Mencari sumber darah suci

1247 Words
Pandangan Riftan menyapu seluruh hutan, kegelapan malam dengan cahaya temaram rembulan, suara lolongan serigala yang bersahut-sahutan membuat suasana hutan semakin menyeramkan. Ia berdiri di ujung dahan pohon yang paling tinggi, menatap sekeliling. Sekelebat bayangan melintas dan detik kemudian Asoka sudah berada di hadapannya. “Bagaimana perkembangannya?” tanya Riftan. “Orang-orang kita masih terus menjaga. Tapi saya mendengar para vampir pemburu itu berpindah tempat. Mereka sudah mencium adanya pengawasan di daerah target mereka. Tapi semalam Asyaq menemukan salah satu di antara mereka,” ucap Asoka. “Hm.. aku akan memeriksa sekeliling. tetap perketat penjagaan terutama di malam hari,” perintah Riftan. Asoka hanya mengangguk lalu menghilang dalam kegelapan malam. Riftan melompat ke satu pohon dan ke pohon lain, melayang di antara kelelawar yang beterbangan mencari makan di malam hari. Ia terus melayang hingga sampai di area kastilnya yang sangat luas. Ia mendarat puncak menata kastil yang tertinggi dan menatap kebawah. Mata tajamnya mengawasi setiap gerakan di bawah sana, bahkan gerakan binatang kecil sekalipun tidak luput dari awas matanya. Setelah memastikan semuanya aman, Riftan melompat dan masuk ke dalam kastil melalui jendela. Wajah polos dan cantik Nayya terlihat begitu menggemaskan saat ia tertidur, ia tidak ada bedanya dengan anak kecil polos jika tertidur seperti itu. Sosok gadis yang kerasa kepala seketika hilang, akan tetapi gadis polos ini akan menjadi seorang pembangkang dan tidak penurut jika terbangun. “Kau terus saja membuatku susah jika terbangun, dasar gadis naka!” Riftan menarik lembut hidung kecil Nayya lalu tersenyum sendiri. “Hmm…” Nayya hanya berguman sambil terus tertidur. Setelah puas memandangi gadisnya, Riftan pun menghilang. Keesokan harinya, Nayya terbangun pagi-pagi sekali. Ia dan Sonia sudah janjian untuk bertemu di kampus. Tapi sebelum itu, Nayya memintanya untuk ke perpustakaan dulu. Semalam Nayya tidur larut malam kerena memikirkan jalan keluar dari permasalahan darah suci yang ia miliki. “Tuan Asyaq, aku ingin ke perpustakaan kota dulu sebelum ke kampus,”ucap Nayya. “Baik, Nona,” sahut Asyaq. Mobil pun berbelok ke arah perpustakaan yang Nayya maksud. Asyaq memarkirkan mobilnya dan membuka pintu untuk Nayya, gadis itu turun dari mobil dan masuk ke dalam. Nayya takjub dengan isi di dalam perpustakaan itu, gedung yang luasnya kemungkinan mencapai 100 meter persegi ini di penuhi oleh buku-buku dari berbagai sumber. Seakan semua jenis buku dari seluruh dunia ada di perpustakaan ini. Buku-buku tersebut ada yang berasal dari pembelian dan juga dari amal. Mulai dari buku klasik yang bertuliskan huruf latin yang susah dimengerti sampai buku-buku modern ada di perpustakaan besar ini. Nayya pun langsung mencari buku atau apa pun itu yang sekiranya bisa membantunya untuk menemukan jawaban atas pertanyaannya semalam. Ia harus menemukan solusi untuk masalah yang ia hadapi. Tak lama kemudian, Sonia datang dan menghampirinya. “Kita sebenarnya lagi nyariin apa sih?” Sonia yang baru saja datang langsung di minta untuk mencari buku tentang vampir. “Uda, pokonya kumpulkan saja dulu bukunya, nanti kita bahas,” ucap Nayya sambil mengambil satu persatu buku-buku tentang makhluk mitologi. Setelah terkumpul beberapa buku, mereka pun duduk di sebuah meja dan menaruh buku -buku itu di hadapan mereka. Tindakan mereka pun mencuri perhatian pengunjung lain tapi mereka tidak perduli. “Sekarang katakan padaku, Apa yang mau kau cari di buku-buku ini?” Sonia kembali bertanya. Nayya menatap Sonia dengan serius, ia menghela nafas lalu menghembuskannya dengan kasar. “Apa kau tahu tentang adanya darah suci seorang gadis yang menjadi sumber kekuatan seorang vampir?” tanya Nayya. Sonia menggeleng bingung. “Aku mencari sumber yang membahas tentang itu. Tolong bantu aku mencari informasi itu di buku-buku ini,” ucap nayya sembari membuka-buka buku –buku itu. Mereka pun sibuk membuka lembar demi lembar buku-buku yang ada di hadapan mereka. Tidak terasa sudah beberapa jam berlalu namun, mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. “Huh… aku tidak bisa menemukan apa-apa, bagaimana kalau kita istirahat dulu…” Sonia mulai mengeluh, ia sudah tidak sanggup lagi membuka isi semua buku itu, tidak ada satupun yang membahas darah suci atau semacamnya. Nayya mengangkat kepalnya dan menatap sahabatnya itu dengan serius. “Jika kau bicara lagi, aku tarik semua penjaga dari rumahmu, biar kau di makan vampir sekalian,” ucap Nayya degan suara dingin. “Ah…?! Kau kejam sekali Nayya..” Sonia akhirnya kembali membuka buku-buku itu. “E..?! Nay. Coba lihat yang ini.” Sonia menyodorkan sebuah buku ke arah Nayya. “Darah suci dari seorang gadis perawan mampu membuat kekuatan vampire menjadi berkali-kali lipat. Darah itu harus terus suci agar energi yang terkandung di dalamnya tidak menghilang. Darah terkutuk yang menjadi incaran semua mahluk penghisap darah. Darah langkah yang telah menghilang sejak beribu-ribu tahun. Darah yang mengalir di dalam tubuh wanita perawan tak tersentuh. Hanya kesucian dan kemurnian yang bisa mematahkan kutukan itu,” Nayya membaca penjelasan yang sudah di artikan ke dalam bahasa yang bisa di mengerti. “Kesucian dan kemurnian? Apa maksudnya itu?” mereka saling menatap dengan bingung.Nayya lalu kembali mencari penjelasan terkait kalimat itu tapi hanya itu tertulis dengan jelas. “Hah… aku bisa gila kalau begini…!” ucap Nayya dengan gusar. “Memangnya darah suci itu seperti itu, ya? tapi jika seandainya darah itu ada dan berada di dalam tubuh seorang wanita, berarti wanita itu akan menjadi perawan selamanya, apalagi kalau yang menemukannya adalah vampire. Susah bisa dibayangkan kehidupannya akan sangat menderita, dia tidak bisa menikah apalagi memiliki keturunan. Dia hanya kan terus di jadikan makanan selamanya oleh vampir yang menemukannya. Ih, kasian sekali wanita yang memiliki darah suci itu, ia jadi tidak bisa ehem… dengan kekasihnya. hi..hi..” Sonia mengoceh panjang lebar tanpa menyadari jika wajah Nayya sudah berubah menjadi gelap karena kesal. Nayya menatap Sonia dengan tatapan menusuk. “Eh? Kenapa kau terlihat menyeramkan begitu, Nayya? A..apa aku salah bicara?” Sonia jadi ketakutan melihat sahabatnya seperti akan melahapnya saja. “Tidak perlu sedetail itu penjelasannya, sepertinya kau tidak perlu penjagaan lagi karena mulutmu sangat pandai berbicara, jika ada vampir yang datang, kau bisa mencari alasan untuk tidak di gigit, kan?” ucap Nayya. “Kenapa kau terdengar kejam begitu, sih Nayya? Kalau lebih menyeramkan dari pada vampir itu, tahu.” “Kalau begitu jangan bicara yang tidak –tidak dan bantu aku mencari jawaban dari teka-teki ini.” ‘”Iya deh, baik-baik. Aku minta maaf… lagian sikapmu aneh sekali, sampai mencari tahu soal darah suci segala…” Sonia masih menggerutu sambil terus membuka-buka buku lainnya. Keduanya pun kembali sibuk. “Nayya, aku lapar…” Sonia kembali mengeluh. Nayya menghela nafas. “Baiklah kita cukupkan dulu hari ini, kita makan dan lanjut ke kampus.” Ucapnya lalu bangkit dengan membawa beberapa buku untuk di kembalikan ke tempatnya. Akan tetapi baru saja ia melangkah, tiba-tiba tubuhnya terdorong sesuatu sehingga semua yang di pegangnya jatuh ke lantai. “Oh, maaf. Aku tidak sengaja.” Seorang wanita cantik berambut panjang membantu Nayya memunguti buku-buku itu. Ia menatap Nayya dan dalam. Ia perlahan memasukan sesuatu ke dalam tas Nayya lalu melangkah pergi. “Kau tidak apa-apa? Sonia yang baru menyadari kejadian itu dengan cepat membantu sahabatnya berdiri. “Tidak apa-apa, Aku hanya kesenggol orang tadi,” ucapnya lalu kembali menyusun buku-buku itu ke tempatnya. Sementara itu Asyaq yang duduk tidak jauh dari mereka tiba-tiba bersikap waspada, ia merasa seolah ada seseorang yang beda di dalam perpustakaan itu. Ada salah satu di antara orang-orang ini yang bukan manusia. Ia lalu menatap ke arah Nayya yang baru saja terjatuh tadi dan sempat melihat wanita yang menubruknya. “Vampir…” gumannya lalu beranjak meninggalkan tempatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD