Bagian 59 - Pertengkaran Kokytos dan Hebe

1082 Words
Mereka mulai mencari keberadaan Akhlis si kabut kematian. Beberapa orang yang ditanya, tidak ada yang tahu tentang keberadaannya. Beberapa lagi tahu, tapi tidak tahu tempat kemana ia pergi setelahnya. Ia tidak memiliki tempat tinggal. Ia hanya pergi ke beberapa tempat secara acak lalu minum-minum hingga mabuk hingga tak sadarkan diri.  Hebe mulai kesal karena mereka sudah mencari di setiap kota tetapi, tidak ketemu juga. Ia ingin waktu untuk menenangkan diri. Ia duduk di sebuah batu di depan rumah seseorang penghuni surga kelima yang tidak mereka kenal. Ia mengeluh sambil memegang kakinya dan meregangkannya ke depan.  “Pria-pria disini sangat gagah!” Ucapnya. Kokytos melotot. “Aku rasa salah sekali mengeluarkan mu dari surga bagian pertama!” Katanya pelan dengan arah wajah tidak melihat ke arah mereka berdua. Meski pelan, Hebe bisa mendengarnya tapi tidak terusik dengan itu.  Bia tidak bisa memaksa mereka berdua untuk berjalan lagi. Memang benar, mereka tampak bosan untuk mencari keberadaan Akhlis. Semua sudut kota sudah dijalani. Mulai dari taman, kedai, g**g, jalan kota dan orang-orang yang lalu lalang. Semua sudah diperiksa, tapi tidak juga menemukannya.  Seseorang bergerak ke arah mereka. Ia mengenalkan dirinya sebagai penjaga kota. Tugasnya adalah mengawasi keluar masuknya orang-orang dari wilayah lain yang datang ke wilayah mereka. Ia bertanya dengan sopan kepada mereka. Penjaga kota hanya ada di wilayah surga bagian ke lima. Wilayah-wilayah lain tidak memerlukannya. Di wilayah surga bagian kelima kadang ada beberapa orang yang melampiaskan kekesalannya saat melihat pertandingan s*****a terkuat. Karena itu diperlukan pengamanan agar jangan sampai ada berselisih paham dan terjadinya perang. “Apakah kalian dari wilayah ini?” Katanya, dengan suara parau yang keras. “Maaf, tidak!” Kata Kokytos yang lebih dekat dengannya. Bia melihat Kokytos berbicara kepada siapa. “Saya adalah penjaga kota. Saya mungkin bisa bantu. Apa yang kalian perlukan?” “Kami sedang mencari Akhlis. Apakah anda pernah mendengarnya?” “Tentu! Pekerjaannya melebihi penjaga kota. Biasanya penjaga kota hanya patroli pada waktu-waktu tertentu saja. Tapi, dia pergi mengelilingi daerah ini hanya dalam waktu singkat.” Kata penjaga kota tersebut. “Jadi dimana dia sekarang?” Tanya Bia. “Dia ada di..” Kata Penjaga kota yang bergerak menjauhi mereka dan pergi ke pos jaganya. “Kenapa kesini?” Gumam Hebe. Mereka melihat sebuah pos jaga kecil. Ada sebuah teras dan kamar kecil di dalamnya. Teras itu langsung menghadap ke perbatasan wilayah.  “Aku rasa tidak ada gunanya membuat pos jaga ini. Semua orang bisa masuk dari mana saja ke wilayah ini!” Kata Kokytos yang menggaruk kepalanya. Penjaga kota menyuruh mereka masuk dan membuka kamar kecil di dalam pos jaga. Dengan tangan yang membuka pintu mereka melihat Akhlis sedang tidur dengan mengangkat kaki kanannya dan menumpukan nya di kiri. Bajunya usang, rambutnya acak-acakan, dan kumis dan jenggot yang tidak dirawat. “Sudah berapa lama ia tidak  Mereka sangat geram melihat Akhlis tidur tenang disana. Bia masuk dengan kepalan tangan ingin memukul pria tersebut padahal mereka tidak kenal sama sekali, tapi penjaga kota menahan tangan Bia untuk masuk mendekatinya.  “Stop! Apa yang ingin kau lakukan?” “Tidak!” Kata Bia menyeringai dan menggelengkan kepalanya. Senyumannya menunjukkan bahwa ia tidak bermaksud buruk. “Aku hanya ingin menyapanya.” Alasan Bia lalu mundur. “Kalian tidak bisa langsung masuk begitu saja dan membangunkannya. Kalian bisa langsung dihabisi-nya dengan sekali sentil! Tidak ada yang berani dengannya.” Kata penjaga kota, lalu menutup pintu ruangan itu. Mereka bertiga tidak lagi bisa melihat Akhlis. Yang terpikir sewaktu penjaga kota itu mengatakan kehebatan Akhlis, mereka hanya tidak percaya sewaktu melihat bentuk tubuhnya yang tidak mendukung untuk melakukan k*******n. “Aku tidak akan takut jika dia berdiri dengan tatapan tajam padaku!” Kata Kokytos.  Penjaga kota diam saja. Ia juga berpikir yang sama seperti mereka awalnya.  “Jadi bagaimana caranya untuk membangunkan dirinya?” Tanya Bia. “Menunggu!” Jawab singkat penjaga kota.  “Kita sudah mencarinya kemana-mana dan ternyata ia ada disini. Saat ketemu, kita harus menunggunya hingga bangun!” Kata Hebe kesal. Ia tampak lebih mencurahkan isi hatinya sekarang-sekarang ini. Ia lebih sering kesal dan mengomel. Bia tersenyum kepada Hebe. “Kita akan tunggu dia, bukan?” Tanyanya sambil melihat Hebe dan Kokytos. Ia tidak mau mereka semakin kesal. Tak ada jawaban dari Hebe. Kokytos hanya mengangguk.  “Kami akan menunggu! Boleh kami tinggal di teras ini untuk sementara?” Tanya Bia. “Ya, bisa!” Kata penjaga kota. Tapi, ia mengatakan bahwa ia tidak bisa terlalu lama menemani mereka, karena sebentar lagi temannya akan datang dan mereka akan bergantian jaga.  Kokytos melihat tingkah Hebe. Ia merasa Hebe sudah berubah. Ia mengajaknya keluar sebentar untuk berbicara empat mata saja. Ia membawanya sedikit jauh hingga melewati batas wilayah kelima. Mereka berdiri di wilayah empat.  “Jauh sekali!” Berontak Hebe yang berjalan mengikutinya dengan tangan disilang di d**a. Kokytos berbalik melihat Hebe yang tidak mau berjalan di sebelahnya. Ia melotot dan siap-siap meledak. Ia sangat marah. “Apa yang terjadi denganmu? Kau terlalu banyak berkomentar. Kita disini untuk membangkitkan ibuku. Tapi, sepanjang perjalanan, kau lebih banyak mengomel. Apa karena pria yang mirip binatang itu?” “Apa maksudmu pria mirip binatang?” “Oh.. aku tahu. Kau seperti ini karena aku melarangmu bekerja dengannya!” Kata Kokytos mengangguk. Sikapnya membuat Hebe kesal. “Aku tidak percaya kau berkata seperti itu. Seharusnya aku yang bertanya kau kenapa!” “Kau yang tampak kesal semenjak pergi dari pria itu!” “Apa kau menganggap aku budakmu sehingga bisa mengaturku mengatakan apapun? Aku menemanimu di tempat minum bukanlah karena kewajibanku. Aku membantumu untuk membuat ramuan-ramuan mu bukanlah keharusan ku. Aku ini wanita bebas. Apa pun alasannya, aku bisa melakukannya, dan bukan karena dirimu!” Kata Hebe semakin marah. Ia tidak pernah melakukan hal seperti ini kepada Kokytos.  “Maksudmu, kau terpaksa melakukannya?” Kata Kokytos dengan lemas. “Itu hanya simpati, karena kau tidak punya kepercayaan diri. Dari hubungan ini bukankah terbukti siapa yang membantu dan dibantu.” Kata Hebe masih dengan nada tinggi. Sedangkan Kokytos sudah tidak sanggup berbicara. Bia mencari mereka berdua. Ia melihat mereka berdiri berhadapan, berdua di luar wilayah surga bagian ke 3. Ia penasaran dan memanggil mereka. Mereka datang, tetapi Kokytos hanya diam saja sambil memegang jantungnya. Bia melihat keanehan dari Kokytos. Ia terjatuh tiba-tiba, padahal tidak ada yang membuatnya tersandung. Ia membantunya untuk berdiri, tapi kakinya seperti tidak bisa tegak. Bebannya untuk mengangkat menjadi lebih sulit karena ia melemaskan seluruh tubuhnya.  “Apa yang terjadi padamu?” Tanya Bia lalu melihat ke arah Hebe. Ia menatapnya seolah-olah dialah pelakunya. “Kau membiusnya?” Tanya Bia lagi.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD