berkata dengan sinis pada Fiona. “Kurasa kamu tidak tahu bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Stefany. Aku menyiapkan kue ini untuk merayakannya.” Dia berbicara ketika menatap Fiona. Semua ini sebenarnya disiapkan Rafael untuk memberi kejutan pada Fiona tetapi wanita itu tidak peduli padanya! Fiona malah bermesraan dengan pria lain. Semua yang dia lakukan untuk Fiona terasa seperti lelucon. Ketika dia merasa cemas dengan Fiona yang tidak kunjung pulang, dia mencari Fiona berkeliling untuk mencarinya karena dia takut terjadi sesuatu dengannya. Lalu dia ingat bahwa Adit dan Fiona pernah berkunjung ke salah satu tempat. Dia pun pergi ke sana untuk menarinya, dia malah melihat sepasang kekasih yang berpelukan. Rafael merasa pengorbanannya tidak dihargai Fiona. ‘Jika bukan karena pamannya mengapa dia mau bertahan denganku? Semua yang dia lakukan hanya lelucon besar.’ Fiona memucat karena perkataan Rafael. “Hari ini adalah... Hari ulang tahun Stefany?” Rafael melihat ke arah Stefany dan tersenyum tipis, “sayangku, kenapa kamu berdiri di sana seperti itu? Apa kamu tidak senang aku merayakan ulang tahunmu?” Stefany tercengang. Dia ingin memberitahunya bahwa ulang tahunnya bulan depan tetapi Rafael menatapmya dengan tatapan yang mengancam di matanya. Stefany segera bereaksi dan jatuh ke pelukannya sambil tersenyum lebar. “Tentu saja, sayangku. Aku sangat menyukainya karena kamu mengingat ulang tahunku.” “Iya, ini hadiah untukmu,” Rafael memeluk pinggangnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. “Terima kasih, sayang.” Stefany membukanya dan matanya bersinar. Di dalam kotak itu terdapat kalung permata cantik yang terlihat sangat mahal. Rafael melihat kalung itu dengan tatapan penuh makna! Sebenarnya itu adalah hadiah unuk Fiona yang sudah lama dicarinya. Stefany menatapnya dengan penuh kemesraan dan berkata, “Sayangku, bisakah kamu memakaikannya untukku?” Rafaeal mengambil kalung itu sambil menyipitkan mata. Dia tidak ingin Stefany memegang kalung itu. Namun, dia tetap tersenyum. “Tentu.” Dia membantu Stefany memakaikan kalung itu dengan sikap hangat. Wanita itu tersenyum, “Kamu terbaik.” Keduanya bertukar tatapan penuh kehangatan sedangkan Fiona berdiri mematung di samping mereka dengan menyedihkan. Sudut mulut Fiona melengkung dengan kaku ketika melihat senyum Stefany. Pria itu baru mengenal Stefany tetapi dia mengingat ulang tahun wanita itu dan merayakannya sedangkan dia telah hidup lama bersama tetapi dia tidak mengingatnya. Bahkan, dia tidak mendapatkan perlakuan itu dari suaminya. Dia berpikir bahwa Rafael merayakan ulang ahun untuknya tetapi itu bukan untuknya. Kemudian, Fiona tersadar dengan ucapan Rafael yang tergiang di pikirannya. ‘Ingat pernikahan kita rahasia. Jadi, jangan coba-coba untuk bermimpi bahwa aku akan mencintaimu. Itu tidak akan pernah terjadi!’ Fiona menepisnya dengan beranjak pergi dari sana. Meskipun, Rafael sedang tertawa bersama Stefany tetapi dia langsung menyadari gerakan Fiona. Suara dinginnya terdengar, “Kamu mau pergi ke mana?” “Aku mau istirahat.” Fiona menjawab dengan posisi kepala yang menunduk. Pria itu menyeringai puas ketika dia berkata dengan dingin pada Fiona. “Tindakanmu itu tidak menghargai orang yang berulang tahun. Bukankah itu sangat buruk? Bahkan, kamu ingin pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata-kata untuknya?” Pria itu berhasil melampiaskan kemarahannya ketika dia membuat Fiona cemberut. Dia melirik pria itu dan berkata dengan lesu, “Aku tidak enak badan jadi aku mau istirahat.” “Tidak peduli seberapa parah penyakitmu, tidak bisakah kamu melakukan hal sekecil itu?” Ucapan Rafael menjadi sangat dingin. Tubuh Fiona gemetar ketika dia berkata, “Nona Stefany, selamat ulang tahun.” Rafael menyentuh hidung Stefany dan bertanya, “Sayangku, bagaimana menurutmu? Apakah kamu dapat mendengarnya?” Wanita itu meliriknya dan berkata dengan hati-hati. “Iya, terima kasih.” Alis Rafael terangkat dan menyeringai sebelum dia berseru pada Fiona. “Itu bagus. Hari ini ulang tahun Stefany. Fiona, Mengapa kamu tidak memberikan hadiah untuknya?” Fiona mengerutkan kening dan bertanya-tanya bagaimana dia bisa mempunyai hadiah? Bahkan dia tidak tahu bahwa Stefany berulang tahun hari ini. Itu suatu kebetulan. Namun, dia merasa tatapan tajam Rafael menuntunnya untuk tidak peduli apapun yang terjadi padanya. Barang apa yang bisa digunakan sebagai hadiah sekarang? “Kamu harus memberinya sesuatu yang mahal.” Rafael berusaha keras untuk membuatnya kesulitan. Fiona melihat sesuatu yang berkilau ketika dia mengepalkan tangannya. Itu adalah cincin yang diberikan Rafael kepadanya. Dia memakai cincin itu sejak Mathew menyatakan cinta padanya untuk menghindari masalah. Itu adalah barang paling berharga yang dia miliki. Tidak ada jalan lain baginya, selain memberikan cincin itu. Lagi pula, Rafael menyukai Stefany maka dia harus memenuhi keinginannya pada akhirnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD