Bagian 76 - Cerita Asal Mula Dewa Y

1135 Words
Khaos dulunya adalah salah satu juri s*****a. Ia sangat dihormati dan dicintai oleh penghuni surga karena kejujurannya saat menilai s*****a. Sebelum menjadi juri s*****a, ia adalah salah satu dari penguji s*****a yang hebat. Ia pernah menduduk penguji s*****a elit selama beberapa generasi. Karena kehebatannya, ia dinilai layak menjadi seorang juri s*****a.  Teman Khaos sewaktu menjadi penguji s*****a adalah Poine. Mereka sangat dekat seperti saudara kembar. Kemana-mana mereka selalu bersama. Khaos ditunjuk sebagai juri dan harus meninggalkan tempat keberadaannya dulu sebagai penguji s*****a. Ia tidak memberitahu Poine, sahabatnya, bahwa mereka akan berpisah. Poine tahu hal tersebut dari Proioxis. Semenjak itu Poine sangat membenci Khaos.  Saat itu juri s*****a membutuhkan seorang yang bisa menjadi juri. Mereka sangat membutuhkannya karena waktu penjurian tinggal sebentar lagi. Waktu itu, yang menjadi juri s*****a hanya Soter, Porus dan Praxidike. Mereka belum bisa memutuskan siapa yang akan menjadi juri tertinggi. Saat tahu bahwa ada penguji s*****a yang hebat, yaitu Khaos, mereka pun memasukkannya ke dalam badan juri s*****a. Mereka melatihnya dan layak menjadi ketua dari setiap juri. Khaos pun berhasil menjadi ketua dari para juri setelah melalui beberapa tes. Ini semua dikarenakan dukungan dari Porus yang menyukai cara kerja dari Khaos.  Sebenarnya, Porus yang lebih ingin agar Khaos menjadi ketua. Ia sudah ditunjuk oleh Soter dan Praxidike agar menjadi ketua tertinggi para juri. Tapi, ia tidak mau menjadi sorotan. Akhirnya, agar ia terlepas dari tuntutan itu, ia mengusulkan akan mencari kandidat yang lebih baik darinya. Itulah yang menyebabkan Khaos ditarik menjadi ketua para juri setelah melewati pelatihan yang panjang.  Poine mendekati Proioxis. Ia adalah salah satu dari penguji s*****a juga dan memiliki hubungan dengan beberapa para juri, meski bukan keluarga dekat. Mereka menjadi dekat dan sering berlatih bersama. Poine melihat Khaos berjalan bersama ketiga para juri lain yang sedang melihat keadaan teater tempat Poine berlatih. Tapi, Khaos tidak menyapanya sama sekali. Ia semakin kesal. Amarahnya bertambah lima kali lipat. Dalam hatinya, ia harus membalaskan dendam padanya.  Salah satu cara untuk balas dendam adalah menjadi juri dan bekerja sama dengan juri-juri lain. Ia bekerja keras agar terlihat menonjol dibanding yang lain. Suatu ketika, para juri memerlukan tambahan orang untuk tim mereka. Proioxis mendengar hal ini. Pamannya, menyuruhnya untuk masuk menjadi juri. Tapi, ia tidak mau jika sendiri. Ia pun mengajak Poine agar pergi bersamanya.  Poine sangat senang karena dapat menjadi juri di antara juri penguji lainnya. Ia pun dimasukkan kedalam juri tersebut. Ia dipindahkan dari penguji s*****a menjadi juri s*****a bersama Proioxis. Poine melihat Khaos dengan kesal, tapi Khaos tidak merasa bahwa temannya itu sedang marah. Poine berpikir bahwa Khaos mau kembali berteman lagi dengannya. Tapi, tidak. Ia sama seperti saat dia pertama kali diangkat menjadi juri penguji.  Poine semakin kesal dan ingin balas dendam setelah kehadiran dari Matton. Ia ditarik menjadi penguji s*****a lalu dengan usulan dari Khaos, ia ingin melatih Matton mengenai tugasnya. Poine seperti sedang ditusuk dari belakang hingga mengenai jantungnya. Ia tidak habis pikir, seseorang yang tidak dikenalnya mau dilatih, sedangkan dia yang dulunya adalah teman baiknya, tidak dilakukannya. Poine pun menikah. Ia menikah dan memiliki anak bernama Askalafos. Anaknya menjadi penguji s*****a yang hebat. Poine membuat situasi menjadi berubah. Ia diam-diam membuat sebuah aturan bahwa juri penguji s*****a seharusnya memiliki anak yang hebat agar bisa berada di lingkungan juri. Ia menekankan bahwa seorang juri yang hebat harus memiliki anak yang bisa menjadi penguji s*****a atau pembuat s*****a. Setidaknya, ada jalan dari bapaknya yang harus diikuti. Poine berani mengkampanyekan itu karena ia memiliki anak yang hebat sebagai penguji s*****a.  Juri-juri yang lain, Porus, Proioxis dan Soter tidak terganggu dengan gagasan tersebut karena mereka memiliki anak laki-laki dan anak-anak mereka menyukai semua yang ada pada bidang s*****a. Anak Porus sering mengikuti lomba s*****a terbaik, anak Soter seorang penguji s*****a tahap awal dan anak Proioxis bekerja sebagai juri administrasi. Tapi, yang menjadi ejekan adalah Khaos. Ia belum menikah ataupun memiliki anak. Poine mendekati Proioxis. Mereka merencanakan agar Khaos tidak lagi menjadi juri. Tetapi, menggulingkan seseorang dari jabatan, sangatlah sulit, kecuali jika ia ingin mengundurkan diri.  Mereka tidak bisa melakukannya dengan mudah. Poine tidak pernah berpihak pada Khaos. Ia menunggu kesempatan untuk menjatuhkannya.  Khaos pun menikah dengan Nyx tak lama setelah Poine dan Proioxis diangkat menjadi juri pengawas dan pembantu ketua juri. Mereka memiliki anak bernama Doris. Anak mereka ternyata seorang perempuan. Padahal seharusnya, banyak orang berbisik bahwa seorang juri harus memiliki anak laki-laki yang bisa meneruskan pekerjaan bapaknya. Stigma ini terjadi karena Poine. Semua orang akhirnya menyoroti apa yang dilakukan oleh Khaos. Awalnya Khaos mencoba tenang dan tidak memikirkan hal tersebut. Ia juga berfokus pada Matton sebagai murid didiknya yang akan ia jadikan ketua para juri. Untuk memberantas stigma tersebut, Khaos mencoba merubahnya dengan mengubah Doris, anak wanitanya menjadi seorang penguji s*****a. Dari kecil Doris di didik menjadi seorang yang hebat dalam bertarung. Tapi, suatu ketika Khaos tidak ingin melakukannya lagi. Seorang wanita baginya bukanlah tempat untuk bertarung. Jadi Khaos pun mencari cara untuk mengajarkan hal lain padanya.  Sikap Poine yang selalu menjelekkan Khaos menjadi-jadi. Semua yang dilakukan Khaos bisa menjadi gempar karena ucapan Poine yang mengatakan bahwa Khaos tidak layak dalam mendidik anak-anaknya dan tidak bisa dipercaya lagi. Khaos berupaya untuk membersihkan namanya, tapi tidak berhasil. Sebaik apapun ia melakukan pekerjaannya, semua orang memandangnya sebagai pria yang tidak layak menjadi ketua.  Khaos tidak tahan lagi. Ia kemudian mengundurkan diri dari jabatannya, tapi dengan syarat, Matton yang akan menggantikannya. Matton pun naik jabatan dan ia menunjuk Aporia sebagai sekretarisnya yang membantunya dalam menjalankan tugas. Sebenarnya juri penguji s*****a tidak memerlukan sekretaris, tapi sebagai ketua dari seluruh juri, ia berwenang untuk menentukan sebuah kebijakan. Dan dikarenakan kebijakan itu tidak berdampak buruk, banyak juri-juri yang tidak mempermasalahkannya.  Semenjak itu, Khaos kehilangan pekerjaannya. Ia pun sering termenung. Ia sering ke pantai di dekat rumahnya. Ia tidur di pasir sambil menutup matanya. Suatu ketika ada batu yang jatuh di kepalanya. Ia melihat batu itu berbentuk unik karena bagian tengahnya bolong karena tetesan air yang terus menerus. Ia meniup batu itu dan mengeluarkan tiupan suara yang indah. Ia mulai terobsesi dengan bunyi-bunyian dan mulai mencari benda-benda yang bisa dibunyikan. Ia menyusun gelas kaca, besi, kayu dan juga batu yang ketika dipukul akan menghasilkan bunyi yang berbeda. Lalu ia akan mengatur ketukannya hingga enak di dengar.  Semenjak itu Doris, anaknya tidak lagi diajarkan bertarung. Mereka semua pun pindah dari surga bagian ke dua. Mereka berjalan menyusuri surga bagian ke tiga yang memiliki banyak bahan-bahan untuk menciptakan alat musik. Doris pun menciptakan harpa lalu bernyanyi. Ia memainkan alat buatannya itu kepada ayahnya dan ayahnya langsung menceritakan itu kepada Dewa Olimpus.  Khaos dan Doris semakin lama semakin berkembang. Mereka bukan hanya menciptakan benda yang bisa menghasilkan bunyi. Mereka juga membuat suara manusia bisa menghasilkan bunyi seperti musik. Dari situlah muncul istilah Opera. Dewa Olimpus sangat suka dalam memberikan awalan namanya kepada orang-orang yang menciptakan sesuatu yang tidak pernah dilihatnya. Ia pun memberikan Doris dan keluarganya dengan gelar Dewa Y. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD