Chapter 13

2007 Words
Bukra berdiri di depan pintu ruangan kerja Darrel, wanita itu terlihat bimbang namun perasaan tidak nyaman yang mengganjal hatinya terus menerus mendorong Burka untuk mengatakan sesuatu pada tuannya itu. Burka tidak dapat menahan diri lagi, jika dia diam dan tidak mengingatkan Darrel, maka kesedihan Leary akan terus berlanjut. Burka menarik napasnya dalam-dalam mengumpulkan sebuah keberanian di hatinya, wanita itu memutuskan untuk mengetuk pintu beberapa kali. “Masuk.” Keringat dingin membasahi tangan Burka, wanita itu menelan salivanya dengan kesulitan. Perlahan Burka membuka pintu dan segera masuk ke dalam ruangan kerja Darrel dan berdiri di hadapan meja tuannya. Darrel duduk menopang wajahya dalam kepalan tangan, pria itu tengah merokok di temani dengan segelas whisky. “Selamat malam, Tuan,” sapa Burka seraya membungkuk memberi hormat, lalu kembali berdiri dengan tegak. “Ada apa?” tanya Darrel sebelum menghisap rokoknya. “Saya datang untuk berbicara sejenak dengan Anda, ini mengenai nona Leary,” jawab Burka terbata. Darrel menghisap rokoknya sekali lagi, lalu mematikannya di asbak. “Ada apa?” Tanya Darrel lagi bersikap biasa tidak menunjukan sedikitpun rasa ketertarikannya pada Leary. “Mungkin saya akan berbicara lancang kepada Anda, namun saya tidak dapat menahan diri lagi untuk mengatakannya.” Burka meremas kuat roknya dan berusaha untuk mengangkat wajah, melihat mata Darrel. “Katakan saja.” “Nona Leary baru kehilangan nyonya satu minggu yang lalu, dan dia harus pindah ke sini meninggalkan tempat dia di besarkan, hatinya pasti sangat bersedih karena harus menerima banyak hal yang tidak mudah di atasi.” “Ke intinya saja,” potong Darrel. “Nona Leary masih sangat kecil, namun dia juga anak yang kuat dan cerdas. Sudah satu minggu ini saya menemaninya, saya melihat betapa nona Leary tertekan dengan tindakan semua orang kepadanya. Tuan, mungkin Anda membenci nona Leary, namun apakah layak seorang anak di benci oleh keluarganya hanya karena dia di pertahankankan oleh ibunya? Darah daging Anda sendiri, buah cinta Anda dengan nyonya Olivia. Nyonya Olivia pergi bukan karena demi nona Leary semata, beliau pergi karena dia tahu akan seberapa hancurnya hatinya dan hidupnya jika buah cintanya harus di lenyapkan. Nyonya Olivia tahu bahwa dia kuat karena itu dia tetap mempertahankan nona Leary, dia pergi karena keraguan Anda, keinginan Anda menyingkirkan nona Leary ketika masih berada di dalam perut nyonya Olivia, jelas membuat nyonya Olivia merasa bahwa Anda tidak mencintai anak dari hasil hubungan Anda dan nyonya Olivia. Jika Anda merasa kecewa dengan keputusan nyonya, apakah Anda juga pernah memikirkan seberapa kecewanya nyonya ketika Anda meminta dia menggugurkan kandungannya? Apakah adil jika sekarang nona Leary mendapatkan kebencian? nona Leary berhak hidup dan bahagia. Nona Leary tidak tahu apapun, dia juga tidak bisa memilih harus terlahir dari perut siapa. Nona Leary bukanlah pembunuh, kepergian nyonya Olivia adalah keputusannya sendiri dengan pertimbangan. Saya memohon atas kemurahan hati Anda untuk sedikit lebih lembut kepada nona Leary. Jika Anda tidak sudi, lakukanlah untuk nyonya Olivia.” Darrel sedikit terpaku kaget, pria itu menatap tajam Burka dengan rahang mengeras. Nasihat Olivia membuat Darrel merasa terhina. “Orang luar tidak sepantasnya mengomentari kehidupan keluargaku,” jawabnya dengan geraman. Burka menelan salivanya dengan kesulitan, wanita itu kembali tertunduk menatap lantai. “Maaf saya sudah lancang. Namun saya akan tetap mengatakannya, nona Leary berhak hidup dengan baik, jika Anda tidak menginginkannya, biar saya antar nona Leary ke tempat yang lebih baik. Saya percaya, jauh di lubuk hati Anda, Anda adalah orang yang baik dan peduli, karena saya harap Anda memikirkan saran saya.” “Atas dasar apa kau berbicara selancang itu padaku?” “Karena saya tahu alasan mengapa selama ini nyonya tidak pernah mau kembali ke sini.” Burka mengungkapkan isi hatinya lebih berani. “Selama nyonya hidup, Anda hanya mengiginkannya kembali, tapi tidak dengan nona Leary. Jika Anda benar-benar mencintai nyonya, Anda juga harus mencintai keluarga Anda. Maafkan atas kelancangan saya Tuan, saya mengatakan ini karena saya percaya dengan kemurahan hati Anda. Selamat malam.” Burka membungkuk dan segera undur diri pergi keluar ruangan Darrel dengan cepat. Tidak mudah membujuk Darrel, namun setidaknya Burka sudah mengatakan apa yang ingin dia katakan kepada Darrel. Darrel mengambil sebatang rokok baru dan membakarnya, pria itu terlihat sangat marah dengan ucapan kurang ajar Burka yang memperjelas keegoisan hatinya. Darrel benci mengakuinya. *** “Ferez” Leary menarik ujung coat Ferez, Leary mendongkak melihat penjuru toko kue yang terlihat indah dan nyaman, di hadapannya terpadat beberapa etalase yang menyimpan berbagai jenis kue. “Ada apa?” Leary menempatkan tangannya di sisi mulut, kakinya berjinjit dan gadis kecil itu berbisik, “Apa Ferez memiliki uang? Sebaiknya kita keluar sebelum di usir.” “Uang?” Ferez mengambil uang dari dalam saku coatnya dan menunjukannya kepada Leary. “Astaga, apa itu uang sungguhan? Bagaimana cara mendapatkannya?” Mata Leary berbinar seketika, melihat segepok uang di tangan Ferez seperti tumpukan kertas mainan. Ferez sedikit mengangkat wajahnya, “Aku sudah kaya sejak lahir.” Leary menutup mulutnya menatap kagum Ferez, “Apa kaya itu memiliki banyak uang.” “Tentu saja.” “Bagaimana cara bekerja dan menjadi kaya? Apa aku juga bisa seperti Ferez?” Ferez menggeleng, “Mustahil” jawabnya dengan seringai jahat. Bibir mungil Leary mengerucut terlihat sedih, “Kenapa?” “Kau masih terlalu kecil untuk bekerja,” Ferez menarik Leary mendekati etalase, “Pilih saja kue yang kau mau. Jangan memikirkan uang, kau mau jadi materialistis sejak kecil? Lihatlah kue di depanmu. Jangan membuang waktu dan membuatku berubah pikiran.” “Baik,” Leary mengangguk semangat, matanya bergerak cepat berbinar senang, Leary melongok isi etalase yang di penuhi banyak jenis kue dan cake lezat, bibir Leary terkunci rapat, anak itu kebingungan harus memilih yang mana. Leary mengangkat kepalanya dan kembali melihat Ferez, “Ferez, kepalaku pusing” tawa Leary terlihat malu. “Kenapa?” “Semua kuenya terlihat cantik dan Lezat. Ferez saja yang pilih aku bingung.” “Jangan biasakan dirimu dengan kehidupan susah,” kritik Ferez sedikit mencebik, dengan cepat anak itu segera memilih sebuah black forest dan pavlova. “Ayo kita tunggu di sana.” Leary berlari melompat berantusias, anak itu tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya malam ini setelah seharian bersedih dengan perasaannya. Keceriaan dan senyuman lebar Leary tidak meluntur dari bibir mungilnya, anak itu bersikap seperti anak seusianya yang penuh keceriaan menikmati waktunya tanpa sebuah beban apapun di hatinya. Leary merangkak naik ke kursi, kepalanya tidak berhenti bergerak ke sana-kemari menunggu kedatangan seseorang yang mengantarkan kue yang di pilih Ferez. “Kau tidak akan menangis lagi kan?” tanya Ferez dengan tangan terkepal menopang dagunya memperhatikan perubahan sikap Leary yang tidak seperti biasanya hanya karena dia membelikan kue, sikapnya langsung berubah seperti anak kelinci yang sedang belajar berlari. Ferez tidak merasakan perasaan apapun, namun dia lebih suka melihat Leary yang tersenyum lebar di bandingkan menangis. Perhatian Leary langsung tertuju kepada Ferez. “Ya, aku tidak akan menangis karena hatiku sangat senang berkat Ferez,” seru Leary menggebu. “Ferez yang terbaik, benar-benar terbaik, terima kasih Ferez.” Bibir Ferez sedikit berkedut tidak dapat menahan senyumannya, Ferez menegakan tubuhnya dan bersedekap sombong. “Kau baru tahu ya? Aku memang yang terbaik.” Leary mengangguk tanpa keraguan, “Benar, Ferez yang terbaik. Aku senang berteman dengan Ferez.” Tidak berapa lama seorang pelayan toko datang membawa troli, dia meletakan kue yang di pesan di atas meja bersama alat makan dan juga teh hijau yang menjadi teman makan mereka. Tangan mungil Leary bertaut dengan kuat, anak itu menatap takjub cake di hadapannya yang terlihat indah dan besar, sangat sayang bila sebuah pisau merusaknya. “Ehm, anu Ferez. Jika tidak habis, apa aku boleh membungkusnya?” tanya Leary penuh harap. “Ambil saja,” jawaban Ferez di sambut oleh tepuk tangan senang Leary. Ferez mengambil pisau dan memotong cake itu, lalu memberikan bagian besar terlebih dahulu kepada Leary. Leary memakannya dengan lahap, beberapa kali dia menjilati tangannya karena terkena cream. Mulut Leary tidak berhenti mengunyah, dia terlihat sangat bahagia dengan makanan manis yang jarang di temuinya. Semakin Ferez melihat Leary, semakin Ferez tidak menemukan sedikitpun kemiripan anak itu dengan Petri. Sikap Leary tidak mencerminkan sediktpun anak-anak bangsawan pada umumnya. “Ferez, kenapa Ferez sangat baik kepadaku?” tanya Leary dengan mulut mengunyah, kakinya di bawah meja tidak dapat berhenti bergerak karena senang. Sejak hari pertama ke London hingga sekarang, mungkin saat ini adalah makanan terbaik yang Leary makan karena menyantapnya penuh dengan kebahagiaan tanpa beban dan tanpa rasa tertekan. “Aku tidak baik, aku hanya kasihan padamu.” Sangkal Ferez dengan tegas, “Saat melihatmu, aku selalu teringat dengan kelinci kecil yang sering ku buru di hutan, aku selalu menahan diri untuk menembaknya karena sedikit kasihan dan ingin bermain-main sebentar.” Leary tersenyum lebar, “Baiklah, terima kasih Ferez.” Kening Ferez mengerut samar, padahal dia sudah berbicara sedikit kasar, namun Leary malah berterima kasih kepadanya. “Kenapa kau berterima kasih?” “Karena Ferez sangat baik kepadaku, aku bersyukur bertemu Ferez.” Mendadak Ferez kehilangan selera makannya, anak itu termenung memikirkan perkataan Leary yang sudah membuat perasaannya tidak nyaman. Jika orang seperti dia di anggap baik, lantas seperti apa keluarganya?. Ferez menatap Leary dengan serius, pikirannya memaksa Ferez untuk melihat Leary seperti hewan peliharaan yang tengah dia beri makan dan sekadar menjadi teman bermainnya yang sedikit kesepian. Ferez tidak ingin terikat lebih jauh meski itu sebuah pertemanan dengan mahluk berjenis perempuan. “Ferez kenapa diam saja?” Ferez menggeleng samar mengembalikan kesadarannya lagi, “Ada apa denganmu?” decih Ferez dengan kesal melihat wajah Leary di penuhi cream yang menempel. “Apa?” Tangan Ferez menjangkau wajah Leary dan mengusap pipinya. Tubuh Ferez menegang kaget, untuk pertama kalinya dia menyentuh pipi lembut Leary, pipi Leary sangat mirip dengan anak macan peliharaannya. Usapan Ferez berhenti, namun anak itu mencubitnya dengan keras dan memainkannya. “Ferez.. sakit,” rintih Leary mendorong tangan Ferez untuk melepaskannya. Dengan cepat Ferez kembali duduk, anak itu terlihat sedikit malu sudah bersikap kekanak-kanakan dan tidak seperti biasanya. “Petri, kenapa kau memanggilnya tuan? Apa dia bukan saudaramu?” Tanya Ferez tiba-tiba. Leary mengerjap sedih dengan kepala tertunduk. “Burka bilang tuan Petri kakakku, namun tuan tidak mengizinkan aku memanggilnya kakak.” Ferez kembali memakan kuenya, dia tidak lagi bertanya karena kini dia mulai mengetahui benang merah kesedihan Leary. *** Hari kompetisi acara sekolah di mulai, anak-anak sekolah terlihat cukup berantusias karena kompetisi menyenangkan ini hanya terjadi satu tahun sekali dan terjadi menjelang liburan musim panas. Petri terlihat cukup percaya diri setelah banyak berlatih dengan giat, dia akan segera mendaftarkan diri untuk mengikuti kompetisi memanah yang akan segera di gelar dua jam lagi. Petri mungusap panahan pemberian Darrel dengan bangga, dia akan memenangkan kompetisi tahunan seperti biasa. Itulah tekadnya. Bayangan seseorang yang berdiri di samping Petri membuat anak itu mengangkat wajahnya, Petri berekspresi tidak bersahabat seketika begitu melihat Ferez yang menghampirinya. “Apa memanah itu kemampuanmu?” tanya Ferez dengan dingin. “Kau akan melihatnya nanti.” “Adikmu sangat lucu, aku menyukainya,” ungkap Ferez tanpa basa-basi. Seketika Petri berdiri, suasana mencekam penuh permusuhan langsung di rasakan di sekitar mereka. Rahang Petri mengetat, “Jaga ucapanmu,” geram Petri marah. Petri tidak akan membiarkan Ellis mengenal apalagi berteman dengan anak seperti Ferez yang aneh dan terlihat tidak normal. “Ayo berkompetisi denganku” tantang Ferez tidak menghiraukan kemarahan Petri. “Kita akan berkompetisi memanah, jika skorku yang paling tinggi, aku akan menemui adikmu kapanpun aku mau.” “Berani-beraninya kau!” Petri merangsek kerah baju Ferez, kesombongan Ferez benar-benar membuat Petri marah dan muak. “Tidak akan aku biarkan kau menyentuh adikku.” “Maka menangkan kompetisi itu dan kalahkan aku.” Ferez mengedikan bahunya tampak acuh, dengan satu dorongan dia mendorong Petri untuk mundur. Ferez mengusap bahunya yang sudah di sentuh Petri seperti menyingkirkan debu, anak itu segera berbalik dengan senyuman merendahkan penuh kesombongan. “Jika kau tidak mau bertanding denganku, tidak masalah. Aku bisa menemui adikmu setiap malam,” ucap Ferez sebelum pergi. Dada Petri bergerak naik turun, anak itu terlihat sangat marah dan terpengaruhi oleh ucapan Ferez yang sudah menantang dan mempermainkan dirinya. Petri tidak pernah melarang Ellis bergaul dengan siapapun, namun Ferez adalah anak yang tidak sukai Petri. Keberadaan Ferez selalu membuat Petri merasa terganggu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD