Paman Ridwan pada akhirnya menurut juga padaku. Membawaku menuju ke apartemen Bara. Sebenarnya aku kasihan kepadanya. Paman Ridwan ini hanyalah orang yang dibayar Ben. Dan seharusnya beliau hanya menurut pada Ben. Jadi aku tak heran jika di wajah Paman Ridwan jelas tersirat kegelisahan. "Kita sudah sampai, Nona." Ucapan Paman Ridwan benar. Kami memang sudah sampai di gedung apartemen Bara. Bahkan kini Paman Ridwan telah memasuki basemant dan menghentikan mobilnya di sana. "Saya akan menunggu Nona di sini." Paman Ridwan kembali berucap. Aku mengangguk, meski tak yakin apakah aku akan lama atau tidak di dalam sana nanti, karena tak yakin juga jika Bara ada di dalam apartemen miliknya. "Eum ... Paman sebaiknya tidak perlu menungguku. Karena aku tidak tahu apakah akan lama atau tidak na