POV BEN Setelah kepergiannya, senyumku tak henti mengembang di sudut bibirku. Sampai kugelengkan kepala beberapa kali agar bayangannya tak lagi hadir di dalam ingatan. Nyatanya tak bisa. Aku masih saja teringat akan ciuman sekilas yang baru saja aku berikan untuknya. Sebenarnya aku sudah menahan diri untuk tak menyentuhnya sejak insiden sebutir nasi waktu itu. Mungkin baginya hal itu tak ada pengaruh dan tak ada artinya. Lain halnya denganku, di mana begitu tangan lembut itu menyentuh sudut bibirku, begitu saja sanggup membuat tubuhku menegang. Desiran itu menjalar dari mulut sampai ke dasar hatiku. Sifa Ayunda. Sebuah nama dari seorang wanita yang baru beberapa hari kunikahi. Lebih tepatnya adalah pernikahan tersembunyi. Sebenarnya, aku tak ingin menjalani pernikahan seperti ini. Benar-