Rhea 27

1464 Words
Drian tidak mengerti. Ada begitu banyak pertanyaan yang diawali dengan kata kenapa dalam benaknya. Kenapa Rhea membohonginya? Drian benar-benar merasa seperti orang tua yang sedang kecolongan karena anak yang selama ini ia pikir belajar dengan benar justru hanya datang untuk meletakkan tas dan juga buku-bukunya saja di tempat les. Kenapa Rhea meminta Zaki untuk menemaninya saat dia punya Adrian Russel? Rhea Davina tidak pernah tertarik untuk bicara dengan Zaki selama ini. Kemudian, kenapa Rhea mempermainkan guru-gurunya? Sekarang kertas soal yang didapatkan Drian sore ini berada tepat di depan Rhea. Dan karena Zaki duduk tepat di samping gadis itu, dia juga bisa melihat dengan jelas bagaimana menyedihkannya Rhea Davina soal pengetahuan umum. Hanya saja saat Zaki terlalu fokus pada kertas di depannya, Rhea justru melakukan hal sebaliknya. Sayang sekali bagi gadis itu karena malaikat pelindungnya sudah tidur sehingga mau tidak mau Rhea harus menghadapi semuanya sendiri. “Kamu bukan tukang bolos, Rhe. Kamu cuma tukang tidur.” Rhea pun tau hal itu. Hanya saja sebenarnya les hanya alasan. Rhea bukan orang yang akan merepotkan diri sendiri dengan mengikuti kursus apa pun. Rhea tidak datang ke tempat yang dipimpin oleh Kak Dewi untuk menuntut ilmu melainkan untuk menjauhkan diri dari Om Drian. Dari pria yang dari mulutnya Rhea pernah terdengar seperti pencuri. Kenapa Om Zaki? Karena Rhea punya sedikit rasa takut dalam hatinya. Walau bagaimana pun, ia berada di masa depan dan jika hal-hal buruk terjadi padanya, hal tersebut hanya akan merugikan dirinya sendiri. Dan hanya Om Zaki yang ia kenal dengan baik di tempat ini. Senyum yang muncul di bibir Rhea saat Om Zaki duduk bersamanya beberapa menit yang lalu tidak lagi keluar saat Om Drian terus saja memaksakan pertanyaan yang enggan Rhea jawab. Rhea menahan semuanya selama ini dengan baik. Dan ia hanya akan melakukan hal yang sama sampai seterusnya. Sampai semuanya kembali normal. Rhea bukan yang sama sekali tidak menyukai kebersaaannya dengan Om Drian. Pria itu baik dan mengurusnya dengan baik pula. Masalah Rhea dengan Om Drian tidak lebih dari satu kalimat yang pernah keluar dari mulut pria itu saja. Dan hal itu pun tidak meninggalkan sakit hati melainkan kesadaran diri. Tidak lebih dari itu. Rhea bukan orang yang rumit karena ia sendiri paham bagaimana kewalahannya dirinya karena hal-hal rumit. Dan jika ia mengakui hal ini, Rhea justru akan berada dalam kerumitan yang sebenarnya. Om Drian bisa berpikir Rhea cemburu, beliau juga bisa berubah sikapnya dan Rhea tidak tau harus bersikap seperti apa karena kenyataannya semua hal dalam hidupnya ditanggung oleh Om Drian. Bahkan cacing di perut Rhea saja dipenuhi kebutuhannya oleh Papanya Ale ini. “Kamu bener-bener ga mau bicara Rhe?” “Yan,” tegur Zaki karena nada yang temannya gunakan barusan sudah keterlaluan. Zaki rasa ia sudah mengenal Rhea meski belum keseluruhan. Tapi pria itu tau dengan jelas bahwa Rhea adalah gadis manja yang tidak pernah dimarahi oleh kedua orang tuanya. Drian harus memaklumi juga mengingat latar waktu Rhea berasal. Dia hanya seorang remaja yang sedang beranjak dewasa saat ini. Lagi pula Zaki yang menemani Rhea dan dia sama sekali tidak macam-macam. Yang ada di kepala Rhea saat ini adalah main, makan, nonton dan balik lagi ke main. Dan yang paling penting kenapa Zaki menegur temannya adalah karena suara Papanya Ale terlalu nyaring sehingga bisa saja membangunkan bayi itu. “Lo bikin istri lo sendiri takut,” ucap Zaki pada Drian yang sama sekali tidak melepaskan matanya dari Rhea yang justru menyembunyikan wajah dengan cara menunduk. “Lo juga harus ingat kalo istri lo tidak sedang jadi istri lo,” tambah Zaki yang ternyata bisa membuat Drian sedikit rileks. Buktinya sekarang pria itu melemparkan punggungnya ke sandaran sora dan memejamkan matanya. Tangan kanan sahabat baiknya Zaki itu berada di pangkal hidung untuk memberi pijatan pada dirinya sendiri. “Lo yang jelasin, Ki! Kenapa lo kelayapan sama istri gue yang tidak sedang jadi istri gue ini padahal harusnya lo deketin sepupu gue?” “Karena Rhea ga mungkin hubungin elo yang sedang nyari nafkah.” “Wah ketahuan banget bohongnya,” sambar Drian langsung. “Rhea cuma bolos beberapa kali-” Zaki merasa ia salah jika mengacu pada ekspresi yang Drian tampilkan saat dia mengucapkan beberapa kali. “Oke mungkin banyak kali, tapi yang sama gue cuma beberapa kali. Lo pikir apa yang harus gue lakuin saat dia minta temenin main, minta dibeliin makan atau nonton? Saat gue tau kalo dia bakal bohongin elo? Kalo dia kenapa-napa yang rugi siapa?” “Dan tolong ingat kalo yang lo hadapin sekarang bukan Mamanya Ale. Kita dulu juga suka bolos, Yan,” ucap Zaki mengingatkan bagaimana mereka juga bukan siswa teladan. “Dan yang paling penting adalah Rhea yang ini tidak merasa pernah nikah sama lo. Tidak merasa bahwa dirinya istri lo dan gue paham banget kenapa dia ga bisa bergantung seratus persen sama lo saat selama hidupnya dia cuma mengandalkan orang tua nya aja.” Drian mendesah kemudian memijit jidatnya dengan kedua pangkal telapak tangan. Dengan kedua mata terpejam karena sedang menikmati tekanan yang diberikan oleh pangkal telapak tangannya itu, Drian menyuruh Rhea tidur. “Kalau kamu masih ga mau menjelaskan apa-apa mending masuk ke dalam kamar kamu!” “Sekarang giliran gue, lo boleh ngamuk sepuas lo. Tapi jangan nonjok muka gue karena besok ada janji sama Audi.” Tapi Drian tidak merespon kalimat Zaki dengan sepatah kata pun. Hanya lemparan bantal Sofa saja yang menumbuk muka teman baiknya Drian itu. Setidaknya demikian Zaki melabeli dirinya. Teman baik Adrian Russel. “Manda masuk rumah sakit?” tanya Zaki yang sudah mendudukkan dirinya di samping Drian. “Kok gue ga tau?” “Lo ga kedengeran kaya orang yang ga tau, tuh!” “Kalau Rhea ga cerita, gue ga bakal tau. Gue ga merasa pernah buat salah sama Manda sampai dia ga cerita apapun yang dia alamin sama gue.” Zaki menunjukkan ponselnya, menunjukkan kolom chat antara dia dan Manda yang sampai sekarang belum mendapat jawaban dari teman perempuan mereka itu. Rhea cerita ke Zaki? Drian langsung merampas ponsel Zaki untuk memeriksa semua yang Rhea ceritakan padanya. “Karena lo telat nge-chat Manda,” ucap Drian setelah melihat sekilas jam berapa pesan dari Zaki terkirim. Dan ternyata benar seperti yang Zaki ucapkan bahwa mereka tidak terlalu sering keluar dan semua chat dari Rhea pasti selalu berupa permintaan tolong yang khas Rhea sekali. Permintaan-permintaan yang mungkin hanya akan kamu dapatkan dari seorang Rhea Davina Russel yang balik ke wujud remajanya. “Segitu amat ya kalo sama Rhea,” ucap Zaki pada Drian yang menggulir layar ponsel dan membaca semua pesan dengan seksama. “Gue tau kenapa pada akhirnya lo jatuh cinta dan nikahin Rhea tanpa pacaran dulu,” tambahnya. Drian adalah pria yang menyukai jika seseorang bergantung padanya. Dan Rhea jauh lebih pas ketimbang Manda yang mandiri. “Kita tadi juga ngeliat elo sama Manda lunch bareng, tau.” Gerakan jempol Drian berhenti karena kalimat yang satu ini. Kemudian Drian merasakan telapak tangan Zaki pada pundak kirinya. “Lo sadar ga, Yan? Manda itu adalah teman baik kita yang sebelum kalian temenan lagi, kalian pernah pacaran? Makanya, elo yang ketemu dengan Manda meskipun Rhea yang ada di dalam kamar sana ga cemburu tetap aja terasa ga bener. Kenapa gue bilang ga bener? Karena istri lo yang asli cemburuannya udah level dewa. Lo ingat ga dulu waktu lo cuma mau keluar sama gue di malam minggu tapi Rhea curiga kalo kita juga bakal ketemu sama Manda? Dari situ aja sih gue udah tau gimana cemburuannya bini lo. Ya gue ga salahin Rhea yang cemburu tanpa alasan juga sih. Manda bukan cewek sembarangan karena dia justru adalah satu-satunya pacar lo sedangkan Rhea ga berada selama Manda berada di hidup lo.” “Kenapa dia harus cemburu sama Manda yang cuma mantan gue saat dia sendiri udah jadi ibu dari anak gue, Ki?” tanya Drian yang menyuarakan pertanyaan yang berasal jauh dari lubuk hatinya. “Kata Audi yang juga merasa sulit untuk dekat dengan Rhea karena sepupu lo itu dekat dengan Manda sama kaya gue, cemburunya Rhea normal. Bisa dimengerti. Dia cemburu waktu awal-awal nikah karena kalian ga pernah punya hubungan serius. Gimana kalo lo sadar kalo yang lo cinta sebenarnya itu Manda dan bukan dia? Dan sat dia hamil anak lo, pikirannya makin liar. Gimana kalo lo ninggalin dia dan anak kalian yang sedang dikandungnya? Dan setelah Ale lahir, Audi pernah bilang juga Rhea kaya ngalamin baby blues gitu. Cuma dia ga bisa bilang pasti karena katanya dia cuma dokter gigi dan dia juga bukan dokter bini lo. Elo juga ga cerita apa-apa soal bini lo ke Audi, ke keluarga kalian. Elo sama Rhea kaya membangun dunia terpisah sama semua orang sejak kalian menikah. Gue bilang itu bagus sih, tapi kalau bener-bener terisolasi, gimana orang lain bisa tau kalian baik-baik aja atau engga?” Dan kalimat Zaki hari ini benar-benar membuat Drian terdiam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD