Bagian 24 - Pemilihan Murid Kharon

1120 Words
Kharon memperlihatkan keadaan lingkungan arena miliknya kepada Keuthonimos. Arena milik Kharon sangat berbeda. Arena pertandingan miliknya terbuat dari trampolin. Arena tersebut akan melambungkan peserta ketika dipijak. Pegas-pegas yang ada di bawah trampolin membuat mereka yang berada di atasnya dapat memantul ke atas. Jadi mereka yang bertarung tidak bisa berdiri diam, melainkan akan memantul ke atas, melompat-lompat.   Keuthonimos melihat Kharon. “Apa yang kau lakukan? Bagaimana caranya bertanding di arena seperti ini?”    Kharon tertawa karena Keuthonimos tampak khawatir.  “Ini adalah caraku mengajarkan teknik melompat yang sempurna.” Kata Kharon dengan percaya diri. Ia memperhatikan wajah Keuthonimos yang masih belum percaya dengan pertandingan yang akan disaksikannya.    “Aku pikir ini akan sulit!” Kata Keuthonimos ragu.   “Murid-muridku sudah berlatih melakukannya!”   “Pantas saja banyak yang berpikir dua kali untuk masuk ke tempatmu!”   “Apa? Tidak seperti itu! Kau salah!” Bantah Kharon.   Keuthonimos melihat murid-muridnya berlatih dengan trampolin. Mereka melompat-lompat, jungkir balik, berputar di udara, dan masih banyak lagi hal yang dilakukan dengan trampolin tersebut. Melihat murid-murid itu berlatih membuat nya ikut bersemangat juga.    “Gerakan mereka sangat indah!” Kata Keuthonimos.   “Tapi, kau harus ingat bahwa gerakan itu hanya bisa dilakukan dengan trampolin saja. Mereka tidak bisa melakukannya saat pertandingan sebenarnya. Ini hanya membantu mereka untuk menyeimbangkan badan saat melompat dan memberikan inspirasi mengenai jarak, ketepatan dalam memperhitungkan tinggi, dan gaya dalam melompat saja!” Kata Kharon.    “Tapi, ini memang benar-benar hebat!”    “Tapi, bagaimana pun dilempar dengan batu api dan bazooka lebih menyeramkan dibandingkan ini!” Kata Kharon mengejeknya.    Keuthonimos melihat Karon dan mencoba mencernanya. “Kau sedang menyindirku!”   Kharon tertawa.   “Bagaimana dengan muridmu? Sudah dapat?”   “Tentu sudah! Besok adalah hari terakhir mengirimkan formulir. Kau harus cepat-cepat memberikannya hari ini!” Kata Keuthonimos mendesak.   “Itu akan selesai hari ini. Tenang saja!”   “Enaknya memiliki sifat sepertimu yang selalu santai menanggapi sesuatu!”   “Itu pujian!” Kata Kharon.   Keuthonimos melihat Kharon mengatur murid-muridnya. Tak ada satupun muridnya yang terlihat takut kepadanya. Semua wajah muridnya tampak senang dengan apa yang mereka lakukan. Tak ada ketegangan saat memberikan instruksi kepada mereka. Hubungan murid dan guru sama sekali tidak terlihat. Mereka seperti kelompok sahabat yang saling mensupport.    “Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu!” Kata Keuthonimos sadar diri.    Kemudian ia mengumumkan murid-murid yang akan bertanding. Ia sudah memutuskannya dengan matang. Ia berbicara di kelilingi oleh murid-muridnya. Ia memilih Momus dan Sofrosine. Dua murid ini adalah murid unggulannya. Ia dipilih berdasarkan nilai yang diberikan oleh Kharon. Ia memiliki sistem nilai yang dikejar oleh murid-muridnya saat bertanding dan juga melakukan latihan. Beberapa ujian juga dilakukan Kharon untuk memberikan nilai. Hanya dia yang melakukan sistem nilai kepada murid-muridnya. Sedangkan yang lain, hanya berdasarkan pengamatan saja.   Mereka berdua berdiri di depan Kharon dan ia memberikan perlengkapan baju kepada mereka. Ia memberikan beberapa perlindungan di tubuh mereka yang akan bertanding.    Kharon kembali ke tempatnya. Ia duduk di samping Keuthonimos. “Untuk apa pelindung itu?” Tanyanya.   “itu akan melindungi mereka dari gesekan yang terjadi dengan trampolin. Keselamatan mereka juga penting, meski di dalam pertandingan tidak ada yang Namanya seperti itu!” Kata Kharon.   “Baiklah!” Keuthonimos tidak membantah.      Senjata yang digunakan oleh Momus dan Sofrosine adalah s*****a api. Kedua murid itu mendapatkan s*****a yang sama, sehingga Kharon bisa mengamati cara penguasaan mereka terhadap s*****a yang baru saja mereka gunakan.   “Mereka tidak pernah menggunakan itu sebelumnya?” Tanya Keuthonimos.   “Belum pernah!”    “Baiklah! Kita coba lihat cara mereka menggunakannya!”   Mereka mulai bertanding. Momus dan Sofrosine membawa s*****a api mereka sambil melompat-lompat ke udara. Mereka sangat pandai mengatur seberapa tinggi mereka akan melompat. Dalam arena milik Kharon, tidak ada gunanya berjalan. Mereka hanya bisa melompat-lompat saja untuk bisa bergerak. Kecepatan lompatan, jarak dan juga strategi cukup penting di dalam arena seperti itu.    “Aku penasaran, bagaimana mereka akan menembak, jika lawan target melompat-lompat seperti itu? Akan sulit untuk membidik!” Kata Keuthonimos sambil tertawa.    “Kau akan terkejut dengan apa yang mereka lakukan nanti!”     Momus menyerang duluan. Ia melompat lebih tinggi, melompat lagi, dan lagi hingga di ketinggian yang cukup ia menembak Sofrosine. Ia menembak lima peluru dengan cepat ke arahnya. Sofrosine mencoba untuk menghindar. Ia dengan tenang, membuat lompatannya semakin lama smakin pendek. Kemudian, setelah berhenti melompat, ia menjatuhkan badannya dan menghindar.   Keuthonimos berkata, “Wow! Apa yang kau lakukan kepada mereka? Ini sangat mengesankan! Padahal kau jarang melatih mereka!”                                                                                          Sofrosine dapat menghindari serangan tersebut. Lalu ia menembak dalam posisi tidur melihat lawannya yang berada di ketinggian. Ia menembaknya dari atas. Momus tak bisa pergi kemana-mana untuk menghindar. Serangan Sofrosine sudah diperhitungkan. Ia tidak pas dalam menembak Momus. Ia sudah perkirakan titik temu peluru dengan Momus. Tak ada cara lain selain melaga peluru mereka. Momus menembak peluru Sofrosine sehingga peluru tersebut hangus di udara. Momus berbicara dalam hati, ‘Untung hanya satu saja! Kalau banyak itu akan sulit!’ Ia kembali berdiri di trampolin dengan selamat.    Sofrosine menyerang lagi. Ia menembakkan peluru yang banyak kearah Momus. Momus menghindar dengan melakukan rolling roda hingga tembakan tersebut berhenti. Momus menembak balik Sofrosine berkali-kali, lalu ia melompat tinggi sehingga Sofrosine tidak sempat memberikan serangan balasan.    Sofrosine geram. Ia harus mundur agar tidak terkena peluru tersebut. Sofrosine menggunakan kekuatannya. Ia melompat kesana kemari. Satu lompatan akan mengeluarkan satu peluru. Ketika ia melompat di sudut kiri di bawah, ia akan menembak, sampai di titik tertinggi, ia akan menembak. Di sisi kanan juga seperti itu. Jadi pelurunya keluar seperti serentak di seluruh arah.  Momus tak bisa berlari kemana-mana. Semua arena menjadi berisi peluru yang siap menyerang. Momus memusatkan titik bawah. Ia menjatuhkan dirinya dengan kuat agar trampolin melindunginya di bagian paling bawah. Saat terangkat, ternyata belum semua peluru hilang. Ada beberapa peluru yang masih tertinggal. Momus tercampak karena peluru tersebut mengenai tubuhnya. Saat terjatuh Sofrosine langsung menembaknya berkali-kali. Tak ada yang bisa dilakukan Momus. Ia pun kalah!     Keuthonimos bertepuk tangan dengan kuat sambil berdiri. Semua murid melihatnya yang sangat antusias. “Pertandingan ini singkat tapi sangat seru! Aku suka menonton ini! Ajak aku ketika ada Teknik baru dalam menggunakan arena ini!” Pintanya pada Kharon.    “Kau tampak sangat senang!”   “Ini pertandingan yang berkualitas! Tidak ada yang bisa menggunakan arena seperti ini kecuali kalian! Seharusnya penguji s*****a menggunakan arena seperti ini juga!” Kata Keuthonimos.   “Ini adalah kombinasi arena antar pertarungan s*****a dengan keunikan murid-murid ku. Sudah pasti kami yang akan menang! Tidak ada yang bisa melakukannya selain kami. Tentu ini tidak fair!” Kata Kharon.   “Benar juga! Latihan kalian pasti sangat berat!”    “Tidak juga! Hanya butuh keseimbangan saja!”   Keuthonimos menemani Kharon mengisi formulir untuk muridnya yang menang, Sofrosine. Ia mendesak agar formulir itu diberikan segera. “Lebih baik sekarang, daripada besok!” Ucap Keuthonimos.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD