Bab 3: Gadis Misterius

1383 Words
Calvin menghela nafasnya lelah, sudah hampir seharian dia berjalan namun tak menemukan jalan keluar dari hutan dan justru hanya kembali ke tempat yang sama. Sial, hutan apa ini? Pikirnya. Calvin menyeka keringatnya, meski udara cukup dingin dan lembab tapi karena Calvin tak diam dan mencari jalan keluar membuatnya lelah dan berkeringat. Kakinya juga sudah terasa sakit karena tak memakai alas, si Roxy bahkan tak memberinya sekedar sandal untuknya. Cih, memang itu tujuannya, bukan? Membuatnya menderita, bahkan mati di makan hewan buas. Beruntung sejak tadi Calvin belum melihat hewan buas. Sekarang bagaimana? Hari semakin sore, dan dia juga kelaparan. Roxy sialan, sepanjang jalan Calvin hanya mengeluh dan mengumpati Roxy. Kalau nanti dia selamat dan keluar dari hutan ini akan dia kejar Roxy dan melenyapkannya dengan tangannya sendiri. "Brengsek." Calvin menepuk tangannya yang terkena gigitan nyamuk, badannya juga sudah mulai gatal karena keringat. "Aku harus terus bergerak, kalau tidak aku akan terjebak dalam gelapnya malam, dan semakin kesulitan untuk keluar." Calvin pergi ke arah berlawanan dari tempat dia datang dan kembali meninggalkan jejak, agar dia tahu jalan mana yang sudah dia lewati. "Ku harap Grandpa, dan Grandma mencariku, ah sial, ini gara- gara daddy, kalau saja dia tidak mengirimku ke Indonesia, pasti aku tidak akan bertemu Roxy dan mengalami kesialan ini." Saat hari semakin petang, Calvin sudah mulai lelah, rasa laparnya juga tak tertahan, saat itu dia melihat dari kejauhan asap yang mengepul. "Ada asap, bukankah itu berarti ada orang," ucapnya antusias, Calvin mendadak bersemangat dan berjalan cepat ke arah asap yang mengepul tersebut. Namun baru saja beberapa langkah, Calvin dibuat membeku saat mendengar suara geraman di belakangnya. "A-apa itu, ha-harimau?" bisiknya pelan. Terdengar suara geraman tersebut semakin dekat hingga Calvin berlari sekencang- kencangnya. "Ya, Tuhan. Tolong aku!" Calvin bergumam pada diri sendiri, berharap harimau di belakang sana tak mengejarnya, sampai- sampai kata Tuhan yang sudah dia lupakan beberapa tahun ini, mendadak keluar dari mulutnya. "Ya, Tuhan kalau aku selamat, aku akan bertobat dan tidak akan celup terongku kesana kemari." Calvin berlari sangat kencang tak peduli kakinya tergores ranting yang dia injak, jangan sampai dia mati di makan hewan buas seperti keinginan Roxy. Atau jika tidak ... Akh ... Karena tak memperhatikan langkahnya Calvin jatuh terguling, dan ... Bugh. Kepalanya terbentur akar pohon besar hingga membuatnya tak sadarkan diri. Ugh ... Calvin melenguh merasakan seluruh tubuhnya terasa sakit, tubuhnya sangat lemas karena kelaparan, sayup- sayup dia dengar orang bicara, suaranya sangat lembut seperti suara mommynya, mungkinkah dia sudah pulang. Daddynya menemukannya "Mom," gumamnya. Ada perasaan lega saat berpikir dia sudah pulang dan tidur di kasur empuk miliknya, Calvin masih enggan membuka mata, namun tangannya meraba sisi tempat tidurnya ... Keras? Tidak, ini bukan kasur empuk di rumahnya di Amerika, atau di rumah Grandma nya di Jakarta. "Kau bisa mendengar suaraku?" tapi, suara itu jelas terdengar, jika bukan mommynya siapa lagi? Suaranya lembut dan hangat. Calvin mengerjapkan matanya, lalu membuka sempurna, hingga dia bisa melihat seseorang melihat ke arahnya. Akh ... Calvin bangun dengan ketakutan saat melihat seorang wanita mengeryit memperhatikannya. "Si-siapa kau?" "Harusnya, aku yang bertanya, siapa kau? Kenapa bisa masuk hutan." gadis itu melihat penampilan Calvin dari atas ke bawah, membuat Calvin merapatkan tubuhnya, dengan memeluk dirinya. "Apa yang kau lihat!" serunya tajam. Tak mau kalah Calvin juga melihat gadis itu dari atas ke bawah dengan tatapan meremehkan. Gadis itu sangat kumal dengan pakaian yang sudah pudar, lalu wajahnya juga penuh kotoran. Cih, dia sama saja dengannya, kenapa harus menatapnya seperti dia kotoran? Padahal mereka sama- sama kotor. "Tidak ada, hanya aneh saja ada bule nyasar ke hutan dengan pakaian seperti itu," tunjuknya pada tubuh Calvin. Lain halnya dengan Calvin yang berpikiran buruk, gadis itu hanya melihat Calvin dengan aneh, bagaimana bisa bule itu masuk hutan hanya dengan memakai bokser dan kaos singlet saja. "A- aku tersesat!" katanya masih dengan nada tajam. Bagaimana mungkin dia mengatakan kalau dia sengaja di buang seseorang ke dalam hutan. Gadis itu mengangguk lalu meletakkan sebuah mangkuk di dekat kaki Calvin. "Apa itu?" Calvin menarik kakinya saat gadis itu akan mengoleskan sesuatu di mangkuk tersebut ke kakinya. "Obat, kakimu terluka," tunjuknya pada kaki Calvin. Dan saat itulah Calvin baru menyadari kalau kakinya penuh dengan goresan bahkan darah sudah mengering disana. "Tunggu, obat apa itu?" tanya Calvin saat gadis itu kembali akan mengoleskan ramuannya. "Ini ramuan herbal, kalau tidak segera di obati kakimu akan infeksi." "Aku, tidak terbiasa dengan yang seperti itu, biar dokter yang menangani." Calvin menjauhkan kakinya kembali, dia tak yakin melihat isi di mangkuk tersebut, itu seperti daun yang di tumbuk hingga hijau kehitaman. "Dokter?" gadis itu tertawa, dan begitu menyebalkan bagi Calvin. "Ini di hutan mister, kau pikir ada dokter yang mau datang kemari?" "Aku tidak mau!" "Terserah kau saja." Gadis itu meletakkan mangkuk ramuannya di atas meja dengan kasar. "Bule, bodoh," gerutunya kesal, sudah bagus dia membantu, "Tahu begitu aku biarkan saja dia tergeletak di hutan terlarang." "Hey, aku mendengarmu yah kau menyebutku bodoh!" seru Calvin tajam. Tapi tiba- tiba ekspresinya berubah "Tadi apa katamu?" tanyanya dengan wajah yang pucat. "Apa?" "Tadi, kau bilang apa, hutan ...?" "Hutan larangan." Calvin mengangguk "Apa itu, hutan larangan?" Gadis itu melipat tangannya di d**a "Hutan larangan, artinya hutan yang dilarang untuk di masuki, semua yang masuk kesana hanya akan berputar- putar tanpa bisa keluar." Calvin tercenung, pantas saja dia seharian hanya berputar- putar dan tak menemukan jalan keluar. "Lalu bagaimana kau bisa menemukan aku?" Gadis itu menyeringai, dan tak menjawab pertanyaan Calvin. "Ka-u bukan siluman kan?" Calvin semakin mengerut di papahan kayu yang tadi di jadikan alas tidurnya. Gadis itu mendengus "Apa aku menapak di tanah?" Calvin melihat ke arah kaki gadis itu, lalu melihat kaki kotornya benar- benar menapak di tanah. "Apa aku punya ekor?" gadis itu berbalik lalu memperlihatkan bagian belakang tubuhnya. Dan Calvin menggeleng. "Aku bertaring?" gadis itu memperlihatkan gigi nya dan Calvin kembali menggeleng. "Itu artinya aku manusia." "Lalu bagaimana kau bisa menemukan aku?" "Jika manusia tidak bisa masuk ke dalam hutan larangan seperti katamu, bukankah tidak mungkin kau juga bisa keluar dari sana?" "Lalu sekarang kita ada dimana?" "Pertanyaan mu banyak sekali," gerutu gadis itu. Calvin berdecak "Baiklah, aku tidak peduli yang lainnya. Sekarang bagaimana aku bisa pergi dan kembali ke kota?" "Kau hanya perlu berjalan 500 km ke arah barat, dan kau akan menemukan perkampungan disana, kalau beruntung kau akan menemukan mobil pertanian yang selalu ke kota di malam hari untuk mengirim hasil kebun." Calvin tercengang "Apa? 500 km?"dari sekian banyak perkataan gadis itu Calvin hanya mencerna jarak antara hutan ke perkampungan. Gadis itu mengangguk. "Sekitar 3 sampai 4 hari perjalanan, itupun kalau kau berjalan cepat. Tapi, bagaimana bisa kau berjalan sejauh itu dengan kaki yang seperti itu," tunjuk gadis itu pada kaki Calvin yang terluka. Calvin mengerjapkan matanya, lalu tatapannya jatuh pada mangkuk ramuan di atas meja "Kau- yakin itu bisa menyembuhkan kaki ku?" "Ya, aku biasa menggunakan ini saat terluka." "Baiklah, kau boleh mengobatiku, tapi dengan persyaratan, kalau kakiku tidak sembuh, kau harus menggendongku hingga menemukan jalan keluar yang berjarak 500 km itu." "Cih," gadis itu berdecih, lalu kembali membawa mangkuk ramuannya ke dekat kaki Calvin "Kalau aku bisa menyembuhkanmu, aku minta 1 juta dolar darimu." Calvin mencibir "Kau tahu mata uang Amerika ya?" Gadis itu menyeringai "Aku tidak terlalu bodoh mister, melihat tampangmu dan cara bicaramu yang sedikit kaku, aku yakin kau bukan orang indonesia asli." Calvin berdecak "Baik, aku akan beri kau 2 juta, asal kau bisa membawaku kembali ke kota." Gadis itu nampak berpikir, "Dua juta, kalau di rupiahkan berapa mister?" tanyanya dengan wajah bodoh. Calvin berdecak "Kau bilang kau tidak bodoh." "Hehe, sebenarnya aku hanya pernah mendengar, kalau mata uang dolar lebih besar, tapi tidak tahu besarnya seberapa." Calvin merasakan kakinya yang di tempeli ramuan hijau itu perih, lalu tak lama terasa dingin. "Sekitar 15 milyar." "Apa!" gadis itu tercengang luar biasa "Li-ma belas- milyar?" gadis itu mengangkat kedua tangannya. "Wah, aku bisa kaya, dan tak perlu tinggal di hutan ini lagi," ucap gadis itu antusias. Calvin mengangguk tak peduli, baginya kehilangan uang dua juta dolar, dia seperti kehilangan uang jajan saja, jadi asalkan dia bisa keluar hutan ini, dia tidak akan menyesal. Tatapan Calvin menajam saat mengingat siapa yang membuatnya masuk ke dalam hutan ini, lihat saja kalau sampai dia benar- benar keluar, dia akan membalas perbuatan Roxy. Calvin kembali melihat pada gadis di depannya, yang kini sedang membalut lukanya dengan kain. "Siapa namamu?" ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD