Bagian 41 - Kemarahan Khaos

1254 Words
Mereka sampai di rumah mereka di surga bagian ke tiga. Wajah dari Khaos sangat tak enak dilihat. Wajahnya begitu kusut karena Doris. Doris bingung harus mengucapkan apa kepada ayahnya. Nyx, ibu Doris mengetahui kedatangan mereka. Ia tampak khawatir. Ia melihat Doris dan memeluknya erat. “Apa yang terjadi dengan rambut indahmu?” Tanya Nyx sambil meringis. Ia melihat rambut anaknya menjadi pendek. Doris tak berani menjawab. “Apa dia bertarung dengan penguji s*****a?” Tebak Nyx, ibunya. Khaos langsung berbicara meledak-ledak kepada mereka. “Lihatlah dia! Dia membuat ulah lagi.” Kata Khaos menunjuk-nunjuk Doris. Ia mantap istrinya, Nyx. “Ada begitu banyak tempat di surga ini, kenapa harus kesana?” Kata Khaos kesal dan meletakkan tangannya di kepalanya. Ia sangat marah kepada Doris karena kelakuannya. “Kau berani-beraninya menantang penguji s*****a elit! Coba! Dimana coba keberadaan mu? Kau itu pembuat alat musik! Bukan pembuat onar seperti mereka. Apa yang salah dengan kita sekarang? Kau itu perempuan! Penguji s*****a untuk laki-laki. Mengerti!” Kata Ayahnya lagi dengan senggakan yang menjadi-jadi. Nyx merasa Khaos sudah keterlaluan. “Sudahlah ayah! Kau menyakiti putri kita.” Kata Nyx yang melihat Doris sudah meneteskan air mata. “Sudahlah! Kau lihat dia!” kata Nyx. Doris langsung berteriak melawan ayahnya. “Siapa yang buat aku seperti ini? Siapa yang mengajarkanku bertarung dan berharap aku bisa mendapatkan tempat sebagai penguji s*****a wanita pertama? Siapa yang menanamkan perasaan berandal ini! Ha?” Lalu Doris berlari menuju kamarnya. “Lihat? Dia sudah menyakitimu balik!” Kata Nyx kepada Khaos. “Aku.. aku tidak ingin dia memiliki perasaan itu lagi!” Kata Khaos dengan mata berkaca-kaca. “Khaos, ia sudah berusaha untuk menjadi seperti yang kau minta. Sewaktu kecil kau mengajarnya untuk bertarung, ia melakukannya dengan baik. Tiba-tiba semua berubah dan kita beralih menjadi seorang pembuat alat musik, ia juga melakukannya dengan baik. Semua itu ia lakukan karena ingin menyenangkan mu!” Kata Nyx kepada suaminya dengan lembut. “Tapi, lihatlah, dia datang ke tempat yang paling ku benci!” “Kau masih mengingat kejadian itu?” Tanya Nyx. Mereka berdua mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Doris. Khaos mencoba membujuknya di kamar, tapi tetap saja Doris tidak mau berbicara. Khaos duduk di tempat tidur Doris. Ia berkata, “Ayah sempat melihat kau bertarung. Itu pertarungan yang tidak akan bisa dilakukan oleh seorang wanita. Hanya kau yang bisa melakukannya. Ayah bangga dengan apa yang kau perbuat. Semuanya… Tidak ada satupun yang membuat ayah kecewa. Ayah minta maaf karena telah menanamkan sebuah keberandalan dalam diri ayah kepadamu sehingga membuatmu tersiksa.” Kata-kata itu menyentuh hati Doris. Ia bangun dari tidurnya dan memeluk ayahnya. “Aku hanya penasaran dengan pertarungan yang sesungguhnya. Darah di tubuhku seperti menuntunku untuk memegang s*****a dibanding memainkan alat musik yang lembut. Kemarin aku tidak sengaja melihat benda-benda yang biasa dipakai oleh penguji s*****a, dan aku mengikuti mereka, hingga tiba di teater. Maafkan aku ayah!” Kata Doris. Khaos mencium kening anaknya. Ia memeluknya dengan hangat. “Kau tidak salah! Kau hanya mengikuti keinginan dagingmu. Tapi, tetap ayah tidak ingin putri cantik ayah menjadi seseorang yang memegang s*****a. Kau terlalu cantik untuk itu!” “Tapi, sekarang aku tidak cantik lagi. Lihatlah, rambutku sudah terpotong dan menjadi pendek. Aku sudah menjadi laki-laki!” Kata Doris bercanda. “Siapa bilang kau seperti laki-laki? Kau masih cantik dengan rambut yang dipotong dengan tombak ini!” Kata Khaos. Mereka berdua berdua pun sama-sama tertawa. Esok harinya, mereka pun latihan bersama Adefagia. Doris datang dan mengikat rambutnya yang pendek. Ia seperti biasa, tampak ceria seperti tidak terjadi apa-apa. Hemera melihat Doris yang terlihat berbeda. “Kau memotong rambut indahmu?” Tanya Hemera. “Apa?” Kata Doris lalu memegang rambutnya. “Aku tidak memotongnya!” Kata Doris. “Jadi, itu pendek sendiri?” Kata Hemera lagi, sambil melihat lebih dekat rambut dari Doris. Ia menyentuhnya dan melihat rambut itu tidak dipotong sama panjang. “Siapa yang menebas rambutmu?” Doris tertawa mendengar pertanyaan dari Hemera. “Jika aku menceritakannya, kau pasti tidak percaya!” Kata Doris sambil tersenyum mencoba mengelabui Hemera. “Kau tidak pernah serius. Apakah tuan Khaos yang melakukannya karena kesal?” “Tidak… tidak… kau berlebihan. Semalam aku bertarung dengan penguji s*****a!” Hemera terkejut. “Apa yang terjadi? Mengapa kau bertarung dengan mereka? Apa mereka mengganggumu?” “Tidak! Aku mengikuti tiga pria yang membawaku ke teater. Lalu aku menantang salah satu dari penguji s*****a elit. Saat bertarung, ada sedikit kecelakaan. Dia menebasku dengan tombak, tetapi yang terkena bagian rambutku dan akhirnya terpotong. Lalu aku menemukan sebuah kebenaran yang tidak terduga!” “Apa itu?” Tanya Hemera dengan penasaran. Ia mendekatkan kupingnya ke wajah Doris. “Aku rasa tidak perlu sedekat ini. Jika sedekat ini, mulutku pun tidak bisa terbuka!” Kata Doris kesal yang melihat Hemera berada di depannya, sangat dekat. “Maaf..” Hemera pun mundur. “Ya olo, kenapa kau memundurkan semua tubuhmu. Cukup kepalamu saja. Kenapa kau tiba-tiba jadi bodoh?” Kata Doris kesal. Hemera hanya tersenyum melihat Doris. “Aku lanjutkan… Aku menemukan seorang pria yang mencarimu khusus ke opera. Ia datang untuk melihatmu kemarin!” Hemera tak percaya. “Apa yang kau maksud? Tidak mungkin!” “Benar! Aku tahu namanya. Namanya Erebus!” Kata Doris kepada Hemera. “Erebus? Dia penguji s*****a kah?” “Iya! Dia salah satu penguji s*****a elit!” Mendengar kebenaran bahwa Erebus salah satu dari penguji s*****a elit, Hemera langsung menjerit sekuatnya. Ia melompat-lompat di depan Doris. Adefagia mendengar jeritan itu dan memastikan mereka berdua baik-baik saja. “Kami baik-baik saja Adefagia!” Jawab Doris. “Apa yang kalian lakukan?” Tanya Adefagia. “Kami sedang mencari inspirasi untuk pentas selanjutnya!” kata Doris. Hemera tidak berhenti tersenyum. “Aku rasa dia yang datang ke ruang ganti waktu itu! Berarti ia bukan pria biasa!” Kata Hemera. “Dia mendatangimu?” Hemera mengangguk. “Ow.. kau sungguh beruntung. Kau mendapatkan belahan jiwamu!” “Dia pria yang ganteng, gagah, romantis, dan sempurna!” Kata Hemera dan menutup matanya dan tersenyum. “Kau berarti memang sedang mabuk cinta!” Kata Doris. “Apakah kau mau menemaniku melihatnya bertanding?” “Aku dilarang pergi ke teater! Itu tidak mungkin terjadi. Jika ayahku tahu, akan bermasalah! Kemarin saja aku sudah habis dimarahi!” “Ayolah…!” Bujuk Hemera. “Jangan coba-coba merayuku. Aku bisa-bisa dijadikan abu oleh ayah!” “Benar juga! Kita akan permisi saja. Aku yang akan berbicara dengan tuan Khaos. Selesai bukan?” “Coba saja kalau berani!” “Habis latihan ini, aku akan merapikan rambutmu! Sangat jelek terlihat dari depan. Aku akan bentuk sehingga kau tampak seperti wanita anggun lagi. Rambut pendek juga bagus untuk wanita. Kau tidak capek untuk merawatnya!” Kata Hemera. “Baiklah! Aku hargai bantuan mu itu! Memang agak sedikit aneh saat menyisirnya!” Selesai latihan dengan Adefagia, Hemera membawa Doris ke kamarnya. Ia mengambil gunting dan mulai menata kembali rambutnya. Ia melihat rambut Doris lebih pendek di kiri. Ia memotong rambut di kanan belakangnya dan menyamakannya dengan bagian kiri. Di bagian depannya, ia tidak melakukan apa-apa. Ia hanya memastikan bahwa poni depannya masih bisa dipakai. Ia memotong sedikit bagian samping nya lebih pendek dibanding bagian belakang. “Sudah selesai!” Kata Hemera dan memperlihatkannya di depan cermin. “Ini tampak lebih baik! Aku suka rambut pendek!” Kata Doris. “Ingat, kita sebagai pemain opera tidak akan memiliki rambut pendek. Karena ini sebuah kecelakaan, jadi tidak apa-apa. Jangan lakukan dengan sengaja setelahnya!” “Iya aku tahu!” Kata Doris sambil tersenyum melihat ke kaca. “Kepalaku terasa lebih ringan!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD