Akhirnya aku sampai juga di kantor. Bergegas memasuki ruang kerjaku. Meletakkan tas di atas meja lalu kujatuhkan tubuhku duduk di kursi kerja. Menyandarkan punggungku, dengan mata terpejam, kembali ingatanku berputar pada kejadian beberapa saat yang lalu. Tangan kananku meraba bibir yang tadi dicium oleh Ben. Hanya kecupam singkat bibir Ben yang mendarat di atas permukaan bibirku. Tidak ada lumatan apalagi ciuman penuh nafsu. Tapi sanggup membuat jantungku berdetak semakin cepat. Berusaha menyembunyikan pipiku yang merona dengan segera melarikan diri keluar dari ruang rawat inap Ben. Kembali kurasakan pipiku yang memanas. Kutepuk-tepuk dengan kedua tangan berharap melupakan kejadian memalukan tadi. Tapi ternyata tak bisa karena rasa itu masih menempel di bibirku. Ya, Tuhan! Sadar Sifa. Itu