53. Tanggung Jawab Kehamilan

1269 Words
Andara menatap pintu kamar yang terbuka lebar hingga wanita itu bisa melihat anak bungsunya sudah pulang atau belum. Sembari menunggu Sela, Andara kini bersidekap dadaa dengan posisi membelakangi Ralph yang hanya bisa menunduk dalam diam. “Kamu harus bertanggung jawab atas semua yang sudah kamu perbuat.” Mata Ralph membulat lebar-lebar setelah mendengar permintaan Mamanya itu. Memberanikan diri, Ralph menatap Andara yang masih membelakanginya. “Ralph gak bisa, Ma ...” cicit Ralph dengan mata terpejam. “Gak bisa apa?” hardik Andara langsung berbalik posisi. “Bikin bisa, tanggung jawab gak bisa? Mama gak pernah ajarin kamu buat jadi pengecut, nak ...” Cukup dia saja yang bahkan tega usir kita beberapa tahun lalu ...” Ralph bangkit dari duduknya, menatap Andara penuh permohonan. “Ralph sudah punya gadis yang sangat Ralph cintai, Ralph juga belum kerja. Bagaimana bisa Ralph menafkahi Chloe?” Dari tempatnya berdiri, Andara mengernyit karena merasa geram sekali. Ingin menghajar, namun anaknya sendiri. Sebagai seorang Ibu, dia tentu pernah merasakan bagaimana ditelantarkan saat sedang berada di posisi batas kemampuan. “Kamu harus tanggung jawab. Untuk pekerjaan, bukankah kamu udah kerja sebagai Bodyguard dari pacarmu?” ujar Andara bingung. Anaknya membahas pekerjaan, sedangkan menjadi Bodyguard saja bisa membuatnya menafkahi keluarga. Apalagi hanya menghidupi Chloe beserta calon anaknya? Ralph memijit pangkal hidungnya yang terasa sakit. Mamanya seperti sedang bercanda saat ini. Bekerja menjadi bodyguard? Anaknya saja sudah disakiti sebegitu dalam, bagaimana bisa Ralph menikmati uang dari Ayahnya? “Bagaimana mungkin Ralph masih bekerja disana, sedangkan si Princess sudah Ralph hina sebegitu parah?” *** Di dalam kamarnya, Ralin bersandar pada tembok dengan tangan yang masih memukuli dadanya sendiri. Pernyataan Ralph tadi sore begitu menghancurkan hatinya. Bahkan rasa sakit itu tak sebanding dengan dirinya jatuh dari tangga ketika berusia 10 tahun. “Sakit banget rasanya ... Ya Tuhan ... Apa ini karma karena kesombongan Ralin?” Bibir mungil gadis itu terus saja meracau. Matanya terpejam erat dengan lelehan air mata yang selalu memaksa keluar. Tok! Tok! “Non, makan malam sudah siap.”  Salah satu maid menginterupsi dari luar kamar. Karena tak mendapatkan balasan, maid tersebut membuka pintu dan disuguhkan dengan pemandangan yang mengejutkan hidupnya. “TOLONG!!” Wanita dengan seragam biru dongker itu berteriak karena takut terjadi sesuatu dengan anak majikannya. Padahal Ralin merasa dirinya baik-baik saja meskipun penampilannya terlihat kacau. Tak lama terdengar langkah kaki saling bersahutan ditambah pertanyaan-pertanyaan bernada panik campur khawatir yang membuat Ralin ingin sekali marah. Sayangnya, tenaga kali ini tidak sebanding karena terlalu lama menangis. “Nona, apa yang terjadi?” Tiga orang wanita membantu Ralin kembali pada queensize miliknya. Salah satunya mengambil minum di atas nakas dan menyerahkan kepada Ralin yang masih memegangi kepalanya. “Linda, ambilkan makanan yang sudah disiapkan,” titah wanita yang usianya lebih tua daripada dua maid lainnya. Linda mengangguk dan berlari secepat tenaga supaya tidak dianggap lelet. Dia juga takut terjadi sesuatu dengan anak majikannya. Tak lama Linda kembali dengan membawa trolly yang berisi berbagai jenis hidangan. “Mari Nona saya bantu,” ucap Bi Nurul sembari membantu Ralin yang terlihat kesusahan saat akan bersandar. Wanita itu mengambil piring berisikan sup ayam dan Linda membawa piring berisi nasi. Sedangkan maid satunya mengecek keadaan sekitar karena takut ada pecahan atau apapun yang nantinya membuat sang Nona terluka. Ralin dengan susah payah menelan makanan tersebut. Tenggorokannya terasa perih, mungkin efek menangis berlebihan. Ditambah matanya membengkak membuat pandangannya sedikit mengabur. “Apa yang terjadi, Nona? Anda sedang sakit?” tanya Bi Nurul khawatir. Dia salah satu pekerja lama di istana Millano, wajar saja jika terlihat begitu ketakutan. Sebagai jawaban, Ralin hanya menggeleng. Tenaganya tak cukup banyak saat ini dan menggeleng adalah jalan ninja terbaik. Bi Nurul mengangguk dan kembali menyuapi Ralin makanan yang beruntungnya langsung diterima gadis itu. Mereka tak menyadari jika Mores yang baru saja pulang kerja, mengintip di pintu dengan berbagai pertanyaan di otaknya. *** Tok! Tok! Dengan keputusan dan pertimbangan yang cukup panjang, Ralph akhirnya bisa berada disini. Andara bahkan dengan sangat memohon kepada anaknya supaya mau mendatangi Chloe yang hidup sebatang kara. Cklek! Pintu kos kecil itu terbuka dan menampilkan Chloe yang keluar dengan wajah sembabnya. Wanita itu sangat terkejut saat mendapati Ralph berada di depan pintu dan berniat untuk kembali menutupnya supaya tak melihat wajah Ralph lagi. “Tunggu, Chloe,” cegah Ralph kembali membuka lebar pintu tersebut. “Ma—u apa kamu kesini?” tanya Chloe ketakutan. Sepertinya sakit yang diderita Chloe akan bertambah selain Parkinson. Ralph tak menjawab. Pemuda itu menatap Chloe dari atas hingga bawah kemudian menyunggingkan senyum tipisnya. Tangannya terulur menyerahkan sesuatu yang sempat ia ambil dari balik bajunya. Keterkejutan Chloe semakin bertambah kala melihat benda yang ditunjukkan oleh Ralph. Buku diary dan testpackk miliknya. “A-apa itu?” Berpura-pura tidak tau sepertinya hal yang paling baik saat ini. Chloe berharap jika Ralph belum membaca isi penting dari buku tersebut. “Lo nanya ini apa?” Ralph mengangkat tinggi-tinggi kedua benda itu. “Ini buku curahan hati sekaligus tempat lo bersandar setelah hamil, right?” Deg! Chloe mencelos karena pertanyaan Ralph. Namun sebisa mungkin ia bersikap biasa saja supaya pemuda itu tidak curiga kepadanya. “Kenapa diem? Gak perlu bohong sama gue, Chloe. Gue bakal tanggung jawab sama apa yang udah gue perbuat,” ujar Ralph tegas. Mata pemuda itu menatap Chloe serius. “Apa maksud kamu?” Chloe pura-pura tak paham padahal hatinya berbunga-bunga siapa yang tidak bahagia jika Ayah dari calon anakmu mau bertanggung jawab? “Gue bakal persiapkan semuanya buat nikahin lo!” Chloe menyunggingkan senyuman diiringi mata yang penuh binar. Wanita itu mengangguk percaya dengan apa yang Ralph ucapkan. “Siapin semua barang lo. Mulai sekarang, lo ikut ke kontrakan gue,” ucap Ralph kembali mengejutkan Chloe. “Tap—” “Jangan ngebantah. Gue gak mau anak gue kenapa-kenapa,” tukas Ralph memotong ucapan Chloe. *** Motor klasik pemberian Mores itu kini tiba di kontrakannya. Ralph turun terlebih dahulu sebelum membantu Chloe turun. Pemuda itu mengulurkan tangannya yang langsung diterima Chloe dengan hati bahagia. “Terima kasih,” ucap Chloe tulus. Ralph tersenyum kecil dan mengangguk. “Akhirnya kalian sampai juga ... Ayo masuk!” Andara menyambut kedatangan Chloe dengan begitu antusias. Wanita itu bahkan merangkul calon menantunya dengan hati-hati. Saat tiba di ruang bersantai berukuran sederhana, ketiga orang itu disambut dengan Sela yang sepertinya baru bangun dari tidurnya. “Mama ... Sela lapal.” Gadis kecil itu mengucek matanya yang terasa sulit dibuka. “Sebentar ya, sayang,” kata Andara membantu Chloe duduk terlebih dahulu. Setelah selesai, wanita itu meninggalkan Chloe bersama Sela sedangkan Ralph masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian. “Kakak Chloe, kata Mama di pelutnya ada Dedek ya?” Chloe merasakan pipinya merona karena pertanyaan tersebut. Namun tak urung juga mengangguk karena memang benar adanya. “Iya, Sela mau jadi seorang Tante,” jawab Chloe terkekeh. Mata Sela mengerjap karena belum paham dengan maksud ucapan wanita di sebelahnya. Saat akan kembali membuka suara, Andara sudah tiba dengan membawa satu-persatu makanan. “RALPH ... AYO MAKANAN UDAH SIAP!!” Sela tak peduli dengan teriakkan itu. Fokusnya hanya pada pahaa ayam goreng yang terlihat begitu mengkilap di matanya. Bisa dipastikan jika makanan itu begitu crunchy saat mendarat di mulutnya. “Wah ... Ayam golengnya pasti enak ...” Mata Sela berbinar cerah saat melihat Andara menyiapkan nasi hangat beserta ayam goreng untuknya. “Untuk anak Mama yang paling cantik.” Andara menyerahkan sepiring nasi beserta lauk kepada sang putri. Setelah berdoa sebentar, gadis kecil itu langsung menyendok nasi dan menggigit ayam gorengnya. Tak peduli dengan sekitar yang masih sedikit berbincang. “Dimakan, Chloe ...” titah Andara setelah selesai mempersiapkan untuk calon mantunya. Bagian Ralph, biarkan anaknya itu mengambil sendiri. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD