Bagian 36 - Doris si Penguntit

1195 Words
Erebus, Amfiaraus, dan juga Empusa pulang ke rumah mereka. Doris berjalan mengikuti mereka. Ia tidak menyapa, tapi hanya mengikuti. Kali ini pakaiannya tidak seperti seorang wanita. Ia memakai topi hitam dan mengikat rambutnya menyembunyikannya di topinya. Ia memakai baju kain katun panjang berwarna hitam dengan lengan berwarna putih. Ia memakai celana hitam panjang sampai ke kaki. Saat salah satu dari mereka melihat ke belakang, Doris bersembunyi.  Sampailah mereka di pertengahan perjalanan antara daerah surga bagian ke tiga dengan surga bagian ke dua. Erebus merasa ada yang mengikuti. Amfiaraus juga curiga. Tapi, Empusa tidak merasakan apa-apa. “Itu hanya firasat kalian saja!” Kata Empusa kepada mereka berdua.  “Aku merasa ada yang mengikuti kita!” Kata Erebus lalu berjalan balik.  Amfiaraus berkata, “Aku juga merasa!” Ia melihat Erebus lebih jauh dari mereka. “Tidak ada kan?” Kata Empusa yang sudah melihat Erebus pergi jauh dari mereka dan tidak ada orang disana. “Ayolah!” Panggil Empusa lalu melangkah pergi bersama Amfiaraus. Erebus pun mengejar teman-temannya. Saat memasuki daerah surga bagian kedua, mereka duduk sebentar di dekat aliran air kecil di bawah pohon Juglans. Mereka tidur sejenak disana, membaringkan tubuh mereka di rimbunan daun-daunnya yang lebat.  Amfiaraus melihat Erebus. “Apakah kau memikirkan Hemera?” Erebus tertawa. “Kenapa? Kau ingin tahu rasanya cinta?” Tanya Erebus kepada Amfiaraus. “Tidak!” Bantahnya. Erebus langsung bangun. “Dengar itu?” Katanya langsung berdiri. Amfiaraus dan Empusa melihat Erebus yang bertingkah aneh. “Dia kenapa?” Tanya Amfiaraus kepada Empusa. Tak lama mereka berbicara, Erebus melihat Doris terjatuh dari pohon. Ia membawa Doris ke tempat mereka bersantai tadi. “Siapa dia?” Tanya Empusa yang tidak mengenalnya dengan pakaian yang aneh. “Apakah itu fashion?” Tanya Amfiaraus yang melihat pakaian dari Doris.  Mereka belum tahu siapa wanita itu. Erebus menarik topinya, sehingga rambut panjang nya terlihat diikat. Wajahnya tak asing bagi mereka.  “Aku melihat wanita ini di opera tadi!” Kata Amfiaraus.  “Ya, kau benar! Wanita dengan harpa!” Kata Empusa.  Erebus melihat dari dekat. Ia melihat wajah wanita itu dan mencoba mengenali nya. Apa yang dibilang kedua temannya itu benar. “Hi? Nama ku Doris!” Ucapnya memperkenalkan diri dengan senyum lebar. “Apa yang kau inginkan?” Tanya Amfiaraus kesal.  Doris berkata, “Kalian adalah idola ku! Aku hanya ingin mengetahui kehidupan para penguji s*****a!”  “Kau melakukannya dengan cara yang tidak benar!” Kata Empusa.  Doris yang melihat Empusa, langsung bertindak seperti orang gila. Ia berteriak dan melompat kegirangan. Ia menatap Empusa dengan tak wajah.  Empusa langsung merasa lemas. “Aku paling tidak bisa dibeginikan!” Katanya karena melihat reaksi Doris. “Kau bisa memberitahu kami. Kami senang menunjukkan keseharian kami padamu!” Kata Amfiaraus. Erebus meninggalkan mereka dan berbaring di bawah pohon Juglans. Ia tidak tertarik dengan cerita Doris.  “Aku memang tidak mau! Jika kalian tahu, pasti kalian akan berpura-pura cool di depanku!” Jelasnya. “Kau wanita aneh!” Kata Empusa mengejeknya.  Amfiaraus mengajakannya duduk dibawah pohon bersamanya. Sedangkan Empusa berbaring di sana dan menutup mata. Ia sama seperti Erebus yang lebih mementingkan waktu istirahatnya. “Jadi kau tidak mengikuti acara makan dengan mereka?” Tanya Amfiaraus. “Aku ikut! Tapi hanya sebentar saja! Lalu aku melihat kalian pergi dan mengikuti kalian!” Jawabnya.  “Aku bisa lihat, pasti kau bosan dengan kegiatanmu di opera!” “Tentu! Kau tahu siapa aku?” Tanya Doris. Amfiaraus menjawab polos. “Kau wanita cantik bernama Doris!” Jawab Amfiaraus. Empusa yang mendengar itu meski matanya tertutup langsung membalikkan badan. Amfiaraus melihat reaksi tersebut dan ia tersenyum. “Aku tahu itu! Maksudku… Keturunan kami dinamakan Dewa Y!” Katanya singkat. “Oh.. jadi kau adalah keturunan Dewa Y! Oke.. baiklah.. apa hubungannya?” Kata Amfiaraus mencoba serius tapi wajahnya menahan tawa. “Semua alat musik yang ada disana adalah buatan keluarga kami. Semua alunan musik dan melodi yang tercipta itu adalah dari keluarga kami. Lalu bermunculanlah para pencipta lagu. Mereka menggunakan dasar dari yang kami ciptakan tersebut. Berkembang dan terus berkembang hingga akhirnya sampai sekarang!” Kata Doris kepada Amfiaraus. “Ohh, jadi semua alat musik itu keluarga kalian yang ciptakan!” Kata Amfiaraus. “Benar! Kau bisa bayangkan betapa membosankannya diriku saat disana! Aku juga butuh sekali-sekali melihat pertandingan para penguji s*****a!” Kata Doris dengan mengarahkan matanya ke atas.  “Kau bisa menonton pertandingan kami. Itu selalu dilakukan. Tidak seperti opera kalian!”  “Tapi, aku tidak sempat! Terlalu banyak pekerjaan disana. Di saat ada pertandingan, pasti kami ada latihan! Jadi aku tidak pernah lagi melihat pertandingan penguji s*****a!” Jelas Doris. “Kasihan!”  “Bolehkah aku ikut dengan kalian ke teater?” Tanya Doris. “Apa yang ingin kau lakukan?” Tanya Amfiaraus. “Hanya sebentar… ayolah! Aku ingin bertanding dengan para penguji s*****a. Bolehkah kalian mengajarkanku sebentar? Setelah selesai, aku akan pulang.”  “Kamu mau bertanding dengan siapa?” Tanya Amfiaraus. “Coba aku pikirkan dulu! Penguji s*****a elit ada delapan. Yaitu : Kamu,” tunjuknya ke arah Amfiaraus. “Askalafos, Empusa, Erebus, Hekate, Kerberos, Keuthonimos, Kharon. Aku memilih siapa ya?” “Memangnya kau pernah menjadi penguji s*****a? Penguji s*****a tidak ada wanita!” Kata Amfiaraus. “Aku pernah menonton kalian waktu kecil. Itu ku rasa sudah cukup untuk mengetahui cara mengendalikan s*****a!” Kata Doris.  “Benarkah? Jika menonton saja sudah bisa menjadi penguji s*****a, siapapun bisa melakukannya!” Kata Amfiaraus menepuk jidatnya.  Erebus terbangun. Ia membangunkan Empusa. “Aku rasa kita membuang-buang waktu untuknya!” Kata Erebus. Lalu ia memberikan perintah untuk meninggalkannya dan mereka pergi meneruskan perjalanan.  “Kenapa?” Tanya Amfiaraus yang tak tega.  Doris mencoba menahan mereka. Tapi, Erebus dan Empusa tetap berjalan. Doris tak mau ditinggalkan. Ia tetap mengikuti mereka. Erebus memarahinya dengan kuat. Doris seperti akan menangis. Ia langsung mengancam Erebus. “Baiklah, tidak ada jalan keluar disini. Aku akan memberitahu rekan operaku yang paling tangguh. Aku akan beritahu Hemera tentangmu!” Kata Doris. Ia lalu berbalik dan pergi kembali menuju tempat tinggalnya. Erebus terkejut. “Hemera? Apa!”   Erebus dalam masalah besar. Jika Doris memberitahu tentang sikapnya yang tak baik pada Doris, ia pasti kehilangan wajah di depannya. Namanya jadi jelek dan ia tidak punya kesempatan lagi mendekati Hemera. Amfiaraus berkata, “Mampus kita!” Empusa tertawa. Ia merasa Erebus mulai merasakan yang namanya s**l. Erebus langsung memanggil namanya lagi dan mencoba membujuknya. “Tidak-tidak-tidak..” Katanya kepada Doris. Tapi, Doris mengelak dan tidak mau dihentikan oleh Erebus.  Amfiaraus dan Empusa tertawa setengah mati melihat Erebus yang berupaya membujuk Doris. Ia seperti seorang ayah yang sedang membujuk anaknya. Begitu sulit untuk dilakukan. Ia ingin menyenggak, tetapi tidak bisa. Wajahnya menahan amarah sangat lucu. Wajahnya merah seperti tomat. Ia berlutut memohon pengampunan dari Doris. Keriputnya tampak di wajahnya. Semua berkeluaran karena stres. Doris akhirnya luluh karena perbuatan Erebus. Ia berkata kepadanya, “Apakah aku boleh ikut kalian ke teater?” “Tentu!” Angguk Erebus dengan senyuman. “Apa aku boleh bertarung dengan salah satu dari kalian?” Tanya Doris lagi. “Tentu!” “Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan memberitahukan Hemera tentang ini! Deal!” Katanya, lalu berjalan menuju Amfiaraus dan Empusa. Ia meninggalkan Erebus yang tampak kesal dan sedang berlutut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD