Emi berusaha mengendalikan tubuhnya, untuk memberontak melepaskan diri dari pelukan Arron. Namun hati kecilnya berteriak menangis lega, bersyukur karena rupanya pria itulah yang menjadi kliennya malam ini. “A-Arron ….“ “Ya, Sayangku Emily. Kamu milikku lagi!” ucap Arron menarik dagu Emi untuk mendongak lalu melabuhkan ciuman mesra di bibir Emi. Emi memejamkan mata, terbuai wangi maskulin yang dalam sekejap saja meraup akal sehatnya. Dia ingin berontak namun tubuhnya tak kuasa melawan, tenaganya seolah langsung terserap habis hanya dengan satu ciuman saja. “Ohh … h-hentikan …,“ rintihnya ketika Arron menyentuh dadanya, tangannya mendorong d**a bidang lelaki itu dengan lemah. Arron bernafas di hidung Emi, seolah ingin berbagi udara dan bersatu dalam satu tarikan nafas. Emi merintih pasr