Bab 4: Singkong Dan Ubi

1256 Words
Calvin nyaris terbahak mendengar nama gadis di depannya, Sumarni. Gadis bernama Sumarni itu memicingkan matanya kesal, "Apa yang salah sama namaku?" Calvin menggeleng "Hanya terdengar aneh." "Aneh menurutmu yang orang bule. Tapi, di negaraku nama itu cukup populer." Calvin mengangguk, lalu Sumarni mendadak diam dan berpikir "Tunggu sebentar, mister." Calvin mengerutkan keningnya "Kau yakin kau punya uang sebanyak itu untuk membayarku?" Calvin tercengang saat pandangan Sumarni begitu meremehkan "Aku tidak yakin kau memiliki uang itu, bagaimana kalau kau menipuku?" "Apa?!" "Aku kan, tidak tahu kau seperti apa. Lagi pula tampangmu tidak seperti orang kaya. Biasanya orang kaya yang tersesat setidaknya berpakaian mahal dan rapi, tapi kau hanya mengenakan itu," tunjuk Sumarni pada tubuh Calvin. Lagi- lagi Calvin merasa terhina, sialan gadis hutan ini, memang dia seperti apa, dia juga jelek dan kotor, berani- beraninya gadis itu menghinanya. "Kau!" "Kalau begitu aku juga tidak mau mengantarmu keluar hutan, kau cari saja jalanmu sendiri." Sumarni beranjak sebab dia sudah selesai mengobati luka Calvin. "Tunggu!" cegahnya "Aku sungguh punya uang, kau tidak mengerti, aku kesini bukan karena kemauanku, sebenarnya aku di culik." Sumarni memicingkan matanya "Kalau begitu kau seorang penjahat?" gadis hutan itu menutup mulutnya dramatis. "Ish." Calvin ingin memukul mulut sialan gadis itu, "Kau tidak tahu, kalau yang biasanya di culik itu orang kaya." Sumarni lagi- lagi nampak berpikir "Benar juga," ucapnya polos. Calvin sungguh ingin menjitak otak bodohnya. Lalu tak lama gadis itu berdecak "Tapi kalau kau orang kaya, harusnya kau dijadikan sandera lalu meminta uang tebusan, tapi kenapa kau di buang ke hutan." "Lebih pantas jika kamu di buang karena orang yang menculikmu memiliki dendam, lalu dia membuangmu ke hutan larangan agar kau mati di makan hewan buas." Skak mat. Calvin menelan ludahnya saat gadis itu bicara dengan tebakan yang benar. Tentu saja Roxy membuangnya karena dendam. "Tidak, jika yang membuangmu tahu aku menyelamatkanmu, aku pasti juga akan di kejar olehnya." "Tidak, tidak aku lebih baik tidak membantumu." kata Sumarni lagi. "Kau." "Jadi, setelah kau sembuh, pergi cari jalan keluar mu sendiri, ya." gadis itu beranjak keluar dari gubuk tersebut entah kemana, dan kini Calvin hanya merengut masam. Sial, sekarang bagaimana? Tak berselang lama, Sumarni kembali dengan kaki memakai alas sendal jepit, sepertinya gadis itu sudah mencuci kaki dan tangannya, dan wajahnya juga sudah bersih. "Tidurlah, mister. Aku sudah mengantuk." lalu sumarni memasuki sebuah pintu yang Calvin kira itu sebuah kamar. "Hey, tunggu?" Sumarni menoleh. "Kau memiliki pakaian?" tanya Calvin. "Tunggu." Sumarni memasuki kamarnya lalu kembali dengan sebuah kaos pria dan sebuah celana. "Ini milik kakekku, tidak tahu muat atau tidak." Calvin mengangguk, lalu Sumarni berniat kembali ke kamarnya. "Tunggu!" "Apa lagi?" Sumarni menoleh dengan mata menatap tajam, menunjukan jika dirinya sangat kesal. "Aku lapar," kata Calvin sambil meringis malu. "Oh, iya, aku lupa." lalu Sumarni berjalan ke arah meja di dekat perapian dan membuka tudung saji. "Ini makanlah." Calvin mengeryit menatap piring yang di sodorkan Sumarni. "Apa ini?" "Ah, aku lupa kau kan bule." Sumarni terkakak "Ini ubi bakar." Calvin mengigit ubi hitam tersebut, lalu dia meludah merasakan pahit di mulutnya. Sumarni tertawa "Bukan begitu cara memakannya, kau harus mengupasnya lebih dulu, dasar bule bodoh." lalu masih dengan tertawa Sumarni memasuki kamarnya. Calvin mengerjapkan matanya seolah tak percaya jika benda hitam itu bisa dia makan, lalu dengan gemetar, pria itu membelah menjadi dua, gumpalan hitam itu, hingga tercium aroma khas dari ubi bakar tersebut dengan warna kuning yang menggugah. "Sepertinya ini tidak buruk." lalu mata Calvin berbinar saat merasakan manis alami dari ubi bakar tersebut. "Lumayan," katanya sambil melahap ubi bakar tersebut. Entah karena sedang lapar atau Calvin memang menikmati ubi bakarnya, pria itu menghabiskan potongan besar itu menyisakan kulitnya yang berwarna hitam akibat di bakar di perapian. *** Calvin mengerjapkan matanya saat mendengar suara- suara berisik, lalu saat matanya terbuka dia melihat Sumarni sedang duduk di depan perapian, sambil memasak air di teko yang sudah hitam, mungkin karena sudah terlalu sering di bakar. "Mister sudah bangun?" "Hm, dimana toiletnya, dia ingin buang air lalu mencuci muka." Calvin mendudukkan dirinya. Sumarni bangkit berdiri "Ayo, ku bantu." Sumarni memapah Calvin menuju belakang gubuk dan menemukan sebuah tempat yang hanya di tutupi dengan kain. "Apa ini?" Calvin menatap air di sebuah tong yang terbuat dari drum bekas. "Kau bisa mencuci mukamu disini. Untuk mandi kau harus ke sungai, jaraknya hanya beberapa meter dari sini." "Lalu kalau aku mau buang air besar?" Sumarni menunjuk kotak kecil di sebelahnya "Astaga," keluh Calvin. Memang apa yang dia harapkan dari gubuk di tengah hutan tersebut. "Dari mana kau mendapat air ini?" tanya Calvin sebelum dia menggunakan air di dalam tong tersebut. "Aku membawanya dari sungai." "Bagaimana bisa kau hidup di tempat seperti ini?" tanya Calvin lagi Sumarni sendiri menunggu Calvin duduk tak jauh dari kakus tersebut, banyak tanya sekali sih bule ini, keluhnya. "Karena keadaan." "Kau tidak mencari pekerjaan di kota?" Calvin tak habis pikir dengan yang di lakukan Sumarni, untuk apa dia masih tinggal di hutan tersebut. "Kau bisa hidup lebih layak," kata Calvin lagi. Sumarni tidak menjawab, hingga Calvin kembali bicara "Kau masih disana?" "Kenapa berisik sih mister, sudah belum?" Calvin mencebik, lalu keluar dengan perlahan karena kakinya yang terluka, dia tak bisa berjalan dengan benar. Sumarni kembali memapah Calvin hingga tiba kembali di papahan kayu yang dia tempati "Tidak ada kasur ya, badanku remuk rasanya tidur di tempat ini," keluh Calvin saat mendudukan dirinya. Sumarni mencebik "Mister kira ini hotel." Sumarni membawa sebuah piring lalu gelas berisi air hangat kepada Calvin "Makan, abis itu minum ramuan obatnya, setelah pulih kamu bisa pergi." Calvin menatap lagi makanan di atas piringnya "Apa lagi ini?" "Singkong rebus." Calvin menghela nafasnya, setidaknya warnanya tidak hitam seperti ubi bakar semalam. "Kamu akan kemana?" tanya Calvin saat melihat Sumarni membawa tas selempang dari kain lalu menggunakan topi dari bahan seperti bambu yang dianyam. "Mencari makanan untuk nanti malam." katanya sambil beranjak pergi. "Lalu bagaimana denganku?" "Mister bisa menunggu disini, aku akan pulang tengah hari nanti." Calvin mengeryit lalu dia mengangguk. Selesai dengan sarapannya Calvin terdiam dan melihat sekitarnya, lama berdiam Calvin merasa bosan, jadi dia memutuskan keluar, karena kakinya yang sakit, geraknya jadi terbatas jadi dengan pelan Calvin keluar dari gubuk lalu memperhatikan sekitarnya. Sepi, dan hanya terdengar suara serangga yang berbunyi nyaring. Benar- benar tak percaya, dia bisa terdampar di tempat tersebut, dan Calvin menjadi bingung harus bagaimana selanjutnya, hanya Sumarni yang tahu jalan keluar dari hutan ini, tapi gadis itu bilang dia tak mau mengantarnya, lalu bagaimana bisa keluar dari hutan tanpa tersesat. Calvin harus membujuk gadis itu agar mau mengantarnya keluar dari hutan ini dan dia segera kembali. Tak terasa Calvin berjalan agak jauh, beruntung dia masih tahu caranya kembali, saat sudah dekat dengan gubuk, dari kejauhan Calvin melihat Sumarni berjalan dengan kantung kain yang terisi penuh, dan entah apa isinya, hanya terlihat dedaunan yang menyembul. "Dari mana kau, mister?" tanya Sumarni. "Aku hanya jalan- jalan." Sumarni berdecak "Cih, kakimu sudah sehat?" "Aku berjalan pelan." Sumarni melihat Calvin menggunakan sandalnya. "Ya, sudah ayo pulang." Sumarni memimpin jalan "Jangan kemana- mana, kalau tidak kau bisa tersesat dan bertemu hewan buas." "Disini benar- benar ada hewan?" "Tentu saja." tiba- tiba Sumarni menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada Calvin "Kau pergi tanpa menutup pintu?" tanyanya pada Calvin, raut wajahnya berubah jadi panik. "A-aku lupa." ya, Calvin lupa apa dia menutup pintu atau tidak, dia kan hanya pergi jalan- jalan, dan tak menyangka akan pergi selama itu. "Aish." Sumarni segera berlari kearah gubuk lalu masuk. "Hey, apa yang terjadi, memangnya?!" Calvin mendengus "Memangnya didalam sana ada apa? Tidak ada barang berharga yang akan di curi kan, kenapa sepanik itu?" lalu dengan langkah pelan Calvin mengikuti Sumarni.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD