SANGKAR EMAS

1104 Words
Siang itu, Tatiana dan Hans membereskan semua bawaan mereka. Hari ini mereka akan check out dari hotel dan Tatiana akan mulai tinggal di rumah Hans. Tatiana merasa sedikit gelisah. Memang, saat mereka menikah kemarin, Wihelmina terlihat memberi restu. Tapi, yang namanya wanita. Pasti memiliki rasa cemburu yang besar. Apalagi terhadap madunya. Bagaimana jika nanti ketika Hans pergi bekerja ia kemudian akan di siksa? Atau disuruh membereskan seluruh rumah. Ck, pikiran- pikiran jelek mulai menghantui Tatiana. "Sudah siap semua? Supirku sudah menunggu di lobby hotel. Kita akan mampir sebentar ke kantor untuk membawa berkas laporan lalu kita pulang." Kata Hans. Tatiana mengangguk . "Sudah siap semua, mas." "Ya sudah, ayo. Sini biar aku yang bawa koper itu," kata Hans sambil meraih koper di tangan Tatiana. Mereka pun segera keluar kamar. Sesampainya di lobby, sudah ada pak Amat, supir pribadi Hans. Saat melihat Tatiana lelaki separuh baya itu tersenyun penuh hormat. "Sore, Pak, Bu. Sudah semuanya? Biar saya bawakan barangnya ,Pak." Kata pak Amat dengan sopan. Hans hanya mengangguk. "Kita ke kantor dulu pak," "Kantor yang di Menteng, Pak?" "Ya, pastikan aman. Dan tidak perlu turun dari mobil." Tatiana tidak mengerti apa yang sedang di bicarakan. Dia memilih diam karena memang Tatiana juga merasa takut jika ia bertanya Hans akan marah. Mereka tiba di kawasan Menteng. Namun Hans dan Pak Amat tidak ada yang turun. Hans langsung memencet dial telepon. Tanpa bicara hanya mendengarkan. Lalu, ia langsung menutup kembali teleponnya. "Pak, lihat tong sampah di depan itu? Kau pura- pura hendak membuang sampah. Ambil bungkusan hitam yang ada di dalam tong itu. Lalu cepat masuk kembali. Seperti biasa, lakukan dengan cepat." Pak Amat mengangguk lalu ia pun menjalankan perintah Hans. Sebelum.kembali ke mobil, dari jarak 2 meter Pak Amat memastikan tidak ada siapa pun. Dan langsung masuk ke mobil. Mereka pun segera pulang. Hans membuka bungkusan berukuran sedang yang di berikan Pak Amat. Tatiana pikir bungkusan itu hanya paket. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat Hans membuka bungkusan itu. Kotak kecil itu berisi uang tunai. Ya, beberapa gepok uang tunai. Dengan nominal kira- kira 100 juta rupiah. Tatiana hanya mampu melongo keheranan. Ia ingin sekali bertanya, namun ia tidak memiliki keberanian. Hans meraih tas yang ada di belakang mobil, lalu memasukkan uang itu ke dalam tas. Tatiana sama sekali tidak tau, bahwa saat itu Hans tengah melakukan transaksi. Ya, transaksi narkoba. Orang- orang kepercayaan Hans tidak pernah datang langsung ke hadapannya untuk menyetorkan hasil penjualan. Mereka akan menaruh uang setoran di tempat yang sudah disiapkan. Tentu saja diawasi supaya tidak jatuh ke tangan orang yang salah. Hans hanya bertemu dengan orang-orang kepercayaannya untuk bersenang-senang. Soal bisnis mereka hanya akan membicarakan lewat telepon itu pun dengan bahasa tertentu yang hanya mereka saja yang tau. Mereka cukup rapi tanpa meninggalkan jejak. Tentu saja, karena jaringan mereka pun dilindungi oleh beberapa pejabat penting di kepolisian dan pemerintahan. Bahkan jaringan Hans bekerja sama dengan jaringan terbesar di luar negeri. Hans adalah sang Raja yang tidak tersentuh. Sampai di rumah Hans , Tatiana hanya mampu mengagumi rumah Hans yang begitu besar bak istana. Halaman rumahnya begitu luas. Saat mereka masuk, rupanya Wihelmina sudah menunggu di ruang tamu. Wihelmina menghampiri Hans lalu mereka pun berpelukan dengan mesra. Bahkan, tanpa merasa rikuh mereka berciuman di hadapan Tatiana. Tatiana hanya mampu memalingkan wajahnya ke tempat lain. "Ah, ya Tatiana," sahut Wihelmina kemudian. Ia memeluk Tatiana hangat. "Selamat datang di rumah. Ayo, aku akan memperkenalkanmu pada semua asisten rumah tangga yang ada di rumah ini. Dan juga membawamu berkeliling rumah supaya kamu terbiasa ya." "I-iya mmmmm....." "Kau boleh memanggilku mba, atau Kakak atau apapun yang membuatmu nyaman." "Kakak saja, bolehkah?" Wihelmina tersenyum dan mengangguk. Pertama- tama Wihelmina membawa Tatiana ke dapur. Seluruh asisten rumah tangga berkumpul di sana. Karena kamar mereka terletak di ruangan belakang dekat dapur. Dekat pintu dapur ada ruangan khusus, bagi para asisten rumah tangga untuk bisa menonton televisi atau sekedar beristirahat. "Ada interkom di dapur ini. Jadi, jika kamu butuh sesuatu kamu tinggal memanggil dari kamarmu tanpa harus berteriak- teriak." Kata Wihelmina. Lalu ia pun memperkenalkan Tatiana pada semua asisten runah tangga. "Ini adalah Ibu Tatiana, dia adalah nyonya kalian juga. Istri Pak Hans yang baru. Kalian harus melayaninya, sama seperti melayani saya. Tatia, di rumah ini semua mempunyai tugas masing-masing. Surti tugasnya mencuci dan menggosok pakaian, itu Narti dan Ratih tugas mereka membersihkan rumah, itu ada mbak Dewi dan Ayu, mereka bertugas untuk memasak. Jika kamu mau sesuatu tinggal panggil mereka dari kamarmu saja." Lalu Wihelmina membawa Tatiana berkeliling di rumah mereka yang besar itu. Sampai akhirnya Wihelmina membawa Tatiana ke lantai atas. Ia membuka pintu kamar yang cukup besar. "Ini kamarmu, kamarku dan Hans tepat berada di sebelah kamarmu. Yang itu adalah kamar kerja Hans. Siapapun tidak boleh memasuki kamar itu tanpa seizin Hans." Wihelmina mengajak Tatiana masuk ke kamarnya. Dan Tatiana langsung merasa kagum dengan interior kamar itu. Kamar itu di cat dengan cat berwarna biru muda, warna favorit Tatiana. Ada meja belajar untuk Tatiana yang di letakkan di dekat pintu menuju ke balkon. Meja rias yang begitu cantik dengan alat- alat make up yang tertata rapi. Dan lemari pakaian yang cukup besar. Wihelmina membuka lemari itu, dan memperlihatkan isinya. "Semua baju ini baru aku beli. Aku yakin cukup karena ibumu sudah memberitahu ukuranmu. Semua sudah lengkap di lemari ini. Dan itu di rak itu sepatu- sepatumu. Aku yakin kau akan suka. Karena semua ini mengikuti trend anak muda jaman sekarang. Itu laptop untukmu. Karena kau pasti akan memerlukannya untuk mengerjakan tugas kuliahmu nanti. Itu ada alat printer juga. Dan, aku juga membelikanmu handphone baru. Jangan pakai handphone lamamu. Tidak sesuai untuk istri seorang konglomerat seperti Hans." Tatiana hanya mengangguk. Ia masih belum percaya dengan apa yang ia miliki sekarang. Bahkan, Wihelmina membelikannya tas branded yang dia letakkan di rak khusus. "Aku sudah mendaftarkanmu ke Universitas Trisakti sesuai dengan kemauanmu. Fakultas kedokteran bukan? Itu surat- surat pentingnya aku taruh di mejamu. Dan kau tidak perlu mengikuti penataran atau apa pun itu. Aku sudah bicara dengan pihak kampus. Dan mereka memberikan izin. Kau hanya perlu masuk kuliah sesuai jadwal. Aku sudah mengatur semuanya. Oiya, nanti kau akan berangkat kemana- mana dengan supir pribadi ya. Namanya Erwin, dia supir baru yang sengaja kami pekerjakan untukmu. Sekarang , kamu beristirahat lah dulu. Dan, satu lagi, kamu harus sarapan, makan siang dan makan malam bersama di ruang makan. Setiap kamar ada interkomnya. Aku akan memanggilmu jika waktu makan tiba." Wihelmina pun keluar kamar meninggalkan Tatiana. Kamar Tatiana begitu indah, lengkap dengan barang-barang yang masih baru. Termasuk televisi, Tatiana yakin Wihelmina menyiapkan semua ini ketika mereka berada di hotel. "Selamat datang di sangkar emas, di mana kebebasanmu sudah terenggut, Tatina," ucap Tatiana bermonolog.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD