Pemahaman

1114 Words
“Aku selalu mempercayaimu, maaf karena aku kurang bersabar,” ucap Nayya. Riftan kembali mencium bibir Nayya dengan lembut, lama mereka saling berbagi kehangatan. Hingga akhirnya Riftan berhasil meluluhkan hati Nayya dan mengajaknya untuk pulang. Nura hanya melambaikan tangan saat putrinya sudah berada di dalam mobil. Ia tidak pernah menyangka jika vampir yang selama ini terkenal dingin dan kejam, mencintai putrinya sebegitu dalam. Awalnya ia menganggap jika Riftan hanya menginginkan darah Nayya saja, apalagi dengan janji yang telah ia buat kepada makhluk penghisap darah itu. Tapi ternyata pesona Nayya mampu membuat Riftan berubah menjadi seseorang yang lebih lembut. *** “Kamu mau kemana malam ini? Karena aku akan menemanimu kemana pun sampai kau puas,” ucap Riftan dengan kerlingan matanya sembari terus menyetir. “Hmm, sebenarnya ada satu hal yang ingin aku rasakan malam ini…” ucap Nayya sambil menatap Riftan dengan tatapan misterius. Riftan menelan ludahnya penuh curiga, entah apa lagi kemauan aneh gadis nakal ini, tapi meskipun begitu ia tetap harus memenuhinya sebagai permintaan maaf. *** Riftan terbang diantara pepohonan lebat di sekitar hutan. Melompat dari satu dahan ke dahan lain. Angin menerpa wajah tampannya yang terlihat fokus. “Riftan, aku senang sekali kau membawaku terbang seperti ini,” ucap Nayya sambil terus memeluk leher Riftan dengan erat. “Jadi ini hal yang ingin kau rasakan, padahal aku bisa melakukan yang lebih dari ini, aku juga bisa membawamu terbang kapan pun kau mau,” Riftan. “Oya? Kalau begitu bagaimana kalau kau saja yang mengantarkan aku setiap hari kemanapun aku mau,” ucap Nayya dengan girang. “Baiklah, tapi ada satu syarat,” ucap Riftan. “Pakai syarat segala, apa syaratnya?” “Kau harus tidur denganku malam ini,” ucap Riftan sambil menatap Nayya dengan tatapan nakalnya. “Ih, Dasar vampir m***m!” Nayya memukul-mukul d**a Riftan. Keduanya tertawa sambil menikmati terpaan angin malam yang dingin tetapi terasa hangat karena keintiman mereka berdua. “Jadi bagaimana dengan penawaranku?” Riftan kembali mengungkit tentang syarat yang ia ajukan. Syukur-syukur kalau Nayya mau. “Penawaran apa?” tanya Nayya bingung. Riftan menatap Nayya dengan selidik. “Kau memang lupa atau cuma pura-pura?” Riftan balik bertanya. Nayya menatap Riftan dengan bingung. “Apa maksud Anda pak Dosen?” Mata Riftan berkilat menatap Nayya dengan tatapan nakalnya. Mereka yang sedang duduk di sebuah dahan di atas pohon membuat Nayya tidak bisa kemana-mana. “Ka…kau mau apa Pak Dosen?” tanya Nayya dengan gugup. “Katakan padaku, apakah kau mau menerima tawaran untuk tidur denganmu malam ini atau tidak?” tanya Riftan sambil meniup daun telinga Nayya membuat wajah gadis itu memerah. Saat Riftan mendekatkan mulutnya ke bibir Nayya, gadis itu menahannya dengan mendorong lembut d**a Riftan. “A..aku ingin melakukannya tapi tidak sekarang. Kau tahu kan kalau saat ini kau punya banyak sekali masalah. Aku ingin, kau menyelesaikan semua permasalahanmu dulu lalu kita adakan pernikahan sederhana, setelah itu barulah aku bisa memenuhi permintaanmu. Mungkin kau mengeluh dalam hati jika aku terlalu bertele-tele tapi itulah keyakinanku dalam berhubungan. Jadi seperti kau yang memintaku untuk bersabar menunggumu, aku juga akan mengatakan hal yang sama,” ucap Nayya sambil menatap Nayya dengan dalam. Riftan menyentuh wajah Nayya dan mengelusnya dengan lembut. “Baiklah, maafkan aku kalau aku terburu-buru. Itu karena aku tidak ingin kau ada masalah. Seperti tadi, aku tidak basi dengan mudah mencarimu karena kau belum mendapatkan tanda dariku. Aku harus mencari bau Asyaq terlebih dahulu agar bisa menjangkaumu. Semoga saja Asyaq bisa selalu di sisimu, agar tidak terjadi apa-apa denganmu. Kau harus berjanji, jangan pernah keluar sendiri tanpa pengawalan Asyaq, kau mengerti?” ucap Riftan. Nayya hanya mengangguk dan tersenyum “Baiklah, aku berjanji,” ucapnya. Nayya kemudian mencium bibir Riftan sekilas lalu melepasnya. Riftan tertegun, ia memicingkan matanya lalu meraih kepala Nayya dan mendaratkan bibirnya ke bibir Nayya. “HHmmpphh…!” Nayya menggapai kerah baju Riftan untuk menyeimbangkan tubuhnya. Riftan terlihat sangat agresif menciumnya hingga tubuh Nayya terdorong kebelakang hingga punggungnya membentur batang pohon. “Kau menolak untuk berhubungan denganku tapi kau terus memancingku gadis nakal,” ucap Riftan saat melepas ciumannya lalu kembali melumat bibir Nayya hingga gadis itu hanya bisa pasrah menerima perlakuan Riftan. setelah merasa puas, barulah Riftan melepas ciumannya. Wajah Nayya sudah memerah dengan nafas yang tersengal. Riftan tersenyum misterius, ia kembali mendekatkan mulutnya ke leher Nayya dan menjilatinya dengan lembut. “Ah…!” desahan Nayya terlepas. Mendengar itu, mata Riftan yang tadinya normal seketika berubah memerah. “Hentikan Riftan, kau benar-benar jahat,” ucap Nayya sambil mencengkeram kerah baju Riftan. Ia benar-benar berjuang untuk tidak larut dalam pesona dan godaan Riftan yang sudah meruntuhkan tembok pertahanannya. “Hmm, baiklah. Sesuai keinginanmu,” ucap Riftan. “Peluk aku saja, aku merasa kedinginan,” rengek Nayya manja. Riftan memeluk Nayya dengan lembut lalu mencium puncak kepalanya. “Riftan…” “Hmm?” “Aku mengantuk, bawa aku pulang. Tapi jangan pakai mobil. terbang saja seperti tadi, ya?” ucap Nayya. “Ya sudah, ayo kita pulang,” ucap Riftan sambil beranjak dan menggendong Nayya dan membawanya melompat dan terbang. Mata yang menyalak tajam dan memerah, menatap ke arah keduanya yang sudah terbang menjauh. Rahangnya mengeras menahan emosi yang membuncah. “Mereka terlihat sangat intim, bagiamana caranya agar aku bisa menculiknya dan merasakan darahnya ? aku benar-benar sudah tidak bisa menahannya lebih lama,” gumannya sambil memikirkan sesuatu. “Ah, putri Adora. Aku bisa menggunakan putri mahkota untuk membuat gadis itu tidak betah di dalam kastil dan jika Riftan sudah lengah, aku akan segera menculik gadis yang darahnya sangat berharga itu,” ucapnya sambil menyeringai. Sementara itu di kastil. Asoka sedang berdiri di depan pintu putri Adora untuk mengawasinya. Ia tahu kalau putri itu masih tertidur. Tapi ia tidak ingin kejadian tempo hari terulang lagi di mana putri Adora mengendap keluar kamar menuju keberadaan Riftan. Sialnya saat itu adalah hari dimana semua investor sedang mengadakan rapat. Putri dengan genit melangkah masuk dan langsung memeluk Riftan yang tengah berdiri di hadapan para investornya untuk mempresentasikan proyek baru mereka. Putri Adora langsung memeluk Riftan tanpa mempedulikan tatapan para investor itu. Wajah Riftan berubah memerah karena malu. putri Adora benar-benar membuat Riftan murka hari itu. Asoka berjalan ke sana kemari menunggu kapan putri Adora terbangun. TapI karena kurang sabar menunggu, Akhirnya dia dengan perlahan membuka pintu kamar putri Adora. Akan tetapi saat tiba di dalam, putri Adora tidak ada di ranjangnya. Tapi kemudian Asoka mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. “Pasti ia sedang mandi, lebih baik aku keluar saja, kalau ketahuan aku masuk ke kamarnya kan bisa gawat” gumannya dalam hati. Akan tetapi baru saja ia hendak melangkahkan kakinya menuju pintu, suara lembut putri Adora tiba-tiba terdengar. “Tuan Asoka…?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD