Bagian 23 - Keuthonimos dan Murid-muridnya

1202 Words
Keuthonimos akan menguji murid-muridnya. Ia sudah tampak lebih baik sekarang. Sebelum melakukan pengujian, ia menyuruh mereka untuk melakukan Yoga sebelum melanjutkannya dengan pengujian murid. Ia tampak bersemangat. Ia melihat ke barisan yoga murid-muridnya, mengamati mereka, dan memarahi mereka ketika tidak bersungguh-sungguh melakukannya.    Keuthonimos merasa sudah cukup untuk pemanasannya. Akhirnya tiba saatnya untuk mengumumkan siapa yang akan menjadi murid yang terpilih dan mendapat kesempatan untuk menjadi penguji s*****a. Ternyata ada tiga kandidat yang terpilih. Semua orang terkejut karena tidak biasanya seperti itu.    Kandidat yang terpilih itu adalah Disnomia, Eleos, dan Hubris. Semua tentu bertanya-tanya, mengapa Keuthonimos memilih tiga muridnya? Padahal yang biasa bertanding di arena hanyalah dua orang saja.    “Aku tidak bisa memilih di antara kalian. Jadi aku memutuskan untuk menguji kalian bertiga. Pertandingan kali ini akan dilakukan secara bertiga!” Kata Keuthonimos. Murid-murid bingung. Sangat sulit untuk bertanding bertiga. Jika pertandingan team, akan lebih menyenangkan, karena hanya dua kubu saja. Tapi, jika bertanding tiga, akan sulit untuk mengawasi musuh.    “Kalian bisa menggunakan defence kalian sebanyak-banyaknya. Tapi, ingat penggunaan defence yang terlalu berlebihan bisa mengakibatkan kalian kelelahan dan bahkan kehilangan kekuatan. Paling parah, memegang s*****a saja kalian tidak akan sanggup. Jadi gunakan defence kalian dengan baik, tapi jangan takut dan ragu menggunakannya!” Pengingat dari Keuthonimos.   Mereka mulai memilih s*****a yang akan digunakan. s*****a yang dipilih tidaklah s*****a yang berat. Kali ini Keuthonimos ingin melihat pertarungan jarak dekat. Ia ingin melihat mereka menggunakan defence mereka lebih banyak. s*****a yang cocok untuk jarang dekat adalah pisau tumpul.    Hubris langsung komplain, “Apa yang bisa dilakukan dengan pisau tumpul?”    “Ini pasti akan membosankan!” Kata Disnomia.   “Ini bukan cara untuk mengandalkan kekuatan s*****a, tapi mencoba cara yang bijak untuk memenangkan pertarungan. Yang membuat kalian kuat bukan bukanlah s*****a yang kalian pakai, melainkan cara kalian menggunakannya.” Kata Disnomia.   Eleos memegang s*****a tersebut. Ia melihat dari sudut terkecil s*****a. s*****a itu sangat kecil dan tidak tajam pula. Jarak yang digunakan untuk dapat menyerang hanya tiga puluh centimeter. Ini jarak yang sangat mudah untuk ditangkis. Ia berpikir, bagaimana caranya agar bisa menggunakannya dan memaksimalkannya di dalam pertandingan.    “Sudah cukup waktu untuk berdiskusi. Sekarang bersiaplah untuk masuk ke arena. Ingat! s*****a yang rusak, akan otomatis kalah.” Kata Keuthonimos.   Mereka langsung memasuki arena. Suara bunyi terompet terdengar. Mereka sudah bisa memulai pertandingan. Mereka  berdiri di tiga titik saling berhadapan membentuk segitiga. Mereka saling mengawasi agar ketika diserang, mereka bisa menghindar. Di dalam hati Eleos, jika ia menyerang salah satu dari mereka, yang tidak menyerang akan memiliki kesempatan untuk menyerang dua orang sekaligus. Ia mencoba untuk menunggu salah satu dari mereka diserang, sehingga ia bisa menyerang dua orang sekaligus. Ia menunggu, tapi belum ada yang menyerang. Mereka saling menatap saja.   Keuthonimos berteriak, “Kapan kalian menyerang? Ingat pelajaran keberanian! Serang dan kerahkan seluruh tenaga kalian! Apalagi yang ditunggu?”   Hubris menyerang Disnomia. Ia berlari dan menghantamnya. Disnomia dengan senang hati menangkis serangan tersebut. “Tidak buruk juga s*****a ini!” Kata Disnomia. Ia merasa s*****a itu ringan, dan dia juga bisa bergerak dengan bebas.    Eleos menyerang Disnomia dari belakang. Dengan refleks, Disnomia menggunakan defence-nya sehingga serangan itu tidak mengenai tubuhnya.    “Beraninya kau menyerang saat musuh dalam keadaan tidak bisa melakukan apapun!” Ucap Disnomia dengan mata melotot. Ia masih harus melawan Hubris yang tak henti-hentinya menyerangnya.    Eleos menyerang Hubris. Ia menendangnya lalu menusuknya. Hubris menghindar dengan menggulingkan tubuhnya. Disnomia mengambil kesempatan. Ia menyerang Eleos dari belakang. Eleos langsung berlari maju dan melihat Disnomia mengejarnya. Mereka bertarung dengan menggunakan pisau tumpul itu.      Disnomia menambah tenaganya, lalu menggunakan defensenya. Ia takut Hubris menyerangnya dari samping atau belakang. Ia masih berfokus pada Eleos agar segera menyingkirkannya. Disnomia melakukan serangan dengan sepenuh kekuatan hingga pisau Eleos terjatuh. Ia tidak menyerang Eleos lagi. Ia menunggu hingga Eleos mengambil pisau tersebut.   Hubris datang menghadang Disnomia. Ia menyerangnya dengan melemparkan senjatanya ke arah kepala Disnomia. Ia menggunakan defence sehingga terhindar. Hubris mengambil senjatanya dan menyerang kembali Disnomia.   Tak banyak gerakan yang bisa digunakan. Mereka hanya saling melagakan mata pisau hingga salah satu dari pisau mereka patah. Cukup pegal untuk menggunakan tangan kanan. Disnomia mengganti menggunakan pisau memakai tangan kirinya. Disnomia butuh istirahat. Ia menendang Hubris agar ia mundur. Ia mengistirahatkan tubuhnya sebentar dari serangan Hubris yang tak kenal lelah.   Eleos menyerang Hubris. Ia menggunakan senjatanya dengan kuat. Tapi, kekuatan tenaga Hubris lebih kuat dibanding dengan Eleos. Ia merasa kewalahan menangkis serangan Hubris.    Disnomia menyerang mereka berdua. Ia bergantian menyerang mereka dengan cepat. Pertama ia menyerang Hubris, lalu menangkis serangan Eleos, lalu menyerang Hubris lagi, lalu menyerang Eleos secara bergantian. Di tengah pertandingan, terdengar bunyi kretek. Pisau Hubris mulai retak. Disnomia tampak senang. Kemenangan berada di pihaknya.    Eleos melancarkan serangannya untuk menyerang Hubris. Mereka berdua melihat Hubris dan menjadi sekutu. Mereka menyerang Hubris sekaligus, agar peserta dari murid itu berkurang dan mereka bisa berfokus pada satu musuh saja.     Sambil menangkis dan memilah-milah serangan yang kuat dan tidak, ia berkata, “Kalian licik!”    “Siapa yang licik? Ini pertandingan!” Kata Disnomia.   Hubris masih bisa bertahan. Ketika serangan mereka kuat, Hubris akan menggunakan defence-nya pada dirinya atau s*****a. Tapi, saat serangan itu tampak tidak efektif, ia tidak menggunakan defence-nya. Pertarungan pun berlangsung lama, hingga pada akhirnya Hubris tidak bisa menggunakan defence. Ia sudah kelelahan karena serangan dua temannya itu. Tak berapa lama, senjatanya pun terbelah dua. Ia terduduk dan merasa kelelahan. Mulutnya terbuka lebar menghirup udara segar.   Sekarang, tinggal Disnomia dan Eleos. Mereka bertarung menggunakan seluruh kekuatannya. Disnomia menyerang membabi buta, tak membiarkan satu serangan bis dihindari oleh Eleos.    Eleos memiliki cara sendiri. Ia membiarkan serangan Disnomia mengenai senjatanya. Lalu ia mengaliri senjatanya dengan defence. Disnomia tidak tahu hal itu. Ia tidak bisa menggunakannya.    Senjata Disnomia mulai retak. Eleos mendapatkan momen yang tepat. Ia menyerang balik Disnomia. Rasanya sudah cukup untuk menahan serangan yang bertubi-tubi.   “Kau mulai ketakutan!” Kata Eleos dengan mata besar miliknya. Ia sekuat tenaga menyerang Disnomia dan akhirnya s*****a itu terbelah dua. Eleos pun menang. Semua murid bertepuk tangan.     Keuthonimos sangat bangga melihat Eleos. Sebelum pertandingan banyak yang meragukannya. Ternyata ia menguasai defence dengan sangat baik. Ia menyuruh mereka bertiga berdiri di depannya.   “Kalian tahu mengapa Eleos bisa menang?” Tanya Keuthonimos menguji mereka.   “Kenapa guru?” Tanya Hubris yang tampak kesal.   “Ia mengalirkan defence ke dalam s*****a. Apakah kalian tidak bisa menggunakannya?” Tanya Keuthonimos kepada mereka berdua.   Mereka tidak menjawab. Mereka sepertinya belum menguasai hal tersebut. Ia melihat murid-muridnya yang lain. “Siapa disini yang bisa melakukannya?” Teriak Keuthonimos dengan marah. Tak ada yang tunjuk tangan. Sepertinya hanya Eleos yang bisa menggunakanya.   Keuthonimos menepuk jidatnya. “Sepertinya aku salah mengajar kalian, karena hanya Eleso yang bisa menggunakannya! Baiklah, kita akan berfokus pada itu. Aku pikir kalian akan secara otomatis bisa menggunakannya! Tetapi, ternyata butuh bimbingan juga!” Ucap Keuthonimos.   Mereka hanya diam saja. Mereka tahu tentang itu, tapi memang sulit untuk mengalirkan defence ke benda mati.    “Mungkin itu semua karena bakat!” Kata Hubris yang merasa rendah diri.   “Tenang, kalian bisa melakukannya! Bapak tidak kecewa dengan kalian! Kita hanya butuh Latihan tambahan saja!” Kata Keuthonimos mencoba sabar. Ia tidak ingin membangkitkan rasa ketidakpercayaan diri mereka lagi.    “Dan, karena tubuh kalian besar-besar, kita akan Latihan kekuatan otot agar serangan kalian bertambah kuat!” Ucap Keuthonimos lagi. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD