# Helena merasa tubuhnya seakan mati rasa berbarengan dengan rasa lega ketika suara tangisan bayi terdengar menggema di ruang bersalin. "Selamat Nyonya. Anaknya laki-laki." Seketika itu air mata memenuhi wajah Helena bersamaan dengan ribuan jarum yang terasa seakan menusuk jantungnya saat ini. Dia terharu namun juga patah hati dalam artian yang sebenar-benarnya. Perasaannya campur aduk. Pada akhirnya dirinya melahirkan anak laki-laki pria lain dan bukan Lucian. Pada akhirnya dia menjadi istri pria lain dan bukan Lucian. Jadi, apa gunanya semua janji mereka dulu? Apa gunanya dia menjaga perasaannya selama ini? Jika memang sudah tidak ada harapan lagi, mengapa dia harus merasa begini menderita? Kenapa? "Anak Anda tampan sekali Nyonya. Sangat mirip dengan anda." Perawat mendekat