Bagian 61 - Mereka Dibohongi Akhlis

1128 Words
Sesuai dengan pernyataan Akhlis, mereka akan melakukan perjanjian darah dan mencari buah darah. Setelah menjelaskan keduanya, ia tidak lagi berbicara. Ia hanya menuntun mereka untuk mengikutinya tanpa berbicara sedikitpun. Ia tidak ingin mereka ribut saat ia melakukan tugasnya. Tidak ada yang boleh bertanya apapun padanya. Saat mengikutinya, Bia terpikir dengan Erebus. Ia memang sosok kandidat yang cocok untuk senjatanya. Sesuai dengan yang Akhlis katakan juga bahwa Erebus memiliki kekuatan yang berlimpah-limpah dibanding penghuni surga lainnya. Itu berarti, Erebus bisa memaksimalkan s*****a yang akan dibuat nya itu. Ia tidak akan menahan kekuatan senjatanya, karena sudah pasti Erebus bisa menahan dampak dari s*****a yang kuat. Dari awal, ia ingin membuat s*****a yang kuat, tapi tidak berdampak pada si pemakai. Kekuatan s*****a yang hebat bisa membuat tangan atau kaki penguji s*****a tidak tahan dan terpental. Karena itu, semua yang menggunakan s*****a harus benar-benar bisa menahan s*****a yang akan mengeluarkan serangan. Untuk itu, pembuat s*****a harus memastikan bahwa semua s*****a mereka tidak akan memberikan dampak besar bagi si penguji s*****a, sekaligus serangan yang diberikan tidak terbatas kekuatannya. Untuk mencapai pada titik ini, sangatlah sulit. Mereka tidak bisa melakukannya sekaligus. Tetap masih ada batas yang harus dilakukan. Tapi, karena Bia tahu bahwa Erebus memiliki kekuatan yang luar biasa, yang hidup di dalam tubuhnya, itu berarti ia bisa menggunakan s*****a itu dengan baik. Ia bisa memaksimalkan penggunaan s*****a itu tidak seperti penguji s*****a yang lain. Bia pun bertekad harus menggunakan Erebus sebagai penguji s*****a miliknya.  Selagi Bia memikirkan strategi, Akhlis berhenti. Kokytos mencoba bertanya. Lalu ia teringat dengan perkataannya agar tidak bertanya selama perjalanan. “Maaf!” Kata Kokytos yang sadar. Akhlis mengingatkannya kembali bahwa ia tidak suka ditanya-tanya saat berjalan. Mereka pun diam dan melihat Akhlis menyender di sebuah pohon rindang lalu angin berhembus membuatnya menghela napas dengan nyaman.  Mereka menggelengkan kepala melihat tingkahnya lalu berjalan menjauh.  “Apa yang sedang dilakukannya?” Bisik Bia kesal. “Aku juga tidak mengerti mengapa ada orang seperti dia!” Kata Kokytos. “Sudah berapa lama ia tidak membasuh tubuhnya? Begitu kotor!” Kata Hebe. “Kita juga belum ada mandi dari awal perjalanan ini!” Kata Bia tertawa melihat Hebe. Hebe mencium tubuhnya. “Tapi, tidak sebau dirinya!” Kata Hebe. Melihat Hebe berbicara, Kokytos langsung menjauh dari mereka berdua. Ia pergi berteduh di pohon besar lainnya. “Kenapa dia?” Kata Bia yang sempat melihat tatapan Kokytos yang tak biasa. Hebe mengerutkan bibirnya.  “Apa kalian terlibat cinta disini?” Tanya Bia. “Dia memiliki istri. Bagaimana bisa kami bersama!” Kata Hebe. Bia langsung teringat dengan anaknya Kokytos, yaitu Palaemon dan Minos. Benar yang dikatakan Hebe, bahwa ia sudah memiliki istri dan tak seharusnya ia cemburu. “Aku tidak pernah melihat istrinya. Dimana istrinya?” Tanya Bia. “Aku juga tidak tahu. Aku beberapa kali mencoba menanyakannya dan memancingnya berbicara, tapi ia tidak mau menceritakannya!” Kata Hebe. Bia langsung teringat dengan bunga kebenaran. Ia bisa menggunakan itu untuk mengetahui apa yang terjadi dengan istrinya. Tapi, itu sulit. Mungkin lain kali ia bisa menggunakannya saat ada waktu yang tepat. “Dia tidak tinggal di surga bagian pertama?” Tanya Bia lagi. “Tidak! Aku rasa mereka sudah lama berpisah! Ia juga meninggalkan anak-anaknya. Aku rasa saat aku bersamanya pun, ia akan melakukannya juga!” Kata Hebe dengan terus terang menggunakan logikanya. “Terlalu cepat untuk menilai seseorang!” Kata Bia. “Apakah kau akan kembali ke surga bagian pertama? Situasi kalian tampak rumit!” Kata Bia lagi setelah mendengar helaan napas. “Aku tidak tahu. Untuk sekarang, aku penasaran dengan Akhlis. Aku ingin melihat apa yang terjadi disini nantinya!” Kata Hebe. Lalu ia menunjuk Akhlis yang sudah berdiri kepada Bia.  Akhlis kembali bergerak. Mereka mengikutinya lagi. Kokytos tidak tahu bahwa mereka akan kembali berjalan. Bia memanggilnya dan Kokytos mengejar mereka.  Akhlis sampai di sebuah kedai tempat orang-orang berkumpul. Mereka bingung apa yang dilakukan Akhlis. Mereka menunggu di luar hingga Akhlis keluar dan pergi lagi. Mereka tidak boleh menanyakan apapun padanya karena itu sudah menjadi syaratnya. Ia kembali pergi, dan mereka mengikutinya. Ia berhenti di sebuah kedai dengan penghuni surga berkumpul di sana, lalu ia bercerita sebentar dan pergi. Yang dilakukannya hanyalah berputar-putar di kota dan mengunjungi kedai-kedai tempat berkumpulnya para pria-pria. Akhlis melakukan hal tersebut hingga seluruh kota dijalani. “Kita seperti mulai dari awal saat mencarinya!” Kata Hebe yang mengeluh lagi.  “Aku rasa ia sedang mengerjai kita!” Kata Bia kesal yang berbisik menjaga jarak darinya.  Akhlis meregangkan otot-otot tubuhnya dan berhenti di dekat pos jaga. Lalu ia berkata, “Selesai!” Ia mengucapkannya dengan penuh kepuasan. Ia berjalan dan kembali ke pos jaga. Ia masuk ke dalam dan duduk. Mereka bertiga tercengang sangat lama. Mereka seperti orang yang kebingungan harus bertindak dan berkata apa. Saat sampai di pos jaga, situasi awal saat mereka bertemu terjadi. Ia duduk dengan sebuah minuman anggur di depannya. Ia menyeruput minuman itu dan menyapa mereka bertiga yang berdiri di depannya. Bia mencoba untuk tenang. “Sebentar! Apa yang sedang kalian lakukan?” Tanya Akhlis dengan santai. “Akhlis! Kau membodohi kami!” Kata Bia dengan keras dan ingin memukulnya. Hebe berbisik pelan. “Aku rasa dia ada masalah dengan otaknya! Sepertinya bukan dia itu!” Lalu ia duduk di teras pos jaga bersama dengan Bia. Kokytos tak berbicara apa-apa. Ia juga tidak kesal. Tapi, ia tidak duduk bersama dengan Akhlis. Ia hanya berdiri di depan pos jaga dengan wajah cemberut. “Maaf, aku sedang melakukan tugasku dulu. Setelah itu kita bisa melakukan perjanjian darah. Melakukan perjanjian ini perlu pemanasan. Aku sudah lama tidak melakukannya!” Kata Akhlis. “Aku harap sekarang itu adalah kebenaran! Aku takut nanti kau melakukan hal yang seperti tadi. Sebenarnya, kami bisa menunggu mu disini. Untuk apa kami mengikutimu!” Kata Bia. “Aku ingin sekali ditemani seseorang.” Kata Akhlis.  Bia bertambah kesal dengan alasan itu. Tapi, ia mencoba menyeringai, tertawa tidak tulus dan juga berbicara dengan wajar. “Tenang saja! Upaya kalian tidak akan sia-sia. Kita akan lakukan itu dengan serius kali ini.” Kata Akhlis. Ia menuangkan anggurnya ke dalam gelas, lalu meminumnya dengan sekali teguk. Lalu ia menuangkan anggur itu lagi ke dalam gelas hingga penuh dan menyuruh Bia untuk memasukkannya. Akhlis teringat tentang siapa yang ingin melakukan perjanjian ini.  “Tunggu!” Kata Akhlis saat Bia akan memasukkan jarinya ke dalam gelas. “Apakah kau yang akan melakukan perjanjian?” “Jadi siapa?” Tanya Bia balik. “Harus seseorang yang mengenalnya dengan baik. Yang bisa mengingat wajahnya dan bentuk tubuhnya. Jika tidak, ia tidak akan bisa keluar. Kau kenal penghuni yang akan dibangkitkan ini?” Kata Akhlis. Bia menggelengkan kepalanya. Lalu ia memanggil Kokytos di luar. Ia masuk ke dalam dan memasukkan jarinya ke dalam. Ia melihat Bia dengan yang mencerminkan rasa takut.  “Apa yang akan terjadi setelah ini!” Bisik Bia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD