"Alle, Nak kamu benar-benar nggak mau Ayah anterin ke rumah sakit? Bibirmu sobek loh, Nak." Di dalam mobil yang melaju, Ayah membersihkan lukaku, bukan hanya bibirku yang sobek, tapi hidungku terasa pengar, dan mataku terasa nyeri, bisa aku tebak jika mata dan hidungku kini pasti lebam karena ulah dari anak haram yang sudah menghajarku seperti orang gila. Sungguh menggelikan jika di pikirkan, Kalina menyebutku Pelakor sementara kenyataannya justru dia yang anak Pelakor, mana Pelakornya ngerebut suami dari Kakaknya sendiri. Benar-benar definisi tidak tahu malu dan ular dalam selimut. Tidak heran anaknya menjadi seliar itu, memang bibit tidak bisa berbohong. Walaupun kini wajahku terasa berdenyut nyeri, tapi hasil yang aku dapatkan dari bersabar tanpa balas melawan berbuah sangat manis.