Belenggu 14

1723 Words
Dokter menganjurkan Lizzie untuk menjalani istirahat total. Sebagai suami Negan sangat memperhatikan Lizzie. Memenuhi segala kebutuhan wanita itu. Namun, perhatian yang di dapatkannya dari Negan membuatnya terkekang tak bebas. Pria itu lebih menghabiskan banyak waktu bersamanya di rumah. Mengerjakan pekerjaannya dari rumah. Itu membuat Lizzie tidak dapat bebas menghubungi Daryl. Dia sangat merindukan pria itu. Pikirannya berkecamuk, memikirkan bagaimana kabar Daryl dan bagaimana hasil kandungan Enid. Sampai saat ini Lizzie belum mengetahui secuil pun tentang itu. “Sayang kau sedang memikirkan sesuatu?” tanya Negan melihat Lizzie melamun. Lizzie menggelengkan kepala dengan kuat. “tidak,” balas Lizzie menyungingkan senyum untuk Negan di meja kerjanya. “Dari tadi aku memperhatikanmu melamun.” Negan menghampiri Lizzie di ranjang. "Ada yang menganggu pikiranmu?" tanya Negan lagi. “Aku sedang membayangkan keluarga kita lengkap. Ada kamu, mama dan calon bayi kita ini,” ujar Lizzie menyentuh perutnya. “Dan itu tampak sempurna bukan? Akhirnya setelah menunggu sekian lama kita akan memiliki si kecil.” ujar Negan duduk di bibir ranjang. Ia menyentuh perut Lizzie. “Kenapa harus menunggu bertahun untuk ini? Seharusnya kita lakukan sejak dulu,” ujar Lizzie. “Semua punya waktu Lizzie, dan saat ini waktu yang tepat untuk kita.” Negan menyibak rambut Lizzie kebelakang dan mendaratkan kecupan di lengan Lizzie. “Aku mencintaimu,” bisiknya dengan nada parau. Lizzie tersenyum, “Kata dokter untuk sementara kita tidak dapat melakukannya,” Negan tertawa kecil, “aku tidak berniat melakukannya, kau selalu salah tangkap dengan kata aku mencintaimu,” ujar Negan di sela-sela tawanya. “Karena biasanya kata itu seperti pintu untukmu memiliku,” ujar Lizzie ikut tertawa. “Astaga.” Negan terbahak. “Aku akan menjaga diriku, aku tidak akan menyentuhmu sampai waktu yang ditentukan dokter. Untuk saat ini aku lebih memikirkan, bagaimana supaya kamu santai, nyaman dan jauh dari kata stres dan apa yang kita harapkan terwujud.” ujar Negan. Lizzie mengulum senyum menjatuhkan kepalanya di d**a Negan. “Terima kasih sudah sangat perhatian padaku, tetapi Negan aku tidak apa-apa kau tinggal di rumah. Jangan sampai pekerjaanmu terbengkalai karena aku,” ujar Lizzie. “Pekerjaanku aman-aman saja. Bagiku menjagamu saat ini adalah prioritas.” balas Negan membelai lembaran rambut Lizzie. Lizzie menarik sudut bibirnya dalam pelukan Negan, kesal mendengarnya. Ia sangat berharap pria ini pergi meninggalkannya, supaya ia memiliki waktu untuk menghubungi Daryl. “Negan,” Nyonya Materson memanggil putranya dari pintu. “Iya Ma,” “Hari ini kau tidak ke kantor?” Nyonya Materson menghampiri. “Aku bekerja dari rumah,” “Aku sudah memintanya pergi ke kantor Ma, tetapi Negan tidak ingin pergi.” ujar Lizzie mengadu, ia tak ingin ibu mertuanya menggerutu padanya. “Kalau memang tidak ada pekerjaan yang mendesak ya tidak apa-apa, biarkan dia menjagamu.” ujar nyonya Materson. "Kau dengar itu?" Negan menimpali. "Aku akan menjagamu," sambung Negan memperhatikan istrinya. Lizzie menganggukkan kepalanya. “Mama ada kegiatan sosial di luar hari ini. Andai saja kau sudah bisa ikut,” ujar nyonya Materson terhadap Lizzie. “Maafkan aku Ma tapi, dokter belum memperbolehkan aku melakukan aktivitas di luar rumah,” ujar Lizzie memasang raut sedih. Seperti ia pernah menginginkan berdua dengan ibu mertuanya. “Tidak apa-apa masih banyak waktu untuk pergi bersama. Kau harus bergabung dengan kumpulan ibu-ibu sosialita mama.” ujar nyonya Materson. "sudah saatnya kau dikenal banyak orang lewat kegiatan itu. Jangan menghabiskan waktu percuma. Bergabung dengan mereka dan melakukan kegiatan yang bermanfaat itu lebih berharga ketimbang keluar masuk salon dan berbelanja." ujar ibu mertuanya. Dan seperti biasanya Lizzie selalu sakit hati mendengar sindiran mertuanya, sementara Nyonya Materson tidak sengaja menyinggung kebiasaan Lizzie yang lebih banyak menghabiskan waktunya berbelanja dan merawat diri di salon kecantikan. Nyonya Materson berharap menantunya melakukan kegiatan kebajikan seperti yang dilakukannya bersama teman-temannya. “Iya ma,” balas Lizzie menyunggingkan senyum untuk sang mertua dan itu tidak tulus. "Lizzie akan bergabung kalau sudah siap Ma. Biarkan dia melakukan apa yang menurutnya membuatnya bahagia. Tidak mudah untuk bergabung dengan kelompok mama." ujar Negan. "Eh ..., bukan tidak mudah tapi Lizzie sepertinya memang tidak tertarik," ujar Nyonya Materson berdecak melihat putranya. "Aku akan bergabung Ma, setelah semuanya berjalan lancar. Selama ini aku tidak ikut bergabung untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan orang tentang anak. Aku bosan mendengarnya, tetapi itu tidak lagi jadi alasan kalau aku sudah memiliki anak. Iya kan Negan?" tanya Lizzie melihat suaminya. "Iya aku setuju, Lizzie benar terkadang bosan mendengar pertanyaan yang sama dari mulut orang yang sama. Lagipula aku lebih suka Lizzie tinggal dirumah. Untuk melakukan bakti sosial bisa kita lanjutkan seperti biasa. Menjadi donatur untuk panti." ujar Negan memberikan pendapatnya. Nyonya Materson berdecak, tetapi tidak lagi ingin memperpanjang obrolan itu. “Ya sudah mama pergi ya,” pamit Nyonya Materson. “Mama mengemudi sendiri?” tanya Negan sebelum ibunya pergi. “Aku diantar sopir,” jawab nyonya Materson keluar dari kamar serta menutup pintu di belakangnya. "Maaf ya Lizzie, mama memang selalu begitu," ujar Negan melihat perubahan mikik wajah istrinya seperginya ny. Materson. "Tidak apa-apa, lagipula apa kata mama benar. Mungkin Mama sangat ingin aku berada bersamanya saats semua teman-teman mama bersama menantu mereka." ujar Lizzie. "Benarkah? Tapi, kau tidak akan kemana-mana sebelum bayi kita lahir," "Aku belum dinyatakan hamil Negan ...," "Kau pasti hamil." balas Negan mencium kening istrinya.“Kau ingin sesuatu?” tanya Negan. “Aku ingin istirahat, kau bisa kembali bekerja,” Lizzie membaringkan tubuhnya di atas ranjang. “Baiklah, panggil aku kalau kau menginginkan sesuatu,” “Umm,” gumam Lizzie singkat. Negan kembali ke meja kerjanya, menyibukkan diri dengan bekerja sesekali mengawasi Lizzie di atas ranjang dari meja kerjanya. Ditempat lain Daryl tampak uring-uringan menunggu telepon dari Lizzie. Kesana-kemari seperti setrikaan, membuat istirahat Enid terganggu. “Bisakan kau berhenti kesana kemari? Aku pusing melihatmu.” ujar Enid dari tempat tidurnya. Daryl membuang nafasnya kasar, melempar ponselnya diatas sofa. Dan ia sendiri menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. “Kenapa tidak menemuinya saja?” tanya Enid. “Supaya apa? Aku tidak ingin dia berada dalam masalah,” “Kalau begitu berhenti memikirkannya,” sahut Enid. “Kau pikir itu mudah,” Enid mencibirkan bibirnya, “kau mengencani milik orang seharusnya paham,” gumamnya sangat lirih tetapi masih dapat menembus pendengaran tajam Daryl, hingga pria itu menoleh padanya dengan mata yang tajam. “Aku mengatakan yang sebenarnya, kau akan dimakan rasa sakit hati setiap saatnya.” lanjut Enid. “Aku tidak mengizinkanmu untuk mengomentari masalah hubungan kami. Kau dia saja.” tegas Daryl. “Daryl,” panggil Enid setelah mereka terdiam dalam waktu yang lama. “Aku ingin minum, bisakah kau membantuku?” tanya Enid. Dia merasa haus dan sekalian ingin mengganggu Daryl yang sejak tadi berdecak-decak di sofa. Daryl bangun dari sofa berjalan menuju pintu keluar, “sekalian bawakan aku buah, kau tahu kan. Calon ibu hamil harus sehat.” ujar Enid tanpa melihat Daryl yang kini mengernyitkan kening pada gadis itu. “Baiklah,” ujar Daryl lalu keluar dari kamar. Enid tersenyum puas. Ia turun dari ranjang berjalan menuju dinding kaca menyibak gorden untuk dapat menikmati birunya air kolam renang. Enid menatap lurus keluar melipat kedua lengan di depan dadanya. Tidak lama kemudian Daryl masuk membawakan pesanan Enid diatas nampan. Bermacam potongan buah dan segelas air mineral. “Kenapa kau turun dari tempat tidurmu?” tanya Daryl meletakkan baki di atas meja. “Aku bosan berbaring terus, tubuhku bisa busuk nanti.” balas Enid memutar tubuhnya melihat Daryl. “kau mengerti kan maksud aku?” “Minumlah,” Ia merasa ucapan Enid ada benarnya. Enid menghampiri, mengambil gelas minumnya lalu meneguk isinya hingga tandas. Ia juga mengambil potongan buah segar dan menikmatinya. “Aku penasaran bagaimana kau bertemu dengan Lizzie?” tanya Enid di sofa. “Untuk apa kau mengetahuinya,” “Aku hanya bosan dan diantara kita tidak ada hal yang menarik untuk dilakukan. Mendengar kisah kalian sepertinya menyenangkan. Seorang pria dewasa jatuh cinta dengan wanita bersuami. Apa pertemuan kalian cinta pertama? Bagaimana kau tertarik dengan Lizzie yang notabenenya sudah bersuami, membayangkan dia berada dalam pelukan pria lain kau pasti seperti menahan diri dari kematian. Percayalah cemburu itu sangat menyiksa. Apa Lizzie seperti bidadari saat pertama kali kau melihatnya?" tanya Enid heran. Daryl menarik sudut bibirnya masih sangat jelas bagaimana ia bertemu dengan Lizzie. Mereka satu kampus dengan berbeda jurusan. Daryl menemukan earphone dan sebuah alat rekaman berbentuk pena. Daryl membawanya ke bagian penjaga perpustakaan dan meminta penjaga perpustakaan memeriksa cctv. Hari itu Daryl menunggu gadis itu kembali ke perpustakaan tetapi tak kunjung datang. Daryl menitipkan kartu namanya pada penjaga perpustakaan supaya pemilik earphone menghubunginya. Keesokan harinya Daryl menerima telepon dari nomor yang tak ia kenal, buru-buru Daryl menerimanya. Dan itu Lizzie pemilik earphone. Perkenalan pertama mereka lewat telepon. Dan sebagai kesepakatan mereka Daryl menemui Lizzie di sebuah kafe untuk mengembalikan alat rekam dan earphone Lizzie. Daryl benar-benar terpesona dengan Lizzie yang begitu memesona saat itu. Dari perkenalan itu Ia berusaha terus menerus menyapa Lizzie lewat pesan atau telepon. Tiga bulan mendekati Lizzie dengan segala cara, akhirnya Daryl dapat memenangkan hati Lizzie. Mereka berkencan sebagai pasangan kekasih. Tanpa Daryl ketahui Lizzie juga tengah mendekati Negan, anak seorang pebisnis di kampus mereka. Di belakang Daryl, Lizzie diam-diam berkencan dengan Negan, hingga suatu hari Daryl mengetahuinya. Pria itu murka atas pengkhianatan Lizzie, ia hendak menemui Negan untuk menghancurkan pria yang merebut hati kekasihnya. Akan tetapi, Lizzie berhasil menenangkan Daryl setelah mengakui rencana Lizzie terhadap Negan. Daryl mengedikkan bahunya, “Kisah cinta kami tidak terlalu menarik untuk diceritakan,” ujar Daryl. “Seharusnya itu menarik,” Enid mengambil buah dan memakannya. “maksudku bagaimana kau selalu patuh pada Lizzie. Itu konyol. Kau begitu takluk dengannya.” “Apapun untuk kebahagiaannya aku akan berkorban,” “Omong kosong. Kau tidak perlu peduli kebahagian orang yang tidak menghargaimu,” sahut Enid. “Dengar, aku pikir kau hanya diperlukan untuk mainan,” sambung Enid. “Lizzie tidak membutuhkanmu, dia sudah dimiliki pria lain. Percaya dengan ucapanku, kau yang sangat ketergantungan padanya.” lanjut Enid mencoba memprovokasi Daryl. Daryl tersenyum simpul. “kau tidak tahu apa-apa gadis kecil,” ujar Daryl. Namun, jauh dalam hatinya ia memikirkan ucapan Enid. Bahwa dialah yang sangat membutuhkan Lizzie. Dalam hubungan mereka dia yang paling menginginkan Lizzie, tidak saling membutuhkan. “Kau pria sad sejak dini dan suami Lizzie pemenangnya. Dan dengan bodohnya kau membantu Lizzie dalam segala hal. Kau bahkan menanam benih pria itu di dalam rahimku. Dasar bodoh,” ujar Enid dan sengaja melirih pada akhir kata. Berharap Daryl tidak mendengar hinaan kecilnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD